Semuanya begitu sulit untuk di deskripsikan. Situasi mereka, keadaan hati, dan arah pikiran yang tak terarah. Keduanya masih diam ditempat selama beberapa menit setelah pelukan itu terlepas. Kedua mata saling memandang seolah saling memastikan bawah orang dihadapannya masih baik-baik saja. Tak menutup fakta bahwa seorang wanita diluar kedua manusia ini terjerumus dalam bulatan kecemburuan. Hatinya sedikit tergores.
"Kau terlihat baik dan sehat. Selamat Joy! Kau berhasil dalam permainan hide and seek mu. Aku bangga padamu", suara berat itu berucap begitu pelan dan penuh penekanan. Namun Joy dapat mendengar itu dengan jelas. Joy tampak ingin berucap namun tak bersuara karna pria itu lebih dulu berucap pada wanita dibelakangnya.
"Sayang, aku ke toilet sebentar", matanya membulat begitu menyadari lawan bicara lelaki itu. Sedangkan sang wanita yang di klaim sebagai 'sayang' nya itu mengangguk dan tersenyum. Lalu wanita itu berjalan mendekati Joy.
"Ternyata dunia sempit sekali, Zoe! Kau bahkan mengenal calon tunanganku!", Joy membelalakan matanya jadi miss John teman baru sekaligus client yang selalu dia ceritakan pada orang sekitarnya itu calon tunangannya Vante?
"Kau terlihat terkejut. Jadi bagaimana kalian bisa kenal?", tanya Somi.
"Ka.. Kami te.. Teman dekat saat di Korea. Terakhir kali bertemu lima tahun lalu", Somi ber oh ria dan mengangguk-angguk mengerti.
'Hanya seorang teman lama, tak perlu dipikirkan Somi-a', ujar Somi mensugesti dirinya sendiri.
"Somi-a aku duluan ya. Aku harus menghampiri.."
"ZOE!!", pria itu memanggilnya begitu lantang dan berlari mendekatinya sambil melambaikan tangannya dan tersenyum menampilkan lesung pipi menggodanya. Menatap pemandangan itu Somi tersenyum menggoda Joy.
"Kekasihmu tampan sekali. Dan juga panas. Kalian terlihat baik bersama", Joy hanya tersenyum kikuk lalu beralih berjalan mendekati Jay dan memeluknya erat.
"Tolong aku Jay. Dia ada disini", bisik Joy pelan.
......................................................................
Keempatnya terduduk bersama dengan sebuah meja yang memisahkan jarak antar dua orang saling berhadapan. Tak ada yang membuka suara. Hanya saja tatapan Vante pada Joy yang membuat keadaan semakin sulit dimengerti oleh Somi. Sedangkan Jay ia menggenggam tangan kanan milik Joy erat dibawah meja menguatkan wanita itu.
"Zoe, Jay kalian mau pesan apa?", Somi bertanya ramah menutupi rasa gundah dan bingungnya. Joy tersadar dari pikirannya dan mulai menyibukkan diri memilih menu bersama Somi. Jay mengulurkan tangan kanannya kepada pria di hadapannya.
"Jay Jung", Vante menatapnya datar lalu ikut mengulurkan tangan kanannya meraih jabatan tangan itu.
"Vante Kim", keduanya saling menatap tajam, seolah-olah dapat saling menusuk dalam pandangan itu. Cukup konyol memang.
"Sayang, kau mau apa?", Jay tersedak ludahnya sendiri saat Joy mengajaknya berbicara.
"Choco avocado waffle saja", Jay menjawab sambil berusaha menetralisir jantung dan tenggorokannya. Sedangkan Somi ia hanya tersenyum kecil menurutnya pasangan dihadapannya itu sangat menggemaskan. Sedangkan tangan lelaki disampingnya sudah mengepal erat siap membogem pria berlesung pipi yang menurutnya sok tampan itu dihadapannya. Tak seharusnya pria yang berstatus sebagai seorang tunangan bersikap seperti itu bukan? Apalagi bukan pada Somi.
'Rasa itu mudah sekali kembali hanya dengan melihatmu lagi, Park Joy'
......................................................................
Somi menatap Vante kesal karna pria itu tak kunjung mengajaknya berbicara semenjak pulang dari cafe itu. Tidakkah seharusnya pria itu berinisiatif buat menjelaskan atau menceritakan sesuatu padanya?
"Apa? Kenapa melihatku begitu?", protes Vante.
"Tidakkah kau berutang penjelasan padaku?", bukan jawaban yang Vante terima melainkan sebuah pertanyaan. Ia menghela nafas ia tahu jelas arah pembicaraan ini.
"Sayang, Joy hanya sahabatku. Kami dekat itu saja", Somi menatapnya curiga.
"Apa ia sahabat berprofesi model yang kau ceritakan itu?", Vante mengangguk. Ia memang menceritakan segalanya pada Somi tapi tak se'transparan' itu. Vante mengangguk.
"Lalu kenapa ia vacum dan malah menjadi perfumer di London?", rahang pria itu mengeras lalu menatap Somi tajam.
"Kau bilang kau temannya kenapa tidak menanyakan itu langsung padanya?!", lose control. Vante membentak Somi untuk pertama kalinya dalam 2 tahun hubungan mereka. Somi menatapnya nanar.
"Turunkan aku disini!", pinta Somi datar. Vante terdiam, ia tak mengiyakan wanita itu. Ia terus melajukan mobilnya.
"TURUNKAN AKU, KUBILANG!", Somi berteriak kesal dan segera turun ketika Vante menghentikan kendaraannya.
'Aku yakin ada hal yang mereka sembunyikan. Tak bisakah kau jujur langsung padaku Tae? Aku tunanganmu namun mengapa kau terasa sangat asing hanya dalam beberapa jam', Somi mulai menunduk dan menghapus beberapa butiran bening yang turun dari mata coklatnya. Perlahan ia mulai berjongkok merutuki nasibnya dan menangis menjadi tontonan beberapa orang tanpa ia peduli.
"Somi-ssi?", Somi segera mendongakan kepalanya lalu membuang mukanya cepat. Wanita itu malu sekarang.
"Ayo berdiri. Kau akan mati kedinginan jika disini. Itu air matamu bisa jadi es batu", Somi menatap pria itu kesal namun ia menuruti arahan pria itu. Tak lama setelah itu keduanya sudah terduduk didalam sebuah restoran berlabel J's Eatery restoran mewah dengan waiting list terbanyak setiap hari nya. Lalu pria itu kembali mendatangi Somi yang tengah menatap detail indah dan mewah restoran ini.
"Minumlah",
"Thanks Jay", ucap Somi lalu Jay mengangguk dan tersenyum dengan lesung pipinya.
"Apa kau bertengkar dengan calon tunanganmu? Maaf jika lancang", Somi mengangguk mengiyakan. Jay menghela nafas kesal.
'Dasar pengecut! Joy menangis berjam-jam siang tadi dan sekarang tunangannya yang menangis ditengah jalan. Dan juga kenapa aku sial sekali bisa berpapasan dengan para wanita cengeng di hari yang sama', pria menggerutu panjang dalam hati membuat ia tak lagi focus dan mendengarkan cerita detail dari Somi yang mulai berkaca-kaca. Ketika ia tersadar ia membelalakan matanya.
"Hey, jangan menangis. Orang-orang akan mengira aku yang membuatmu menangis. Berhentilah", Somi menatapnya kesal dan semakin terisak Jay mulai pusing sekarang. Baik pegawai ataupun pengunjung restoran miliknya mulai berbisik-bisik. Sampai akhirnya ia memilih untuk berdiri dan menarik telapak tangan wanita dihadapannya untuk pergi. Membawa wanita itu memasuki mobilnya, mendengus nafas kasar.
"Dimana rumahmu?", tanya Jay singkat. Somi tetap menangis tersedu-sedu sampai kedua telapak tangan Jay menangkup kedua pipi berisi wanita itu.
"Miss John. Berhentilah okay?", Somi mengedipkan matanya beberapa kali sampai akhirnya ia tersadar dan malu setengah mati. Ia benar-benar tidak waras menangis didepan orang yang baru ia kenal tadi pagi.
"Maaf"
TBC
......................................................................Guys jujur aku sekarang ragu. Aku pengen happy ending cerita ini. Tapi juga sad ending plot twistnya juga bahkal seru. Gimana dong? Kalian maunya sad or happy? Jangan lupa jawab di komen yaa. Please vote juga jangan jadi siders biar aku up lebih cepat
KAMU SEDANG MEMBACA
Her ( VJOY ) M
Fanfiction"Aku yang menentukan pantas atau tidak pantas" - Kim Vante "Jangan seenakmya! ", - Park Joy "Dasar keras kepala!", Kim Vante