7. Things Happened

692 75 5
                                    

Sore itu para kandidat sedang menunggu giliran untuk dipanggil wawancara. Suasana yang biasanya ringan kini terasa sedikit berat karena kegugupan para kandidat.

Urutan wawancara diacak sesuai dengan kocokan yang kemudian diambil oleh masing-masing kandidat. Seokjin mendapat urutan pertama, dan Namjoon setelahnya.

Siap tidak siap, Seokjin pun memasuki ruangan wawancara yang kini telah berisi ketujuh orang pengurus inti.

"Seokjin, siap?" tanya Changmin sebelum memulai wawancara.

Seokjin menghela napasnya dalam, "Siap, kak."

-

"Deg-degan gak lo?" tanya Soyeon kepada Namjoon yang sedari tadi terlihat santai.

Namjoon yang belum terlalu dekat dengan Soyeon pun hanya mengangguk canggung. "Dikit sih, tapi kalo dipikir-pikir ya nanti juga berjalan dengan sendirinya."

Soyeon mengangguk mengerti, dirinya pun seperti itu. Di SMP Soyeon sudah pernah menjalani rangkaian seleksi ketua OSIS seperti ini, sehingga ia tidak terlalu gugup sekarang.

"Kira-kira pertanyaannya bakalan tentang apa aja?" tanya Namjoon.

Soyeon pun berpikir sejenak, mencoba mengingat-ingat. "Ah paling ditanyain tentang masalah pribadi, sama dikasih masalah terus lo coba kasih solusi gitu."

Namjoon mengangguk. Tidak akan terlalu sulit, kan? batinnya.

Sedang yang lain sedang berfokus menenangkan dirinya masing-masing, Namjoon menyadari Seokjin sudah berjalan keluar dari ruangan wawancara. Ia pun menengok ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu baru berlalu 15 menit.

Semudah itu? batinnya lagi.

"Namjoon!" Seokjin menghampiri Namjoon, dibawanya tangan Namjoon ke tangannya sendiri yang kini sedingin es.

Mungkin tidak semudah itu.

"Dingin banget tangan lo." ucap Namjoon.

Seokjin meringis, "Deg-degan tadi." jawabnya sambil membawa tangan Namjoon ke dadanya. Dirasakan mereka berdua bahwa jantung Seokjin berdegup kencang.

"Susah?"

"Nggak kok!" seru Seokjin sambil menggelengkan kepalanya. "Tadi gue panik aja dapet bagian pertama, suasananya juga tegang, tapi pertanyaannya gampang kok. Gue yakin menurut lo gampang."

Namjoon memandang Seokjin ragu, "Serius!" seru Seokjin mencoba meyakinkannya.

"Eh sekarang giliran gue dong?" Namjoon mengingat gilirannya.

"Jeda 5 menit dulu, ke angka 4 baru lo ke sana." jawab Seokjin menyampaikan pesan dari senior-seniornya. "Lo minum dulu, santai.."

Namjoon tersenyum hangat, "Udah setengah botol," ujarnya sambil menunjukkan botol minumnya yang tinggal tersisa setengahnya. "Elo yang kayaknya sekarang perlu minum, deh."

Seokjin terkikik lalu pergi mengambil minumnya. Sebelum ia bisa kembali, Namjoon sudah pergi ke ruangan wawancara.

"Seokjin! Tadi susah gak?" Jihyo menghampiri Seokjin. Rautnya pucat dan tangannya dingin.

Astaga, emang mereka pikir sesusah itu? Batin Seokjin sambil melihat teman-temannya yang lain menghampirinya.

"Nggak kok, gampang, serius." jawab Seokjin jujur.

Nampaknya perkataan Seokjin belum menenangkan teman-temannya, terlihat raut wajah mereka sama sekali tidak melunak.

"Mau tau pertanyaannya?" Seokjin menawarkan, lagipula tidak ada perintah untuk merahasiakan pertanyaan-pertanyaan yang ia terima. Katanya, tiap orang pertanyaannya akan sedikit berbeda meskipun masih sama tujuannya.

KETOS | namjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang