Pertanyaan 1: Ibu, Cinta itu Apa?

20 0 0
                                    

Aku termenung lagi. Ada pesan yang masuk dalam surat penggemarku. Dulu ia adalah orang yang spesial. Kami sama-sama suka permainan Pokemon. Teringat lagi bertahun-tahun lalu, kami menjadi kekasih yang tak pernah bertemu. Kemudian ada bencana besar yang mengharuskanku kehilangan kendali atas smartphone-ku. Aku pun kehilangan dia. Dia pun kehilangan aku.

"Hei apa kabar? Semoga kamu masih ingat sama aku. Gimana kehidupan kamu sekarang? Masih tinggal di Bandung? Aku kehilangan kontak kamu. Aku sudah mencoba kirim pesan lewat Instagram dan Facebook kamu tapi sepertinya sudah gak aktif lagi, ya? Lewat Wattpad ini semoga kamu dapat pesanku dan membalasnya ya. Sudah terlalu lama aku mencoba hubungi kamu lagi tapi hasilnya nihil. Anyway, have a good day, ya!"

Siapa ini? Batinku. Aku lacak Instagram dan Twitternya. Oalah, iya dulu dia adalah pria yang pernah dekat denganku. Sangat dekat. Tapi aku lupa apakah kami pernah pacaran sebelumnya.

"Anna, makan dulu!" ujar Ibuku di bawah.

"Iya, Bu. Anna segera ke sana," aku pun keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk pergi ke ruang makan.

"Nih, An, kesukaan kamu, cah kangkung, makan yang banyak ya biar sehat." Ibuku menaruh kangkung ke piringku.

"Ibu, cinta itu apa?" ujarku dengan polosnya. Maklum sebagai gadis yang sudah beranjak dewasa, hubungan cintaku selalu kandas, termasuk hubunganku dengan pria itu, yang kemudian hari ini kembali lagi. Entah motivasinya apa mengirim pesan di surat penggemarku.

"Ibu lantukan puisi boleh?"

"Puisi tentang apa?"

"Puisi yang dibuat ibu kemudian nenekmu menjawab pertanyaannya."

Ibupun memulai puisinya. Ia menghela napas. Ia mencoba mengingat-ingat. Kemudian matanya pun berair tanda kesedihan yang mendalam.

"Ibu...

Aku ingin bertanya

Bertanya sebuah pertanyaan dari alam semesta

Ku harap engkau menjawab

Cinta itu apa?

Apakah cinta itu sebuah rasa?

Di mana rasa itu manis di awal

Dan pahit di akhir

Apakah cinta itu sebuah asa?

Penantian yang tak pernah berujung

Atau harapan yang tak akan pernah mati

Walaupun dimakan waktu

Ibu...

Tolong jawablah rasa sakit di dada ini

Apakah itu cinta?

Sehingga terasa amat sangat sakit

Ketika dia meninggalkanku"

Ibuku pun meneteskan air mata. Aku pun ikut terbawa oleh lantunannya. Tak sadar ada hujan di ruang hati ini. Ibuku melanjutkan lantunan puisinya.

"Ibu pun menjawab

Cinta itu bukan seperti yang Ananda katakan

Cinta adalah anugerah dari Sang Mahakuasa

Cinta itu harus ditanam

Cinta itu harus dipupuk

Cinta itu harus disiram

Cinta itu harus dirawat

Cinta itu haruslah ada

Cinta itu haruslah tumbuh

Cinta itu haruslah berbuah

Buahnya rasanya manis

Terkadang getir dan pedas

Namun, jika Ananda ikhlas

Rasanya tidak pernah ada di dunia

Rasanya ada di surga nanti

Wahai Anandaku tercinta

Cinta itu tak harus memiliki

Biarlah dia pergi jauh

Asalkan Ananda ikhlas

Sakit hati dibalas kesabaran

Berbuah surga yang didamba-damba

Tetaplah mencinta

Tetaplah berdoa

Tetaplah yakin

Tuhan menyiapkan cinta terbaik untuk mu."

Ibuku menghapus air matanya dan tersenyum. Senyumnya ikhlas, tidak terpaksa. Ibuku pun bercerita.

"Ketika mengandungmu, An. Ibu kehilangan ayahmu. Ia pergi merantau ke negeri orang. Tak ada kabar sampai sekarang. Namun, cinta Ibu hanya kepada ayahmu. Ibu hanya menunggu bersama orang yang ibu sayangi sekarang, Anna, dirimu. Kita berdoa semoga ayahmu akan pulang. Sudah dua puluh tahun kurang lebih ayahmu merantau. Ibu masih berharap ia akan pulang, memeluk kita berdua dengan erat."

Jadi aku paham sekarang. Cinta sejati itu seperti ibuku kepada ayahku. Lalu, apakah cintaku itu sejati pada pria itu? Biarlah semesta yang menjawab. Biarlah semesta yang menentukan arahnya. Aku hanya dapat berpasrah dan masih bertanya kepada semesta, cinta itu apa?

***

Pertanyaan AnnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang