20. Sedikit balasan?

2.3K 236 5
                                    

Don't be silent reader guys, oke!?
.
.
.
Sudah terhitung 3 hari semenjak Kiara berulah lebih parah. Yaa pas nyeburin Dewi ke derasnya hujan. Setelah kehujanan itu Dewi jatuh sakit selama 1 hari. Cuma demam karena Dewi itu tipikal orang yang lemah terhadap air hujan.

Soal Kiara yang menghilang 3 hari itu menurut rumor yang Dewi dapat, Kiara di skors katanya. Tapi ada juga yang mengatakan Kiara sakit. Tapi Dewi tidak mengerti mana yang benar. Bukan urusan Dewi juga. Semoga saja Kiara memang di skors dalam jangka waktu yang lumayan lama hehe. Seenggaknya Dewi bebas dari bullying dari Kiara. Sementara.

Seperti saat ini Dewi duduk tenang di dalam kelas menunggu bel masuk berbunyi jam menunjukkan pukul 06.30 masih terlalu pagi untuk murid yang pemalas. Dan bentar lagi pasti akan ada banyak yang berdatangan.

Seperti perkiraan Dewi, sudah ada segerombol murid yang memasuki kelas Dewi, baik dari yang perempuan ataupun yang laki-laki.

Dari segerombol murid perempuan yang menjadi daya tarik mata Dewi adalah Nenda. Yeah gadis yang duduk satu bangku dengannya.

Kenapa jadi daya tarik Dewi? Karena muka Nenda yang rada babak belur ditambah jalanya paling akhir dan...pincang?

Dari masuk pintu sampai duduk pun Dewi masih menatap Nenda. Sedangkan Nenda yang di tatap malah balik menatap Dewi.

"Kenapa Dew ngelihatin gue dari masuk sampai sini?" Tanya Nenda yang sudah mulai risih dari tatapan Dewi.

Dewi mengerjapkan matanya sebentar, "Gpp, cuma bingung aja sama keadaan elo."

"Gue," Nenda menujuk dirinya sendiri.

Dewi mengangguk, "Jalanya pincang mukanya rada bonyok. Kenapa?"

"Oh itu abis nolongin orang kerampokan malah kena muka gue, kalau pincang jalannya karna yaa rampok itu mukul betis kanan gue pakai balok Kayu," jelas Nenda. Diletakkannya tas yang ada di gendongannya ke belakang tubuhnya.

Dewi mengangguk. "Emang kapan?"

Nenda menatap Dewi, "Kayaknya pas lo gak berangkat itu, nah tapi pas pulang sekolah."

"Ow lain kali hati-hati!" pesan Dewi.

Nenda mengangguk sekilas, "Iya."

Sebenarnya Dewi rada kurang percaya, karena di betis kanan Nenda ada bekas luka memanjang kayak abis di gores. Tapi apalah Dewi tak mau ikut campur urusan Nenda.

Kring kring kring

Bunyi bel membuat obrolan Dewi dan Nenda terhenti. Lebih tepatnya sudah terhenti sih. Memang Dewi tidak banyak berbicara kepada Nenda ataupun Caca dan Zahra.

Guru perempuan muda memasuki kelas pertanda pelajaran di mulai.

🌨️

Ruangan serba putih itu menyapa indra penglihatan seorang gadis yang tengah berbaring di atas brankar.

Rumah sakit.

Satu kata menurut gadis itu. Bola matanya menyapu seluruh ruangan. Tidak ada seorangpun selain dirinya. Tangan kanannya perlahan terangkat tapi tidak bisa, seperti ada yang menahannya. Ia menatapnya, kenapa di gendong? Tangan yang kiri perlahan terangkat tapi merasa tertarik ia menatapnya.

"Di infus?" Beonya dengan nada lirih.

Kenapa dirinya di infus? Terus kenapa ia sekarang di rumah sakit? Ada apa yang terjadi?

Fake Nerd? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang