Rasta melangkah siap menuju papan pengumuman di lantai bawah sekolahku. Hari ini hari pertamaku kelas 11. Rasta melangkah mantap menaiki setiap anak tangga. Setelah Rasta memastikan ini benar-benar lantai 4, ia berbelok mencari kelasnya, XI IPS 3.
Rasta menaruh tasnya sembarangan. Tempat favoritnya adalah di belakang dan di pojok kelas, Rasta berpikir tempat itu pas untuk tidur. Lalu Rasta duduk sambil memainkan handphonenya.
"Woy Ras!" sapa seorang pria.
Rasta mendongahkan kepalanya. Bimo, teman pertamanya di SMA ini.
Rasta melewati harinya dengan datar. Mendengarkan ceramah wali kelas baru, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Kelas ini sama dengan kelas STM pada umumnya, jumlah siswa laki-lakinya jauh lebih banyak dari perempuannya.
Rasta bukan anak yang di kategorikan pintar di sekolah. Rasta punya bakat lain. Musik, Rasta sangat lihai dalam memainkan alat musik, tapi ia lemah dalam pelajaran.
Orang tua Rasta adalah sepasang suami istri yang senang bekerja. Ayahnya adalah seorang dokter dan ibunya adalah perancang busana terkenal. Wajar jika mereka menuntut Rasta lebih dalam hal pelajaran, bukan? Orang tua Rasta selalu menginkan Rasta menjadi seorang dokter.
Rasta awalnya merasa itu sama sekalu tidak membebaninya. Apapun dia lakukan demi melihat kedua orang tuanya tersenyum bahagia memandang Rasta.
Ternyata Rasta tidak sekuat yang dia bayangkan. Baru 3 bulan Rasta sekolah. Semuanya hancur. Rasta menatap tidak percaya pada vonis teman ayahnya. Ayahnya juga memeriksa Rasta 3x sebelumnya dan hasilnya sama.
Rasta menatap ayah dan ibunya yang terlihat putus asa. Rasta tidak tau harus berbuat apa. Rasta anak tunggal, dan Rasta harus di hadapkan penyakit seperti ini?
Ya Tuhan tolong hambamu ini, aku rasa aku sudah tidak kuat hidup di dunia ini jika melihat kedua orang tuaku menangis seperti itu. Ucap Rasta dalam hati.
Sejak saat itu Rasta jarang masuk. Mengingat pihak sekolah yang sudah memanggil kedua orang tua Rasta akibat nilainya yang menurun drastis. Pada akhirnya, guru-guru memutuskan agar Rasta dibimbing teman oleh sekelasnya.
Dia Ribka, perempuan berkacamata kotak dengan penampilan yang biasa saja. Sama sekali bukan tipe Rasta. Tapi kalian tidak boleh memandangnya sebelah mata.
Dia kesayangan semua guru ku di SMA, dia murid pararel 1 di kelas 11 jurusan IPA di sekolahku. Semua orang memang mengakui dia pintar, seperti yang terlihat dari kacamatanya. Dan ternyata dia sekelas dengan Rasta.
Rasta menunjukan sikap acuhku padanya. Rasta tidak peduli sama sekali sama dia. Rasta merasa dia bisa tanpa bantuannya. sampai sewaktu itu dia menatap Rasta dan bertanya.
"Kenapa nilai lo turun?," Rasta melihat raut kekecewaan di muka Ribka.
"Gue gak tau." kata Rasta berbohong.
"Lo gak mau naik kelas ya? Belajar dong Rasta!," katanya yang membuat Rasta kaget.
"Eh jangan gitu dong Rib. Gue mau naik kelas nih." kata Rasta lalu Ribka tersenyum.
Astaga! Manisnya? Duh! Fokus Ras! Fokus! Umpat Rasta dalam hati.
"Kalau gitu berubah ya dari sekarang." katanya sambil tersenyum lagi.
------
Vote and Comment?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tapi Beda
RomansaAku tidak akan pernah menyesal, jika aku harus jatuh cinta lagi padamu untuk yang kedua kalinya nanti.