This story dedicated for :
risesweet_Hope ya enjoy♡
•
•
•
•
•
•
•Kepercayaan dapat kita peroleh dari seseorang jika ia meyakini bahwa kita adalah orang yang tepat untuk menanggung sebuah tanggungjawab, dapat dibangun dengan cara mudah maupun sulit. Namun, selama apapun kepercayaan itu dimiliki dan kau melakukan satu kesalahan saja, maka tak akan ada yang akan mempercayaimu lagi.
Contohnya ialah Ice Frost, seorang remaja kelas dua di sebuah sekolah menengah atas swasta favorit di daerahnya. Ia memang sudah biasa dijadikan tempat curhat oleh seseorang, baik yang dekat maupun tidak. Walaupun nampaknya ia tak peduli, sebenarnya ia adalah pendengar yang baik.
Namun kini berubah, rahasia salah satu temannya terbongkar dan mereka semua kini berbalik menyerang dirinya. Ia dibuli habis-habisan oleh murid lainnya, belum lagi orangtuanya sering dipanggil sebab fitnah yang mereka lakukan. Dikucilkan, terbuang, diabaikan. Itulah yang ia alami setelah sehari yang melelahkan di sekolah.
Remaja bermanik aquamarine tersebut nampak luarnya mungkin tidak peduli, namun sebenarnya ia sudah lelah. Kadang ia bertanya dalam hati, kapan kah tuhan bermurah hati untuk mencabut nyawanya?
Meskipun keluarga besarnya telah mengabaikannya, setidaknya ia masih diperbolehkan tinggal di rumah tersebut, walaupun untuk kehidupan sehari-hari ia harus mencari uang sendiri.
Keberatan? Tidak.
Setidaknya dia tau bagaimana untuk mengurus diri, ia tak butuh belas kasih dari orang lain. Mungkin hanya hitungan waktu agar ia bisa minggat dari rumah neraka tersebut, toh uangnya cukup.
Gaji bulanan dari café tempatnya bekerja memang tidak besar, namun setidaknya cukup untuk biaya kehidupannya. Sekolah? Oh, dia sudah dikeluarkan dari sana karena fitnah ntah keberapa kalinya.
Ia dianggap aib oleh semua orang , jadi untuk apa tetap hidup? Tidak, pemuda ini sama sekali tidak ingin mendahului takdir tuhan. Dirinya masih ingin membuktikan kepada semua orang bahwa mereka akan menyesali telah menghancurkan dirinya perlahan.
Kini ia tengah menghitung uang gaji yang telah dikumpulkan, senyuman tipis terulas di bibir pucatnya. Sudah cukup untuk menyewa sebuah kos di luar kota, disana ia akan mencari pekerjaan lain berhubung kontrak kerjanya sebentar lagi akan tamat juga.
Tiba-tiba pintu kamar dibanting keras dan menampilkan sang ayah yang nampak sangat marah, namun Ice hanya meliriknya datar.
Pria itu pun merebut paksa beberapa lembar uang yang dipegang oleh Ice, pemuda itu hanya diam. "Aku tidak pernah mengajarkan kau untuk mencuri! Seharusnya ku bunuh kau saat masih bayi daripada harus menanggung malu akibat memiliki anak pembawa sial sepertimu!"
"Aku tidak mencuri, aku berkerja untuk mendapatkan uang," balas Ice tenang seakan tidak terjadi apapun.
Tamparan keras mendarat di pipi remaja tersebut hingga bekasnya nampak begitu jelas. "Jangan membeladiri, dasar pembohong! Aku tahu kau yang selama ini telah mencuri uang ku!"
Netra aquamarine tersebut menatap tajam netra biru gelap sang pria yang lebih tua darinya. "Kau mempercayai pembantu daripada anak mu sendiri?"
"Untuk apa mengakui anak kurang ajar seperti dirimu?"
Ketegangan terjadi diantara mereka, krisis kepercayaan memang terasa amat pekat dalam keluarga ini.
"Kau akan menyesal jika kau tahu apa yang sebenarnya terjadi," desis Ice.
"Jangan berdrama, aku tahu semua yang terjadi di rumah ini."
Setelah pria dengan gelar 'ayah' tersebut pergi, Ice hanya menghela napasnya sebelum mengeluarkan uang yang sempat ia sembunyikan. "Jangan khawatir, sebentar lagi semua ini akan berakhir. Saat semua terbongkar, mereka akan menyesal dan semua telah terlambat."
Ya, tekadnya telah bulat. Ia akan pergi tepat dini hari setelah gaji terakhir ia dapatkan. Ia sangat tak sabar menunggu hari itu tiba.
T. B. C.
____________________________________________________Update 1/?
I'll reply your comments when i'm online guys, please forgive me :"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust [Completed]
Fanfic[Revised] Boboiboy Fanfiction! Apa itu kepercayaan? Kepercayaan hanyalah sebuah omong kosong, sandiwara sempurna untuk menghancurkan seseorang dari dalam. Mungkin kau tak merasakannya, namun pihak lain banyak yang terluka. Maka biarlah ku tutup kis...