Saat itu senja,
Aku menatap ke langit yang tengah gulita.
Saat separuh, hujan tiba.
Sekali lagi, aku menatap ke langit.
Memikirkan tentang takdir dan pilihan.
Apakah nyata adanya?Aku tidak sebodoh dulu.
Manusia muda yang percaya akan lelucon pilihan dan takdir.
Dengan lebih berani, kucoba menantang yang kita sebut Tuhan.
Seberapa bisa dia membuat kita jadi bonekanya?
Seberapa kuat dia bisa mengendalikan kita?Naif, aku salah, aku kalah.
Lagi-lagi begitu.
Tuhan lebih kuat, sekali lagi ku akui bahwa manusia hanya boneka yang dikendalikan.
Pilihan? Apa itu? Di dunia fana ini bahkan pilihan adalah bentuk takdir.Menyerah?
Tentu tidak. Rasanya terlalu awal untuk tunduk dan pasrah.
Karena satu yang menjadi kekuatan adalah keyakinan.
Namun, apakah keyakinan ini juga takdir?
Entahlah. Bahkan aku hanya boneka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata dan Waktu
PoetryIni adalah antologi kedua gue. Dan lewat antologi ini gue menyatakan comeback ke dunia perWPan. setelah hampir 3th gue vakum, akhirnya gue berani buat make something new. Walaupun dengan gaya penulisan yang nggak benar-benar baru, setidaknya kalian...