Three

3.1K 411 76
                                    

E X P R E S S I O N S

Di dunia ini, tidak banyak orang yang mampu melihat berbagai ekspresi Todoroki. Datar atau amarah. Hanya itu yang Todoroki tunjukkan di depan publik. Ledakan emosi yang paling besar terlihat saat ia melawan Midoriya dan Sero saat festival olahraga. Sulit sekali memergoki Todoroki yang tersenyum atau bahagia. [Name] merupakan salah satu dari sedikit orang yang mampu melihat berbagai macam ekspresi Todoroki dan menerima afeksinya.

Pertama kali bertemu dengan Todoroki, [Name] takjub. Terkesima dengan fakta bahwa putra bungsu Endeavor mau berbicara dengannya yang orang biasa. Pemuda yang jarang menampakkan ekspresi selain determinasi ketika mereka latihan bertarung. Selain kenyataan bahwa Todoroki adalah pemuda tampan, [Name] tidak yakin ia ingin berhubungan lebih jauh dengan Todoroki.

Betapa salah pemikirannya saat itu. Seiring dengan berjalannya waktu, [Name] mulai memahami makna gestur dan setiap kata yang diucapkan. Todoroki cenderung berwajah datar bukan karena ia tidak memiliki emosi, ia hanya tidak mengerti cara mengungkapkannya. Belakangan, [Name] maklum dengan kebiasaan kekasihnya. Dibesarkan oleh ayah yang tidak pernah sekalipun memperlihatkan kasih sayang, Todoroki tumbuh menjadi pribadi yang tertutup.

Sejujurnya, setelah hubungan mereka terungkap tidak ada perubahan yang besar. Todoroki tetap menggamit tangannya di bawah meja saat makan siang bersama dengan Midoriya dan lainnya. Kelingking mereka tetap terjalin di belakang pandangan publik saat mereka menunggu giliran latihan kepahlawanan. Sama. Gestur kecil yang ditunjukkan Todoroki masih tetap sama sebelum atau sesudah hubungan mereka diketahui.

Banyak pihak yang menanyakan kebenaran hubungan mereka. Beberapa penasaran dengan cerita dibalik ikatan di antara keduanya, sisanya sibuk bergosip tentang apa yang [Name] lakukan demi mendapatkan perhatian Todoroki.

"[Name], bagaimana rasanya menjadi kekasih Todoroki yang keren?" tanya Ashido sewaktu bersantai di lantai satu setelah pulang sekolah. "Pasti menyenangkan ya bisa menjadi kekasih siswa paling tampan di kelas?"

[Name] terkekeh pelan seraya meregangkan tubuh. "Tentu saja menyenangkan. Siapa yang tidak senang disayangi oleh pria seperti Shouto?"

"Eh... benarkah?" Hagakure menimbrung. "Bagaimana Todoroki-kun saat bersamamu? Apakah ia tetap pendiam? Apa Todoroki-kun mudah tersenyum?"

"Pendiam sih iya. Kurasa Shouto juga mudah tersenyum," [Name] terdiam sejenak, berpikir. "Tapi senyumnya paling cerah saat aku memasak soba untuknya."

[Name] tertawa kecil saat Ashido, Hagakure dan Uraraka melongo dengan ucapannya. Mereka memandangnya tidak percaya lalu beralih pada Todoroki yang sedang mengobrol dengan Midoriya di dekat dapur lalu kembali padanya. Tatapan ketiganya seolah menuntut penjelasan.

"Shouto bisa tersenyum kok," [Name] berusaha meyakinkan. "Memang tidak selalu, tapi Shouto yang tersenyum adalah Shouto yang paling tampan."

[Name] harus berlari keluar asrama untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut tentang senyum Todoroki. Sudut hatinya enggan berbagi dengan yang lain. Panggil ia serakah, tapi [Name] ingin senyum Todoroki tetap miliknya untuk sementara ini.

Pada kesempatan lain, [Name] mendengarkan penjelasan detail Midoriya saat Todoroki menanyakan perihal tempat kencan yang cocok untuk mereka datangi. [Name] menahan keinginan untuk tertawa, mengulum senyum ketika raut muka Midoriya selama menjelaskan bagaimana Todoroki tampak lebih lembut.

"Sejujurnya aku terkejut karena Todoroki-kun bisa berekspresi seperti itu," mulai Midoriya. Kedua tangannya bergerak, memberikan penekanan pada penjelasannya. "Todoroki-kun tiba-tiba datang dan bertanya seperti apa tempat kencan yang cocok untuk kalian. Setelah aku bertanya apa yang [Name]-san suka, ekspresi Todoroki-kun langsung melembut. Tentu saja tidak mengherankan karena kalian berdua sepasang kekasih, tapi untukku cukup mengagetkan ..."

Shouto's HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang