02. First Meet

25 4 1
                                    

Hari ini adalah hari yang begitu sibuk untuk Hyo Ji. Setelah kepergok oleh asisten dosen killer kemarin malam akhirnya dia diberi tugas tambahan dua kali lipat dari sebelumnya.
Sialan memang.
Rencana nya yang ingin berleha-leha gagal total.

Jika bukan karna ulah Linnea yang menjatuhkan sedos minuman C1000 itu mereka tak akan tertangkap oleh asisten killer tersebut. Ini juga disebabkan oleh hadiah unik Jacob, jika kalian para wanita akan diberikan coklat ataupun bunga oleh pacar kalian maka hadiah Jacob ini sedikit berbeda dia memberikan Linnea sedos besar minuman perasa jeruk katanya bagus untuk kesehatan. Rasanya Hyo Ji ingin menangis melihat keunikan ini, benar-benar pasangan aneh menurut nya.

Untuk masalah bocah-bocah di malam itu, Hyo Ji dapat mengatasi nya dengan baik walaupun berakhir mengeluarkan uang untuk membelikan mereka semua gantungan kunci yang berkarakter lucu. Hyo Ji tampak melirik gantungan kunci berwarna coklat gelap yang di berikan Nora untuk nya. Sungguh menggemaskan, karakter bonekanya seperti cookies dan berekspresi sangat imut membuat Hyo Ji yang memang menyukai warna-warna gelap sangat suka melihat nya.

"Ini namanya Shooky." Hyo Ji tersenyum mengingat ucapan Nora bahwa gantungan kunci yang di berikan padanya bernama Shooky.

"Oh God! Finally! selesai."

Teriak gembira Hyo Ji sambil meregangkan otot-otot nya rasanya badan nya sungguh kaku mengetik sebanyak ini.

Asisten dosen itu sungguh kejam memberikan tugas sebanyak ini. Tak terasa malam itu telah berlalu sudah seminggu, dan Hyo Ji terus mengetik tiada henti akhirnya berujung manis sebelum menjelang sore karna jadwal keberangkatan nya pukul empat sore dan sekarang menunjukkan pukul tiga lewat lima belas menit setidaknya dia punya waktu setengah jam untuk berangkat ke Bandara.

Diseret nya koper mini dan tas selempang kecilnya kearah ruang dosen kesayangan nya Miss Lia.

"Miss, terima kasih sudah memanjangkan jangka cuti ku."
S eru Hyo Ji serta memeluk dosen nya yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Perbedaan usianya dengan miss Lia tak jauh berbeda hanya terpaut 5 tahun saja dan Miss Lia pun menginginkan Hyo Ji tak sungkan padanya.

Setelah berpamitan ria dengan miss Lia ini malah Linnea sedang menangis tersedu-sedu saat tau Hyo Ji berangkat saat ini juga seakan tak rela di tinggalkan, memang dasar lebay memang.

"Hapus air mata mu, aku tak akan tinggal selamanya disana. Astaga, ck aku hanya dua minggu." Hyo Ji memutar matanya malas sahabat nya ini sungguh overmental sekali gampang sedih dan gampang tertawa seperti orang gila.

"Tapi kau janjikan harus menelpon ku jika sudah sam_ sampai." Linnea tetap sesegukan walaupun air matanya berhenti mengalir entah sudah berapa lembar tissue yg ia tarik. Hyo Ji mengangguk lalu memeluk Linnea sekali lagi.
"Aku janji, nantikan telpon ku yah." Hyo Ji melambai lalu masuk ke dalam taksi.

Tak disangka nya acara berpamitan itu akan memakan waktu cukup lama, itu karnakan Linnea yang terlalu lebay. Untung pak supir taksi nya mengebut jika tidak dirinya benar-benar akan ketinggalan pesawat. Dan disinilah Hyo Ji berada Seoul, Korea Selatan. Sebelum pesawat nya benar-benar berangkat Hyo Ji sempat menghubungi ibu nya terlebih dahulu walaupun dengan pasti Hyo Ji tahu bahwa operator yang menjawab telpon nya, setidaknya ia masih bersikap bahwa dia adalah anak yang berbakti selalu memberikan kabar kepada kedua orang tua nya walaupun sangat jarang dirinya tanggapi, Itu sudah jadi hal biasa untuk Hyo Ji.

Hyo Ji tersenyum melihat orang yang berlalu lalang di bandara, dirinya sungguh tak percaya akan kembali ke tanah kelahirannya yang sudah sepuluh tahun ia tinggalkan. Sambil menengok ke sana kemari Hyo Ji menemukan poster besar di dekat tempat tunggu.

"Gotcha! Aku menemukan mu." soraknya bersemangat.

Hyo Ji menemukan poster tampan Kim Seokjin. Tentu saja poster itu akan di pamerkan pada Linnea siapa lagi jika bukan dia. Sambil mencari ponselnya di dalam tas, Hyo Ji terus berjalan tanpa melihat arah sampai dirinya merasa menabrak sesuatu hingga menimbulkan bunyi nyaring seperti benda terbanting dilantai.

"Astaga!"

Shook Hyo Ji saat mengalihkan pandangannya ke lantai.

Hyo Ji melihat earphone yang sudah tak berbentuk, earphone putih itu sudah terbelah menjadi dua bagian. Buru-buru Hyo Ji membungkuk dan meminta maaf.

"Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf. Aku, aku akan mengganti nya." Ujar Hyo Ji gugup sambil membungkuk kan sedikit badannya berkali-kali, walaupun dirinya besar di Amerika setidaknya ia masih ingat bagaimana beretika yang baik di negara ini.

"Tidak masalah, tidak perlu mengganti nya."
Jawab orang itu santai, ia menjeda kalimat nya. "Lain kali gunakan matamu jangan merugikan orang lain, kau bisa menyimpan uang mu untuk membeli sebuah kacamata." Ia melanjutkan kalimatnya lalu pergi berlalu.

Hyo Ji sungguh tak percaya apa yang dia dengar tadi. Awalnya Hyo Ji sudah sangat tak enak telah menjatuhkan earphone orang itu tadi, tapi setelah mendengar kalimat terakhir orang itu rasanya Hyo Ji ingin mengumpat manusia itu.

"Apa dia pikir aku tak punya uang, sialan." Cemoh Hyo Ji sambil terus melihat punggung orang itu yang semakin menjauh.

"Ponselku!!"

Hyo Ji tersadar setelah melihat ponselnya tergeletak di dekat kursi tunggu. Ternyata ponselnya ikut terjatuh saat bertabrakan tadi betapa sialnya dia saat ini. Ponselnya sudah retak dan mati total.

"Harus bagaimana ini? Aiish shit!!" Umpat nya untuk sekian kalinya. Dirinya frustasi.

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang