3

38 3 10
                                    

Deburan ombak memecah karang-karang besar. Malam ini, sang rembulan menunjukkan betapa indah dirinya dengan sinar penuh. Sungguh menakjubkan.

Dinginnya angin berhembus yang menusuk tulang tak menyurutkan sedikitpun keinginan untuk tetap diam ditemani ribuan bintang berkilauan di angkasa. Malam yang sunyi begitu mendukung suasana hati gadis cantik dengan rambut berwarna coklat gelap ini. Alana suka ketenangan.

...Karena itu membawanya kembali pada memori lampau yang hangat, bahagia, dengan segala canda tawanya yang mengalun dengan lembut...

Bahkan ia merasa, dia- Alana yang dahulu merasakan kebahagiaan tak terkira. Alana kecil, dengan senyum tulusnya melipat kedua tangan di depan dada seraya berdoa kepada Tuhan agar semuanya tetap sama seperti ini sampai kapanpun. Namun sekarang? Hanya sepi yang menyertainya.

Alana adalah gadis manis yang manja, suka dipeluk, ditemani, penyayang, dan baik hati. Tetapi, mereka benar.

Tidak ada yang bertahan selamanya.

Hari itu...ketika sebuah kecelakaan pesawat terjadi-

Setitik air mata terjun seiring dengan ingatan yang semakin gelap. Alana terisak pelan. Berusaha menyeka air matanya namun semuanya hanya sia-sia saja. Mereka bahkan mengalir semakin banyak.

"Arggghhhh!!"

Alana tidak bisa menahan semuanya lagi. Dia menangis terisak diatas hamparan pasir putih yang redup karena gelapnya malam. Air laut, pasir, karang, bulan, dan bintang. Mereka semua menjadi saksi dimana Alana mengeluarkan segala beban berat yang menekan hati dan mentalnya selama ini.

Menyakitkan, sesak, pilu, semuanya bercampur menjadi satu.

Ia hancur. Gadis manis itu hancur ketika mendengar berita kematian kedua orang tuanya.

Alana...

Alana...

Alana mengangkat wajah yang semula ia sembunyikan didalam lipatan lengannya. Gadis itu masih terisak dengan anak rambutnya yang sedikit berantakan. Mata sembab dan wajah merahnya pun tak ia pedulikan lagi. Begitu penasaran dengan siapa yang telah memanggilnya beberapa detik yang lalu.

Alana mencari orang tersebut. Tetapi nihil. Tidak ada siapapun selain dirinya disini. Sepi... Ingat?

Alana...

Baiklah, sudah cukup. Tak ingin membuat dirinya takut karena pikirannya sendiri. Ia menyimpulkan bahwa itu hanyalah suara angin. Sebab suaranya pun tak begitu jelas ditangkap indra pendengaran. Alana bangkit dari duduknya. Menghapus cepat air mata yang membasahi pipi, kemudian sedikit membersihkan pasir putih yang menempel di celana panjang yang ia kenakan, akhirnya gadis beriris biru gelap itu melangkahkan kaki jenjangnya menjauhi bibir pantai.


Tanpa ia ketahui.... Seekor makhluk menatapnya dengan tatapan sulit diartikan semenjak ia datang tadi. Bersembunyi dibalik karang besar, bola mata emas itu menatap lurus pada Alana yang mulai melangkah pergi. Lembut, namun mendominasi.




TBC

UP!! SORRY INI TERLALU PENDEK :) KALAU AKU BUAT SEDIKIT PANJANG, KEMUNGKINAN BAKAL LAMA :)

JADI, SEGINI DULU YAA
SEE YOU ❤️

SEAN || The deep ocean's secretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang