9. Different Side

111 17 30
                                    

Ji Hoon diam, memandang sebuah kotak obat yang baru saja Woojin letakkan diatas meja didepannya. Kekacauan yang ia buat pagi ini belum ia bereskan, dan kini ia malah tertangkap basah dalam keadaan memalukan setelah merusak sebuah mangkuk yang terlihat mahal karena kecerobohannya tadi.

"Obati dulu lukamu, nanti membekas" ucap Woojin datar. Terlalu dingin untuk sosok yang beberapa waktu lalu terlihat ramah dipertemuan kedua mereka dirumah sakit bersama Daniel.

"I-iya .." jawab Ji Hoon sekenanya lalu mencoba membuka kotak obat-obatan yang ada didepannya.

Entah terlalu gugup karena suasana yang mendadak dingin, atau sebab ia memang tak paham cara membuka kotak obat yang rasanya lebih rumit dari kotak-kotak pada umumnya. Apa kotak obat orang kaya berbeda?

Kenapa membukanya susah sekali?

"Biar aku saja" ucap Woojin lalu meraih kotak yang ada ditangan Ji Hoon. Kini ia berpindah duduk tepat disamping Ji Hoon. Dan tak butuh waktu lama, kotak itu langsung terbuka dengan mudahnya.

Woojin menatap Ji Hoon sebentar lalu kembali menatap kotak obat yang ada dipangkuannya.

"Biar aku yang melakukannya untukmu"

"A-ah .. aku bisa melakukannya sendiri"

"Sulit jika melakukannya dengan satu tangan, biar aku yang mengobati lukamu" ucap Woojin lalu menarik tangan kanan Ji Hoon dan mulai mengobati luka ditelunjuknya.

Ji Hoon diam. Matanya menatap seksama pada jari dan seseorang yang tengah merawat lukanya disana. Terlalu sulit menerima jika sosok yang didepanya ini jauh lebih tua dari usianya. Mereka terlihat tak jauh beda, terasa aneh jika harus memanggilnya dengan sebutan samchon seperti yang Daniel katakan padanya.

"Jadi, apa yang kau lakukan di apartemenku sepagi ini? Apa Daniel yang membawamu kemari?"

"E-eoh? I-iya m-maafkan aku .."

"Apa dia yang memaksamu datang kesini?"

"T-tidak .. Daniel hyung tidak memaksaku, memang aku yang ingin datang kesini. Maafkan aku, harusnya aku tidak masuk begitu saja kemarin malam .."

Tak ada jawaban. Entah pria didepannya ini tidak mendengar ucapannya atau mungkin sengaja mengabaikan dirinya. Woojin hanya fokus pada luka dijari Ji Hoon sampai ia benar - benar menutupnya dengan plaster luka.

"Sudah, kau harus rajin mengganti plasternya sampai lukamu benar - benar sembuh"

"A-ah .. iya terimakasih .."

"Jadi, kenapa kau ingin datang kesini? Ke apartemenku?"

Ji Hoon terpaku. Netra gelap penuh mendominasi seluruh atensi. Tatapnya tajam namun sarat akan pedih yang entah mengapa dapat Ji Hoon rasakan.

Sesak.

Seperti kali pertama Ji Hoon menangkap bayang pelupuk penuh air mata ditengah cahaya temaram ruang rumah sakit diawal pertemuan.

Terlalu menyakitkan untuk dirinya yang bahkan tak paham asal luka yang kini seolah sampai disudut hati tanpa penjelasan.

"Park Ji Hoon-ssi?"

"A-ah i-itu .. aku .."

"Ya ..?"

"M-mengenai pekerjaan yang waktu itu samchon tawarkan padaku .. b-bolehkah aku mengambilnya lagi ..? D-dan kalau bisa, t-tolong lupakan sikap burukku saat dirumah sakit waktu itu .. a-aku ..."

"Tidak bisa .."

"A-apa?"

"Pekerjaan itu .. kau tidak bisa mengambilnya lagi .." ucap Woojin dingin.

DeathlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang