RINTIHAN PEDIH KALA ITU
Engkau wanita yang kupanggil bunda...
Engkau wanita yang kupanggil mama...
Mencoba kucerna setiap detik album lama..
Dalam kata dan air mata membekap jiwa...Rintihan itu, teriakan itu...
Pasti sangat menyakitkan...
Kala dikau melahirkan kehidupan yang disebut aku saat ini...
Aku yang tlah kau panggil sayang...Rintihanmu kala itu aku tak paham...
Tak terbesit pula dalam benak aku menangis....
Hanya mendengar cerita orang, bahwa aku pernah menjadi bayi kecil...
Buah dari kasih yang tak ternilai...Seakan mencoba tuk merasa...
Surgaku pernah merintih hebat...
Setelah sekian lama aku menjadi bagian dari tubuhmu...
Kini tubuhku tlah meraba dunia dibalut kasih tak berhingga resap kasihmu....Engkau wanita yang kupanggil Ibu...
Engkau wanita yang kupanggil mama...
Apa yang kupunya saat ini mungkin tak cukup untuk membalas...
Namun doa kulayangkan, rintihan surgaku kan menjadi berkat...
----------------------------------------------------------------WANITA DARI WANITAKU
Sebelum itu, aku tak mengenalmu....
Siapa engkau tak kureka...
Bayangan pun tak saling menyapa...
Hilangpun tak kucari...Engkau wanita...
Sumber lenteraku...
Tak pernah kuingat pernah melihatmu...
Mungkin kusapa, diam jawabmu...Kini bertemu puaslah hatiku...
Engkau wanita anugerah nyata...
Wanita dari wanitaku...
Sumber dari manis kasihku...Saat ini ingin kuungkapkan...
Terima kasih tlah melahirkan dia untukku...
Doa kuungkap, telapak kupeluk...
Untuk surga wanitaku...
Wanita dari wanitaku...
--------------------------------------------------------------PELUHMU AYAH
bergumul di bawah mentari...
Menyeka wajah dengan sapu tangan merah...
Basah terlihat bagaikan tetesan darah...
Berbekal semangat dan cinta, engkau rela korbankan nyawa menuai rupiah...Dikau Ayah, punggung keluarga...
Pundak bagai baja pikul derita..
Demi kami yang kau sebut masa depan....
Masa depan yang kan melepas bebanmu...Alangkah hebatnya dikau menipu kami.. Sembunyikan lelah dengan senyum itu...
Sembunyikan beban dengan tawa riang sambil membawa sebungkus jajanan...
Mungkin dahulu, aku tak paham, peluhmu itu adalah tanda harapan dan angan...Engkau tahu ayah...
Kini aku mulai paham bahwa wajahmu adalah pahatan harapan dan cinta...
Takkan berakhir hingga kapanpun...
Sampai akupun menjadi sepertimu nanti...Engkau pun harus tahu ayah...
Mungkin Tuhan tak pernah terlihat...
Namun bagiku, wajahmu adalah rupa nyata Tuhan yang kupercaya adalah rahmat...
Izinkanlah aku membasuh peluhmu, memelukmu erat dan nyatakan terima kasih...Aku paham bahwa itu takkan cukup...
Namun, engkau harus tahu, setiap anak memiliki pahlawannya untuk ditiru...
Maka, engkau pahlawanku menjadi cerminan tuk menghadapi hidup...
Tanpa putus asa, tanpa keluhan, kau tunjukkan dunia tidak sukar untuk diubah....Maka izinkanlah aku menjadi sepertimu..
Bahkan jika mungkin, lebih baik....
Mengukir wajah penuh peluh dengan rasa bangga...
Dan nyatakan, perjuanganmu tak sia-sia, kepercayaanmu bahwa memang akulah masa depan cerahmu....
---------------------------------------------------------------Angelho johannes-
Ruteng, Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISI SENJA
PoetryBagi sebagian orang, senja adalah sebuah momen, dimana mereka dapat merefleksikan kembali hari yg tlah lalu. Sejuta inspirasi akan muncul mengiringi tenggelamnya matahari. Dalam buku ini adalah puisi-puisi yang diciptakan di kala senja tiba. Tidak h...