Dive Into You

21 2 0
                                    

Untuk membawa Dias ke rumah sakit sangatlah beresiko, pasti bakal ditanya-tanya luka lebam-lebam berdarah darimana. Yang ada Nana bakal kena suuzonan banyak orang. Kalo pulang ke rumah Dias apalagi, bisa-bisa ketauan kak Taeil, dan itu merupakan pilihan paling terakhir yang bakal dipilih Nana.

Jadilah Nana ke rumah Haechan, yah karena gak mungkin dibawa ke tempatnya soalnya kosan cowok. Haechan panik abis kemudian buru-buru beli banyak obat buat P3k. 

"Gila ini si Dias sinting anjir." ujar Haechan akhirnya setelah membawakan air hangat dan kompres yang baru untuk mengganti yang sebelumnya. Badan Dias demam sehingga Nana harus mengompresnya sambil mengobati luka yang ada di pelipis dan ujung bibirnya.

"Emang. Temen lo." jawab Nana singkat.

"Terus dia dapet? Kadang gue mikir dia dapet upah seberapa sih sampe segila ini."

"She is into her job. Definisi berdedikasi abis lah, duitnya cuman bonus aja. She feels she carried responsible on her shoulder."

"Much pain, duh?"

"Hmm."

"I mean for you."

"Hah?" Nana mendelik tidak mengerti ucapan singkat Haechan. Yang ditanya malah tersenyum simpul tidak mengartikan apa-apa. Kemudian dia mengangkat telepon dari Jeno yang sedang menuju kesini. Setelah selesai mengobati, Nana mengambil kompres yang ada di dahi Dias dan menggantinya dengan kompres yang baru dengan air hangat. Setelah peristiwa mengerikan tadi, kepanikan di diri Nana rasanya membuncah hebat. Untungnya sesampai di rumah Haechan, diberikan bau minyak kayu putih, Dias langsung mengerjapkan matanya.

 Untungnya sesampai di rumah Haechan, diberikan bau minyak kayu putih, Dias langsung mengerjapkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cuman satu yang keluar dari mulutnya "Flashdisk.." dengan suara serak tapi Nana kesel abis.

"Yang lo pikirin cuman flash disk??" bentak Nana refleks. Yang cukup mengagetkan Dias untungnya dia tidak kembali pingsan. Hanya tersenyum kecil kemudian mengacungkan jempolnya tinggi ke atas.

"Gila."

"Kek elo." jawab Dias lemas. Nana langsung memegang dahi Dias yang ternyata demam, dia langsung mau bergegas memanggil Haechan namun Dias memegang tangannya.

"Jangan...bilang...kak...Taeil...ya.."

Nana diam namun dari sorot matanya dia agak menahan amarah. "Please.." melihat tatapan Dias yang sepertinya mau menangis akhirnya dia menurut. 

"Tapi lo bisa janji ini yang terakhir?"

Dias termenung lama. "Gue.."

"Udah. Gue mau ngambil kompres, lo istirahat aja dulu. Mikirnya nanti." Sebenernya Nana rasa Dias gak bisa buat berhenti. Seperti yang dia katakan, Dias sangat menyukai bertanggung jawab menolong orang lain yang tidak tertolong. Makanya display name yang digunakan itu ms helper. Tapi sebagai temannya, Nana merasa semakin lama kasusnya tidak terkontrol. Hari ini adalah yang terparah. Dibalik itu semua ada sedikit rasa bersalah menyelip di dadanya, akibat dia harus berhadapan dengan deadline tugas dia sama sekali gak berkutik. Udah tau kuliah di Farmasi, hari libur pun tetap dipenuhi oleh tugas. 

Detective Team Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang