00

296 48 1
                                    

"All crews check!"

"Alpha team in position."

"Bravo team in position."

"Daniel in position."

"Dominic in position."

Earphone itu hening dalam satu, dua, tiga detik. Membuat semuanya terheran. Harusnya masih ada satu suara lagi yang melaporkan.

"Gabriel?" Suara Kapten dari Operasi malam itu terdengar sarat bertanya.

Setelah tiga detik tak mendengar apapun, pertanyaan itu berubah menjadi seruan tertahan.

"Gabriel?!"

"Tak bisakah kalian menungguku mengoles lipstick?"

"Siapkan moncong bazookamu sekarang atau kulelehkan lipstickmu saat ini juga." Kali ini suara dingin Dominic terdengar.

"Oh, terimakasih telah membuatnya menjadi liquid lip."

"Lihat arah jam 10, Gabriel."

Perempuan yang dipanggil Gabriel itu langsung melompat kecil dan membuang lipsticknya sembarangan saat melihat arah jam 10.

Disana, di atap gedung sebelah gedung tempat Gabriel berjongkok, Kapten dari operasi malam itu menatapnya seram dan menggenggam shuriken dengan ujung yang mengkilat tajam ketika diterpa cahaya.

Gabriel yakin, shuriken setajam itu bisa menebas lehernya hingga kepalanya menggelinding bebas. Maka dari itu, buru-buru ia menyiapkan bazookanya dan fokus pada target.

"Daniel, beri aku update terkini." Kata Kapten operasi malam itu.

"Dalam lima puluh tiga detik, target akan terlihat."

Tanpa kurang dan lebih satu detik pun, dua orang laki-laki tinggi gagah berjalan beriringan di dalam sebuah ruangan di lantai 35. Tepat di depan gedung tempat Gabriel dan Si Kapten berdiri.

"Ingat, Black Rose adalah yang memakai sepatu putih." Kata Dominic.

Kapten tak menjawab, tapi matanya elangnya terus mengintai dua laki-laki itu bak mangsanya.

Saat akhirnya target berdiri tepat di titik yang diinginkan, komando Kapten terdengar.

"Tiga ... dua ... satu! SHOT!"

Heningnya malam mulai pecah, berganti suara ribut dari ledakan bazooka, rentetan tembakan, ledakan, dan reruntuhan material bangunan.

"Target telah dilumpuhkan, Kapten."

Sang Kapten menelan ludahnya susah. Tenggorokannya tercekat. Dadanya sesak tak karuan mendengar laporan itu.

Dikuatkannya diri untuk kemudian berkata, "Mission success."

Warning:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning:

Cerita ini hayalah fiktif belaka dan tidak memiliki sangkut paut dengan dunia nyata. Aku harap pembaca sekalian bisa mengerti dan memahami bagaimana konsep Fanfiksi itu sendiri dan tidak membawa cerita ini keluar dari aplikasi orange ini.

Selamat membaca❤️

Red Snow - ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang