Kebohongan

1K 141 3
                                    

Naruto milik masashi kishimoto

Warning: Alur yang super mainstream dan men-drama.







Harusnya hari ini merupakan hari spesial bagi seorang Hyuuga Hinata, tumbuh menjadi seorang remaja cantik.

Tapi dihari kelulusan sekolah junior hanya inilah yang dilakukannya. Memandangi teman teman nya yang bersenda gurau, ada yang berpelukan dengan orang tua mereka,atau seorang laki laki berambut coklat yang sedang menyatakan cintanya di bawah pohon sakura.

Setidaknya Hinata memiliki teman saat di bangku kelas dua. Namun entah bagaimana saat kenaikan tingkat kelas teman temannya menjauh.
Hinata tidak tau apa alasannya, mungkin karena Hinata lompat kelas. Ya,mungkin saja.

Hyuuga Hinata, jika kalian menyebutkan namanya pada salah satu siswa disana maka orang tersebut akan menjawab murid pandai.

Salah satu siswi yang mendapat beasiswa. Kecerdasannya membuatnya lompat kelas, harusnya sekarang dia memasuki tingkat kelas 3 bukannya sudah lulus.

Hinata berhenti berjalan kemudian dia duduk, mengusap tumpukan ukiran batu di didepannya. Itu adalah makam ayahnya.
Setelah mengunjungi makam ibunya, disinilah ia, ditempat peristirahatan terakhir orangtuanya.

Hinata meletakan karangan bunga kecil di atas batu ukiran cantik yang bertuliskan nama ayahnya.

Hyuuga Hiashi.

Hinata mengingat kembali kebersamaan nya dengan ayahnya. Terakhir berbicara dengan ayahnya saat usianya 10 tahun.
Hinata rasa hanya ayahnya yang benar benar menyayanginya. Ibunya tidak peduli apapun padanya.

Ayahnya bilang ibu kandungnya meninggal setelah melahirkan hinata, kemudian ayahnya menikah lagi dengan ibu mei.

Hinata tidak pernah menganggap bahwa ibu tiri itu jahat, tapi perlakuan ibu mei padanya membenarkan anggapan kebanyakan orang terhadap sosok ibu tiri.

Meski begitu Hinata tidak pernah melawan pada ibu mei. Setelah ibu mei meninggal 4 tahun lalu karena kecelakaan, hinata benar benar sendirian. Ayahnya bilang kakek dan neneknya hanya punya anak tunggal yaitu ayahnya, begitupun dengan ibunya.

Jadi, bukankah Hinata tidak punya sanak saudara?

Hinata tidak bekerja, ia mengandalkan warisan orangtuanya, Hinata terlalu takut ingin bekerja, setidaknya dia tidak membayar biaya sekolahnya karena beasiswa.

Tapi Hinata sekarang harus mulai melawan rasa takutnya, dia benar benar tidak ingin menghabiskan harta yang tak seberapa diberikan oleh ayahnya.

Masihlah seperti hari biasa saat ia memasuki kelas tingkat 1 sekolah senior.
Dan masih tidak ada teman. Ah masih belum. Hinata harus berpikir positif kan.

Hinata tidak mendapat bullying walaupun saat disekolah junior.
Hanya tanpa teman saat disekolah, bukankah sangat membosankan.

Hinata bukan tipe cerewet, tapi jika ia tidak memulai duluan, bagaimana ia bisa berteman.

Setelah beberapa bulan akhirnya ia dapat berbicara pada seseorang yang disebut teman, meskipun hanya Matsuri. Ia cukup nyaman.

Bermula saat disebuah balkon atap di gedung perpustakaan yang tidak terpakai.
Hinata memegang pagar pembatas di sana. Dia baru selesai membaca beberapa buku yang dibawanya dari perpustakaan baru.

Sejauh Hinata memandang, didepannya terpampang kompleks perumahan bahkan rumahnya pun terlihat. Hanya perlu berjalan 20 menit dari rumahnya sampai ke sekolah.
Hinata memejamkan matanya, angin berhembus sangat pelan menerpa wajahnya. Sangat menyejukkan dan damai.

Come HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang