Forgiven

1.5K 66 2
                                    

"Pak, bu, Zaldy ingin bertemu Shasha dan Al."

Zaldy sudah sampai di rumah mertuanya dan langsung menemui orangtua Shasha.

"Saya izinkan kamu bertemu Shasha dan segera selesaikan masalah kalian dengan baik tapi tolong jangan paksa dia untuk kembali, biar dia sendiri yang memutuskan."

"Iya pak."

"Papa..."

"Al anak papa, kamu baik-baik aja nak?" Zaldy memeluk dan menciumi kedua pipi putranya itu.

"Al baik-baik aja kok pa tapi bunda..."

"Papa mau ketemu sama bunda dulu, Al ikut kakek dan nenek ke pasar malam ya," ajak ayah Shasha.

"Hore..."

Zaldy memasuki kamar milik Sasha dan menemukan istrinya sedang duduk di tepi ranjang dengan wajah pucat.

"Sha..."

Zaldy hendak menyentuhnya namun Shasha menghindar.

"Kamu pasti muak karena aku selalu meminta maaf, dengarkan penjelasanku Sha."

Shasha yang awalnya berpaling mengumpulkan keberanian untuk menatap wajah Zaldy dan mendapati beberapa bekas luka di wajah suaminya.

Dia ingin sekali mengobati luka di wajah suaminya itu tapi hatinya lebih terluka.

"Siapa wanita itu?"

"Dia Anna, ibunya Al."

"Kenapa mas nggak jujur dari awal?"

"Itulah kesalahanku, aku takut kamu marah dan kejadian di hotel itu aku bersumpah nggak melakukan apa-apa dengan Anna."

"Tapi aku nggak bisa percaya begitu saja dengan ucapan mas!" ucap Shasha dengan nada yang meninggi.

"Sungguh sayang, wanita itu sengaja menjebakku untuk menghancurkan hubungan kita berdua. Demi apapun mas tidak menyentuhnya."

Kedua mata Shasha terpejam lalu mengehmbuskan nafasnya dengan kasar.

"Sayang, maafkan mas."

Zaldy mengecup punggung tangan milik Shasha dengan lembut dan tak menyerah untuk mencuri pandangan istrinya.

Sorot mata Shasha meredup setelah mendengarkan penjelasan Zaldy lalu menatap kedua matanya dengan seksama

"Wajah mas kenapa memar? Sakit?"

Shasha menyentuh wajah Zaldy dengan hati-hati tapi beberapa luka lebam membuatnya meringis kesakitan.

"Aku ambilkan obat dulu mas."

Shasha beranjak kemudian mengambil kotak P3K dan mulai mengusapkan antiseptik ke pelipis Zaldy.

"Waktu itu Anna telfon kalau dia ada di Bali dan akan ke Jakarta untuk mengambil Al akhirnya kita ketemu di sebuah club, disana kami bertengkar hebat lalu beberapa teman bulenya memukuliku dan paginya aku tersadar sudah ada di hotel dengan Anna."

Shasha menghela nafas panjang.

"Kalau mas cerita dari awal nggak akan seperti ini, kami nggak akan khawatir menunggumu semalaman dan kasihan Al nggak bisa tidur nyenyak minta ketemu sama kamu terus mas."

"Aku memang bodoh Sha," ucap Zaldy yang masih menggenggam tangan Shasha.

"Jangan gegabah dalam membuat keputusan, aku itu istrimu kita bisa diskusikan bersama-sama dan aku minta tolong untuk terbuka satu sama lain mas."

"Aku minta maaf dan terima kasih sudah menjaga Al dengan baik."

Shasha menganggukkan kepalanya.

"Aku kangen sama kamu Sha, maafkan suamimu yang bodoh ini."

"Tapi aku masih ingin tinggal disini dulu mas, beri aku waktu dua hari lagi."

"Mas boleh tinggal disini juga?" tanya Zaldy.

Shasha mengangguk dengan pelan.

Zaldy memeluk istrinya dengan lembut, Shasha telah banyak berubah menjadi wanita yang hebat menghadapi masalah dengan kepala dingin.

"Terima kasih banyak sayang."

Di pagi hari, Shasha terbangun dengan posisi ada di pelukan suaminya sedangkan Al semalam ingin tidur dengan kakek dan neneknya.

Shasha menatap wajah Zaldy yang penuh dengan lebam, dia menyugar rambut lebat Zaldy dengan lembut dan mengelus pipinya yang ditumbuhi rambut halus.

"Mungkin aku udah jatuh cinta sama kamu mas," ucap Shasha lirih kemudian memberikan kecupan di pipi Zaldy.

Mas Duda Jodohnya Gadis BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang