2

31 3 9
                                    

Jika kalian berpikir Stella adalah gadis pemarah dan jarang tersenyum... Kalian salah.

"Hahahaha Apa-apaan itu! Ya, aku mengingatnya sekarang. Pada saat itu Louis lah yang menolongnya. And guess what happened after that, seluruh orang tertawa melihat mereka!"

Stella mengusap sudut matanya yang berair. Dia puas tertawa. Lihatlah wajahnya yang memerah serta tawa yang masih belum berhenti.

"Dasar bodoh! Hahaha" ucapku menimpali.

Kami sedang berada di belakang rumahku. Tepatnya, duduk di sebuah gazebo. Rumahku tidak luas, sangat jauh dari kata mewah dan megah. Hanya sebuah rumah sederhana yang rapi dan nyaman. I love it.

Rumahku didesain modern, namun sebagian besar terkesan natural. Dengan beberapa dinding berarsitektur kayu hutan, dinding kaca, serta kebun yang didominasi warna hujau.

"Ah ya, bagaimana dengan liburan kuliahmu Alana?" Tanya Stella tiba-tiba.

"Liburan kuliah?" Tanyaku padanya, aku tidak mengerti dengan baik pertanyaan yang dia tujukan padaku.

"Ya, liburan kuliah. Apa kau merencanakan sesuatu untuk mengisi liburanmu?"

Ah.. apa maksudnya seperti berlibur? Pantai, bukit, penginapan, dan sebagainya?

"Hum... Nothing, aku tidak merencanakan apapun. What about you?"

Aku hanya ingin dirumah. Benar-benar hanya ingin dirumah. Menjalani hari-hari seperti biasanya. Kurasa liburanku terdengar membosankan. Tapi Itulah yang ku sebut liburan. Melewati detik-detik berharga tanpa setumpuk tugas kuliah yang menjenuhkan pikiran.

"Kau tau? Aku sudah menyiapkan beberapa daftar tempat yang bagus untuk kita kunjungi. Tapi..."

Perubahan intonasi terdengar jelas di akhir kalimat yang Stella ucapkan. Sendu...Itulah yang ditangkap oleh indra pendengaranku.

"Tapi...? Tapi apa Stella?"

Pandangan lurus Stella yang menatap  kolam berenang di depannya, teralihkan padaku. Iris cokelat madu itu meredup.

"Orang tuaku ingin membawaku ke liburan keluarga..."

Sejenak, keheningan menyelimuti kami.

"Stella, mengapa bersedih?"

Aku tertawa kecil berharap dapat sedikit mencairkan suasana. Memutar tubuh 90 derajat kearah gadis pirang ini, kutatap lekat wajah itu dengan iris biru gelapku, terukir senyuman spontan tanpa ku sadari.

"Hey, kau akan berlibur bersama keluargamu. Kau harus bersemangat. Mengapa begini?"

"....Aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri, Alana. Aku berencana untuk memberi tau ibuku, bahwa kau juga akan ikut. Bagaimana? Kau mau? Kumohon..."

Aku terdiam sejenak. Stella begitu peduli padaku. Kami selalu bersama setiap saat, dia sudah seperti saudara bagiku. Lihatlah. Matanya menyiratkan sebuah harapan yang besar, sebelum-

"Tidak Stella. Maaf."

Aku menolak, tentu saja. Aku tidak ingin mengacaukan liburan sahabatku.

"Aku tidak ingin meninggalkanmu. Jika aku pergi, kau akan bersama siapa disini? Ayolah Alana..."

Itu benar, Stella tidak pernah meninggalkanku sejak kepergian kedua orang tuaku...

Aku tersenyum tulus.

"Stella, aku ingin bersantai disini. Menikmati liburanku dengan bersantai sepanjang hari. Aku menyukai itu, tidakkah kau tau? Lagipula, aku tidak bisa mengabaikan pekerjaanku."

"Tapi..."

"Tidak ada tapi. Aku tidak mau menerima protes dalam bentuk apapun. Sudah diputuskan, kau akan pergi dan aku bebas!"

Tawaku mengalun keras dengan tangan terentang. Perlahan tapi pasti, Stella tersenyum lebar. Beralih mengambil bantal kecil yang ia bawa kemudian memukul wajahku menggunakan benda itu.

"Hahahaha Kau jahat Alana! Aku membencimu. Aku akan pergi dan kau bilang bahwa kau akan bebas? Jangan berharap. Karena akan ku balas semuanya ketika aku kembali nanti!!"





TBC

SEAN || The deep ocean's secretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang