Sepasang netra membulat menatap kearahnya. Semakin dilihat, semakin jelas kemiripannya. Caramel berbinar indah dengan kelopak cantik sebagai pelengkapnya. Terlalu meyakinkan jika sosok yang dilihatnya adalah arah tuju rindu yang selama ini ia pendam dalam diam nya.
"Jadi samchon yang menemukan Ji Hoon kemarin malam di gunung Taebaek?" Tanya sosok lain yang tanpa sengaja terlanjur Woojin abaikan sebab yang didepannya telah lebih dulu merampas penuh atensinya.
"E-eoh, aku yang menemukannya"
"Bagaimana bisa?"
"Hmm, kebetulan? Aku juga ada disana kemarin malam"
"Apa yang samchon lakukan disana malam - malam?"
"Jalan - jalan? Resort tempatku menginap dekat dengan Taebaeksan, jadi karena semalam bulan sedang cantik - cantiknya, makanya aku memutuskan pergi kesana"
"Tapi kan itu berbahaya" ucap Daniel khawatir.
"Apa kau melihatnya?" Lirih Ji Hoon hampir berbisik namun masih terdengar jelas oleh Woojin.
"Apa?"
"Serigala itu .."
"A-ah .. i-itu .. aku .. t-tidak .." ucap Woojin terbata.
"Ah .. begitu .."
"M-memangnya kenapa?"
"Tidak .. hmm, terimakasih karena menyelamatkanku ahjussi .."
"Kau bisa memanggilnya samchon seperti aku memanggilnya" ucap Daniel riang.
"Kau juga boleh memanggilku oppa"
"Yak! Dia pria, lagi pula kau kan memang sudah jadi samchon"
"Ck, tapi penampilanku jauh lebih muda darimu, haruskah kita merubah panggilan? Kau bisa menyebutku hyung" canda Woojin dengan cengiran menyebalkannya.
"Samchon~!"
"Baiklah baiklah aku adalah samchon"
Ji Hoon diam melihat interaksi keduanya. Sosok yang datang padanya kemarin malam kini terlihat jauh lebih baik dari pada tampilan penuh air mata semalam. Senyum dengan taring yang menyembul manis terasa jauh berbeda dari sosok yang entah mengapa datangnya semalam membuat nyeri dada tanpa alasan.
"Ah, benar juga! Jihoonie, tentang paman yang kuceritakan padamu itu, dia lah orangnya .. hmm, memang terlihat menyebalkan tapi samchon ku ini sangat baik"
"Yak, Kang Daniel apa maksudmu?"
"Ah, samchon, ini .. teman yang kukatakan akan bekerja dirumahmu"
"Apa?!"
"Karena dia teman baikku, kau harus membayarnya dengan bayaran yang tinggi"
"A-ah, i-itu tentu saja, t-tapi .."
"Ahjussi, kenapa kau menyelinap kedalam kamarku kemarin malam?" Tanya Ji Hoon tiba - tiba.
Woojin kini menatapnya tak percaya. Bukankah Ji Hoon sendiri yang mengatakan jika dia akan melupakan kejadian kemarin malam. Lalu kenapa ia kembali membahasnya lagi?
"A-ah itu aku .."
"Kenapa?"
"Hmm, aku hanya kebetulan sedang berada didekat sini, makanya aku menyempatkan untuk melihat keadaanmu sekali lagi .."
"Di waktu lewat dari tengah malam?"
"A-ah .. m-maafkan aku .. aku hanya khawatir padamu .."
Ji Hoon diam sejenak. Lagi, dadanya kembali terasa nyeri tanpa alasan. Sorot yang entah mengapa dapat Ji Hoon rasakan penuh kesedihan. Dirinya seolah terluka hanya dengan bertukar pandang pada sepasang netra gelap yang tatapannya terasa memilukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deathless
FanfictionKarena hidup dan mati bukanlah sebuah pilihan. Melainkan ketentuan .. . . Chamwink, bunssodan, 2 park, duo buntelan, atau apapun sebutan untuk 2 lelaki yang membuat saia terus berpikir kisah indah tentang mereka. Yaps, aku balik lagi dengan book bar...