Part 16

440 81 0
                                    

"Somi! Jangan becanda!", pria itu berujar frustasi dengan nada bicaranya yang meninggi tanpa ia sadari.

"Sampai kapan? Aku sudah mendengar semuanya dari Jay. Dan aku kecewa padamu",

"Kita bahkan baru mengenalnya Somi!", ucap Vante penuh penekanan.

"Dan ia mengenal Joy cukup lama Tae! Temui Joy dan selesaikan masalah kalian berdua", tegas Somi.

"Tak ada yang perlu diselesaikan Somi!",

"Banyak yang harus kau ketahui Vante. Pastikan perasaanmu terlebih dahulu. Aku tidak mau kita terikat dengan keadaan hatimu yang masih terpikat dengan masa lalumu", Somi berucap lirih.

"Somi.. Tidak bisakah kita focus dengan hanya kau dan aku? Tidak ada Joy ataupun pria bernama Jay itu", Somi menggeleng cepat sebagai respon.

"Tae, pergilah menemuinya. Apapun itu. Aku ataupun dia. Aku tidak akan berharap banyak", Vante menatap Somi ragu dan memeluk wanita itu erat sesekali mengecup kening wanita yang mengisi harinya 2,5 tahun belakangan ini.

"Aku akan segera kembali",

'Tidak Tae! Kau akan pergi dan tidak akan pernah kembali', - Somi.

......................................................................

Mata Joy membulat begitu menyadari Vante berjalan memasuki ruangan reeservasi disebuah restoran milik Jay, tempat dimana ia menunggu Somi. Vante menatapnya datar kemudian menghela nafas kasar setelah terduduk diseberang wanita itu. Joy bergerak cepat memberikan sample akhir dari parfume brand pribadinya dan meletakkan cepat di meja.

"Ini sample akhirnya ya. Berikan pada Somi. Jika ada permintaan tambahan suruh dia untuk menghubungiku", wanita itu berucap cepat layaknya rapper dan meraih tasnya lalu beranjak dari kursi restoran itu.

"Mau sampai kapan kau menghindariku?", Joy terdiam mematung. Lidahnya sangat amat keluh untuk menjawab.

"A..  Aku.. Tidak",

"Duduk!", suara berat itu berucap penuh penekanan dan dominasi membuat Joy kembali terduduk. Wanita itu sedikit menunduk menghindari pandangan dari pria di seberangnya.

"Dengar, Joy. Aku tidak tahu apa yang kau katakan pada Somi. Aku serius dengannya. Jadi tolong jangan cerita apapun tentang masa lalu antara kau dan aku. Itu tidak ada artinya lagi bagiku", Joy mengangkat wajahnya menatap ke wajah pria itu dan tersenyum miring.

"Kau sedang menuduhku?", Vante menatapnya remeh dan tertawa mengejek.

"Lantas siapa lagi? Kau yang pergi seenaknya seperti itu. Dan sekarang tujuanmu memberitahu Somi? Bukankah jelas?",

"Aku tegaskan sekali lagi Tae! Aku hanya berbicara kejujuran dan aku bahkan meyakinkannya untuk menetap padamu",

"Tahu apa kau tentang kejujuran? Bukannya kau jenis wanita yang untuk jujur pada dirinya sendiri saja sulit?",

"Intinya kau tenang saja tuan Kim yang terhormat. Dan juga jangan pernah sekali lagi kau menemuiku hanya untuk menuduh", Joy berucap geram penuh amarah. Kekecewaan juga tercampur dalam gejolak emosinya.

"Dan juga suruh teman tidurmu itu untuk jaga mulutnya dan tidak ikut campur dalam hubunganku dan Somi",

"Jaga bicaramu brengsek!", Jay berucap tegas begitu memasuki ruangan reservasi tempat dimana Joy dan Vante beradu mulut.

"Cih, datang membela teman tidurmu? Biar dapat imbalan tambahan ya nanti.. "

'BUGH!! ', Jay menonjok wajahnya begitu keras membuat Vante terhuyung. Joy mendekap mulutnya dengan kedua tangannya menatap tak percaya kejadian dihadapannya.

"Aku pun heran mengapa kau, masih berharap pada jenis lelaki seperti ini Joy! Dan kau Kim Vante! Lelaki terbrengsek dimuka bumi. Ku harap kau mati menyusul calon anakmu!",

"JAY!", suara Joy membentak memenuhi ruangan itu. Joy menatapnya penuh luka mata itu mulai berair.

"Aku kecewa padamu Jay..."

......................................................................

"Kompres wajahmu", ujar Joy datar sambil melempar alat pengompres itu asal ke arah Vante. Vante masih mematung. Tidak, ia bukan shock karna pukulan itu. Tapi kalimat Jay membuatnya berpikir keras. Apa maksud dari kata 'mati seperti calon anakmu'.

"Kau pernah hamil?"

'DEG!',  Joy membatu mendengar pertanyaan dari Vante. Wanita itu sudah siap dengan semua pertanyaan dari lelaki dihadapannya itu sejak hari pertama mereka bertemu kembali. Namun tidak dengan pertanyaan yang satu ini. Joy membalikkan tubuhnya dan tersenyum kikuk.

"Tuduhan apalagi ini? Menuduhku jalang, dan sekarang hamil?",

"Lalu apa maksud kalimat teman tidurmu itu?",

"Tidak bisakah kau berbicara baik-baik? Kau temanku", Vante tertawa dan hal itu begitu menusuk jantung Joy.

"Teman ranjang semalammu?", Joy mengeratkan kepalan tangannya kuat.

"Lalu kenapa? Kau daritadi menyebut Jay teman tidurku. Jika ia kenapa? Kau merasa semalam saja kurang cukup? Aku berbeda denganmu!", Vante menatap wanita dihadapannya tidak percaya. Tidak adalagi Joy yang pasrah, menangis, atau diam tertindas. Dan sialnya di keadaan seperti ini

'Sial! Bagian bawahku menegang hanya dengan ia marah-marah',

"Sekarang, kau! Pergilah pulanglah kembali ke Somi. Tidak baik seorang pria tunangan orang lain berduaan dengan mantan teman ranjang satu malamnya", Joy berucap penuh penekanan dan keluar dari mobil Vante, menghantam pintu mobil itu keras lalu turun masuk ke gedung apartmen milik Jay. Dan perlahan, penyesalan mulai ada dalam diri pria itu. Jari tangannya mulai menari diatas benda kotak dalam genggamannya untuk menekan beberapa angka. 

"Chan, aku ingin menagih janjimu",

"...."

"Anak siapa yang Joy kandung dan mati 5 tahun yang lalu?"

......................................................................

"Whiskey dan segelas orang juice untuk orang aneh disampingku ini", ujar Jay. Vernon menggeleng tak habis pikir dengan kedua pelanggan dihadapannya.

"Sialan! Justru kau yang aneh. Makanya Joy tak mau denganmu", Jay tersenyum miring sedikit meratapi nasib percintaannya.

"Lalu kenapa kau malah mengajakku kesini bersamamu?", sahut Jay sebal. Seharusnya Somi memang tidak membawa-bawa persoalan hati diantara Jay dan Joy kan?

"Ya mempersiapkan diri akan ditinggal oleh Vante,  mungkin?", Jay menatapnya bingung,  membuat Somi menghela nafas kasar. Ia tahu, Jay membutuhkan penjelasan.

"Kau? Tunggu-tunggu. Kau tahu mereka berdua bertemu?", Somi mengangguk cepat.

"Aku yang mempertemukan mereka. Vante harus mempertanggung jawabkan kerugian yang ia berikan pada Joy bukan?", Jay menggeleng tidak setuju.

"Keduanya bersalah jika soal kehamilan Joy saat itu. Kerugian hanyalah konsekuensi atas perbuatan mereka", Somi menatapnya tajam.

"Wanita tidak pantas diperlakukan seperti itu!", tegas Somi.

"Dan itu bukan sepenuhnya kesalahan sang pria", tegas Jay tak mau kalah. Somi memutar bola matanya kesal.

"Vodca satu ya Vernon! Dan kau! Antar aku pulang nanti malam",

TBC

......................................................................

Udah pada mulai paham kan ya reader2 terzheyenk wkwkwkwkwk. Jan lupa vote n komen

Her ( VJOY ) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang