BIMA

93 3 0
                                    

Langit masih tetap biru meski aku menangis hampir 5 kali sehari, burung-burung pun masih tetap berkicau meski suara isakanku makin kencang. Rasanya perasaanku tak pernah selaras dengan dunia ini.

Sesak yang ku rasa masih bisa ditahan kini justru meminta di bebaskan. Lagi dan lagi, kini sudah terhitung 6 kali aku menangis, dan akan tetap seperti ini sampai lelaki di depanku benar-benar hilang dari pandangan.

"Maaf"

Nyaris terdengar seperti lelucon bagi telingaku, mataku, perasaanku, dan duniaku.

"Kamu bisa tampar aku, maki-maki aku, lakuin yang kamu mau kalo itu bisa buat aku dimaafin"

Sayang sekali, kata-katanya bukan lagi terdengar seperti perintah untukku, baik sekarang ataupun selamanya. Kalau saja aku bisa meminta pada Tuhan untuk menghilangkan diri lelaki dihadapanku, pasti sudahku minta sejak ia datang.

"Kamu gak perlu dimaafin sama aku buat tetep hidup seneng, kan?"

"Ra.."

"Bima, biarin aku sendiri ya? at least untuk sekarang.. kalo bisa selamanya"

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang