-33⚡-

131 19 0
                                    

Jairo sudah berdiri di jejeran depan kelas XII, ketika lima belas menit sebelum pemberitahuan berakhirnya sekolah dibunyikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jairo sudah berdiri di jejeran depan kelas XII, ketika lima belas menit sebelum pemberitahuan berakhirnya sekolah dibunyikan. Guru di kelasnya memang tidak masuk sehingga ia bisa keluar kelas sebelum waktunya. Semula George ingin ikut, tetapi tidak jadi karena Jairo menolak. Sesungguhnya berusaha memikirkan alasan yang bagus agar bisa berbicara berdua dengan lelaki yang sedang ia tunggu ini.

Tak berapa lama, para murid mulai keluar dari kelas di belakangnya. Beberapa di antara mereka menegur ketika melihat Jairo. Pun lelaki itu langsung mencegat Hessan begitu kakak kelasnya itu muncul di pintu.

"Kak!" serunya.

"Eh, Ji." Hessan balas menyapa Jairo.

Sebenarnya Jairo sering menunggu di depan kelas Hessan ketika pulang untuk berlatih bersama, begitu pun sebaliknya. Terkadang bersama teman mereka yang lain. Namun saat Hessan menangkap Jairo berdiri seorang diri di depan kelasnya lewat kaca jendela, ia beranggapan kalau lelaki itu mempunyai hal penting yang ingin dibicarakan dengannya.

Jadi Hessan menyempatkan berpamitan pada teman-teman sekelas yang biasa bersamanya keluar dari gedung sekolah, untuk pergi dengan Jairo.

Karena sepanjang perjalanan Jairo tidak berkata apa pun, Hessan akhirnya menarik kesimpulan bahwa yang tadi ia duga hanyalah perasaannya saja. Alhasil ia tidak lagi memikirkan apa yang hendak dibahas adik kelasnya itu dan mengajak Jairo untuk mampir ke kantin karena ia kehausan.

Sesudahnya mereka sampai di parkiran yang sudah lenggang. Saat itu baru Jairo membuka suaranya.

"Kak."

"Apa?" Hessan naik ke motornya, hendak menyalakan mesinnya tetapi terlebih dahulu menoleh sebab merasa cowok itu akan lanjut berbicara kalau mereka saling melihat.

Hessan bisa melihat Jairo mengatur emosinya ketika memikirkan kata-kata untuk kembali berbicara.

"Lo pacaran sama Kaira?"

Hessan menarik sudut bibirnya begitu mendengar pertanyaan tersebut. Sementara Jairo tampak kesal untuk alasan yang Hessan sendiri tidak bisa menebak apa. Tidak suka Hessan menganggapnya sebagai lelucon, raut Jairo berubah kering.

"Gue serius," tandas Jairo. "Kalo bener udah jadian sama dia, jangan buat masalah."

Hessan yang masih juga tidak bersuara, kali ini menaikkan sebelah alisnya.

"Gue respect sama lo, Kak. Tapi kalo lo buat dia nangis, gue nggak bisa kayak gitu lagi."

"Seenggaknya jangan sampe gue tahu!" Jairo berkata lagi dengan suara rendahnya yang mendadak penuh emosi.

Amarah Jairo bertambah karena Hessan terus diam sedaritadi. Tetapi sedetik kemudian Hessan menghela napasnya. Ia lantas menatap Jairo dengan pandangan seperti iba karena cowok itu tidak tahu apa-apa.

Dan Jairo benci itu.

"Seharusnya lo mikir, penyebab dia nangis itu apa," kata Hessan. Jairo sendiri merasa lebih baik lelaki itu tidak usah berbicara saja sekalian daripada membuatnya geram seperti ini.

JairoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang