Chapter 2

4 0 0
                                    

Author's pov

Cahaya matahari menyelinap masuk melewati celah-celah jendela kamar yang bernuansa putih itu. Gadis yang seperti biasa paginya selalu di awali dengan bangun siang, mulai membuka matanya. Lalu ia melirik jam untuk memastikan ia tidak terlambat. Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Ia segera bangun dari kasur kesayangannya dan segera mandi karena dia tak ingin melewatkan acaranya.

setelah 30 menit lamanya Vey mandi, akhirnya ia keluar kamar untuk mengambil sarapan. Seperti biasanya paginya ia sarapan sendirian karena semua orang rumah telah disibukkan dengan kegiatannya masing-masing. Ia melirik sejenak jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9.45 yang artinya ia sudah sedikit terlambat jika harus menjemput Iza. Vey lalu bergegas untuk mengambil tas dan segera pamit pada bundanya.

~~~

"Vey lo lama banget perasaan" kesal Meiza yang lama menunggu Vey datang.

"Kesiangan gue bangunnya" jawab Vey dengan santai sambil mengoleskan liptint miliknya.

"Ah lo mah kebiasaan. Yaudah ayo buruan berangkat" Tutur Meiza yang kemudian naik ke motor Vey. Dan Vey dengan sigap melakukan motornya.

Waktu yang mereka tunggu pun tiba. Gedung bernuansa abu-abu putih itu menjulang di tengah-tengah gedung-gedung tinggi lainnya. Tembok putih yang bertuliskan "Rumah Sakit Sejahtera" menandakan bahwa Vey dan Meiza telah sampai di tempat yang ingin mereka tuju. Mereka melangkahkan kaki menuju pintu utama dan segera menemui resepsionis untuk menanyakan keberadaan di mana kamar teman mereka yaitu Alana berada.

"Kamar atas nama Alana Meyshila berada di lantai 2 kamar Dahlia nomor 27 ya mbak" ucap sang resepsionis itu pada Vey dan Meiza. Mereka yang mendengar itu langsung melangkahkan kaki menuju kamar yang ditempati oleh Alana. Sepanjang perjalanan menuju kamar rawat inap Alana, mereka banyak sekali melihat kejadian yang mungkin bisa membuat mereka belajar bersyukur atas kesehatan yang telah mereka miliki saat ini. Terpampang jelas mulai orang yang berlalu lalang di sekitar mereka mulai dari yang sehat dengan tujuan untuk menjenguk maupun orang yang terbaring sakit di kursi roda ataupun yang di kasur sakit mereka. Banyak juga perawat berseragam yang memang bertugas untuk menjaga seseorang yang sedang sakit. Hal itu membuat Vey sangat bersyukur atas apa yang ia punya saat ini.

Vey dan Meiza yang sudah berada di depan pintu yang bertuliskan 'Dahlia:27'. Mereka segera mengetuk pintu itu dan menunggu seseorang untuk membukanya. Perlahan pintu putih itu mulai terbuka hingga menampakkan seseorang yang sangat tidak asing bagi Vey dan juga Meiza. Seketika melihat sosok itu Vey tak kuasa berkata. Orang yang selama ini mengusik pikirannya kini berada di depannya. Begitupun Meiza yang juga kebingungan dengan keberadaannya di ruang inap Alana. Dalam hal ini, Vey dan orang itu bertatap muka cukup lama seolah tengah mengulangi kejadian di masa lalu yang tak pernah mereka rasakan setelah sekian lama.

"Rifki?" tanya Vey yang hampir tak percaya bahwa pria di depannya saat ini adalah Rifki. Sosok pria yang pernah mengisi hidupnya selama ini. Dan juga selalu menghantuinya dalam mimpi dan juga pikirannya.

"Vey?"

"Sayang? siapa yang Dateng?" Terdengar suara perempuan yang parau dari dalam ruangan yang Vey duga adalah suara Alana.

Hah? Rifki? dia ada di sini? di kamar Alana? dan apa? sayang? mereka pacaran? - Batin Vey

Vey yang mendengar suara itu lalu langsung berkata "Hai Alana, gue Vey sama Meiza mau jenguk lo" kata Vey sambil berusaha melihat kondisi Alana di dalam ruangan.

Mine or Yours?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang