||LN||3. Menginap.

540 87 10
                                        

Destian mengamati sekilas wanita yang tertidur di sampingnya, dia berdecak pelan. Bisa-bisanya wanita yang berstatus sebagai sekretarisnya ini justru tertidur dan membiarkan dirinya terlihat sebagai supir. Siapa lagi yang berani menyuruh seorang Destian Nugraha sampai seperti jika bukan Elok Ajeng Nastiti sekretarisnya.

Namun, Destian juga mewajarkan jika Ajeng tertidur. Sebab mereka pulang kelewat malam, pesta ulang tahun Ivy sebenarnya selesai sejak pukul enam sore. Tapi kedua mantan istrinya yang terlanjur kepo tentang Ajeng menahan mereka berdua, Nafa dan Rosa kompak menginterogasi Ajeng. Sementara Ajeng hanya bisa menjawab canggung pertanyaan kedua wanita tersebut.

"Mas, ini bener-bener bukan tipe kamu banget loh."

Destian mengingat ucapan Rosa, tentu saja Ajeng memang bukan tipenya sama sekali. Destian lebih suka wanita dewasa yang matang, memiliki pemikiran cerdas, juga mampu mengimbanginya. Sementara Ajeng, gadis muda di sampingnya ini tentu tidak akan mampu. Mengingat sekretarisnya ini kelewat polos, yang kadang membuat Destian ngeri sendiri dengan kepolosan Ajeng.

Dering ponsel membangungkan Ajeng dari tidurnya, matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Destian berdehem, yang sontak membuat Ajeng tersentak seketika. Dia bahkan mengutuk dirinya sendiri dalam hati, bisa-bisanya dia tertidur saat Destian sedang menyetir.

"Maaf pak saya ketiduran, kita sudah sampai sejak kapan?" tanya Ajeng melirik jam melingkar di tangannya sudah menunjukan pukul setengah satu malam.

"Kira-kira setengah jam yang lalu," jawab Destian santai.

Ajeng menggigit bibir bawahnya sendiri karena gugup. Gadis itu bingung harus mengucap apa, Ajeng hanya berharap dia tidak mengatakan apapun saat tidur mengingat dirinya punya kebiasaan berbicara saat tidur.

"Kos kamu memang sepi begini? Gak ada penjagannya?" tanya Destian yang sejak tadi memperhatikan gerbang kos Ajeng yang tertutup rapat.

"Kalau di atas jam dua belas memang sudah di kunci Pak," jawab Ajeng sambil menghembuskan napas kecewa. Sepertinya malam ini dia akan merepotkan Sandra, dia akan menumpang di kosnya sebab tidak mungkin dia masuk ke dalam. Ibu Kosnya bisa melaporkan dirinya yang yang pulang kelewat malam pada ibunya di kampung.

Destian menatap heran ke arah Ajeng.

"Kamu serius Kos di tempat yang menerapkan jam malam? Ini kos karyawan kan, bukannya biasanya bebas jam malam ya?" tanya Destian tak percaya.

Ajeng tersenyum kikuk sebelum menjawab.

"Ini sebenarnya kos untuk mahasiswa sama pelajar Pak,"

Destian lagi-lagi di buat takjub dengan sekretarisnya satu ini, bukankah gaji Ajeng harusnya lebih dari cukup untuk menyewa kos yang memiliki jam malam bebas yang harga sewanya memang sedikit lebih mahal.

"Terus kamu mau tidur dimana? Gak mungkin kamu mau ngemper di depan gerbangkan?" tanya Destian memastikan jika Ajeng tidak nekat tidur di depan gerbang, melihat karakter Ajeng selama ini tentu saja itu tidak mustahil terjadi.

"Saya biasanya nginep di kosan Sandra kalau kekuncian Pak," jawab Ajeng.

"Kos Sandra dimana? Biar saya antar." tanya Destian.

"Tidak perlu Pak, saya bisa naik taksi online." tolak Ajeng, selain sungkan Ajeng juga tidak mau jika besok dia menjadi tranding topic karena pulang kelewat malam dan di antar pria belum lagi pria itu adalah atasannya. Mungkin jika hanya Sandra, Ajeng tidak akan panik. Masalahnya di kosan Sandra banyak teman sekantor Ajeng juga.

"Kamu yakin Jeng mau naik taksi semalam ini? Apa gak lebih aman kamu saya antar saja," Destian tentu sedikit ngeri membiarkan Ajeng naik kendaraan umum, apa lagi sekarang sudah begitu malam.

Lingkar NadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang