Fifteen

1K 162 9
                                    

B R E A K I N G   N E W S

"Lelahnya..."

[Name] mengembuskan napas berat setelah mendamparkan diri di sofa. Ia memejamkan mata sembari memijat lehernya yang pegal. Dengan jadwal patrolinya yang berlangsung di malam hari, ia hanya punya waktu saat matahari masih meninggi untuk membenahi apartemen mereka. Meski bukan apartemen mewah, tapi tempat tinggal mereka cukup nyaman untuk ditinggali berdua.

Beberapa tahun sudah berlalu sejak kelulusan mereka dari UA. Fuyumi yang mencetuskan ide agar ia dan Todoroki tinggal bersama selepas kelulusan—setelah melihat bagaimana menyedihkan Todoroki ketika berpisah dengannya untuk beberapa waktu. [Name] yang sudah tak lagi diterima di rumahnya memutuskan untuk mengiyakan gagasan Fuyumi, yang tentunya disambut dengan suka cita oleh Todoroki.

Berkebalikan dengan karir kekasihnya yang kian meroket hingga menduduki salah satu pahlawan dengan popularitas tertinggi, [Name] memilih karir sebagai underground hero. Mengambil jalan yang sama dengan wali kelasnya dulu, [Name] merasa pandangan publik terlalu memengaruhi dirinya lantas memutuskan menjadi pahlawan dunia bawah. Tidak jarang, [Name] menjadi rekan Eraserhead jika kasus dan lokasinya memungkinkan. Melelahkan tapi tidak dapat dipungkiri [Name] bangga menjalani kehidupannya sekarang.

Selagi ia sibuk berada di rumah saat matahari masih tampak, Todorokilah yang menunaikan tugasnya sebagai pro-hero. Pria dengan helaian merah dan putih itu kini tampak lebih luwes bersosialisasi dengan media dan penggemarnya yang menumpuk. Seringkali kebingungan dengan pujian maupun hadiah yang ia terima dari penggemarnya, Todoroki masih tetap mengumbar senyum tipisnya—ia sempat takut tersenyum karena ucapan Mount Lady tempo hari, tapi [Name] berhasil meredakan kecemasannya.

Dahi [Name] berkerut sebal saat ponselnya berdering tanpa henti, pertanda entah seseorang begitu gencar menghubunginya atau notifikasi media sosialnya yang membludak. Namun, belakangan [Name] tidak mengunggah apapun di media sosialnya. Aneh.

Tangannya terjulur, meraba-raba meja ruang tengah mencari ponselnya. [Name] menarik napas panjang, tak rela membuka mata setelah kantuk berhasil mendatanginya. Namun apa yang muncul di layar ponselnya benar-benar mengejutkan.

Ada puluhan notifikasi—kebanyakan berasal dari teman sekelasnya dulu, yang menyematkan nama akunnya di kolom komentar salah satu akun talkshow yang terkenal. [Name] terkesiap membaca sekilas tentang respon orang-orang pada kolom komentar di video yang baru saja diunggah lima belas menit yang lalu.

"Benarkah yang dikatakan Shouto?" itu komentar dari Mina.

"[Name], katakan sejujurnya. Aku tidak percaya hubungan kalian berakhir seperti ini," kali ini Uraraka yang meninggalkan jejak.

Alisnya bertaut saat melihat Midoriya turut memberi respon. "Tidak kusangka kau dan Todoroki-kun akan berakhir seperti ini."

Penasarannya terusik setelah membaca komentar-komentar dari teman-teman yang menyematkan namanya. Beberapa penggemar Todoroki tampaknya syok dengan isi video yang diunggah. Ibu jarinya kembali menggulir layar ponsel, berniat untuk menonton video. Keingintahuannya sudah tidak bisa tertampung.

Netra gelapnya terfokus pada rupa datar Todoroki, mengulum senyum saat pembaca acara berusaha mencairkan suasana tapi tidak mendapat respon yang berarti dari pria dengan mata heterokrom itu.

"Bagaimana tanggapanmu mengenai rumor bahwa kau sedang menjalin hubungan dengan sesama hero?"

[Name] memperhatikan perubahan raut wajah Todoroki, menyeringai tipis saat sang pria merengut tak mengerti.

"Kurasa tidak masalah. Selama tidak memengaruhi performaku sebagai pro-hero, bukankah aku bebas menjalani kehidupan pribadiku?" ujar Todoroki tenang.

Shouto's HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang