2 tahun kemudian....
Laki-laki itu melangkah kan kakinya memasuki gedung utama SMA Harapan dengan santai. Tas hitam yang ia sampirkan di lengan kanannya terlihat ringan, sepertinya memang tidak berisi banyak buku.
Hari ini adalah hari pertamanya sekolah sebagai murid baru, ayahnya harus pindah tugas dari Bandung ke Jakarta yang mengharuskannya sekeluarga untuk ikut pindah.
Sedari tadi banyak murid perempuan yang memperhatikannya dengan pandangan heran, kagum dan lain sebagainya.
Ah hal yang biasa, pikirnya.
Sebenarnya sedari tadi ia bingung mencari di mana keberadaan ruang kepala sekolah, tetapi gengsinya terlalu tinggi untuk sekedar bertanya.
Ia kembali melanjutkan langkahnya sembari menelusuri bangunan utama SMA Harapan hingga tanpa sengaja ia melihat seorang gadis yang tengah membawa tumpukan map dengan sedikit terburu-buru.
"Eh keknya anak OSIS tuh! Tanya dia aja kali ya, pegel juga dari tadi ga ketemu." Batinnya sembari menghampiri gadis itu.
"Permisi..." Ucapnya sedikit gugup, tetapi sedetik kemudian ia menegakkan kepalanya.
"Ngapain deg-deg an anjir, gue ganteng pede aja lah!" Batinnya lagi.
Kedua mata mereka akhirnya bertemu, entah mengapa jantungnya kembali berdegup kencang. Seketika ia merasa salah tingkah.
"Cantik"
Selang 3 detik, ia kembali tersadar dan hendak menanyakan tujuan utamanya.
"Eum, gini gue mau-"
Tanpa di sangka, gadis di depannya ini tiba-tiba berteriak panik.
"AAAAAAAAAA!" Teriak gadis itu kemudian berlari kencang meninggalkannya sendiri yang masih bingung mencerna apa yang barusan terjadi.
"EH WOY! EH KAK! EH MBAK!" ia kembali berteriak pada gadis itu, membuat orang-orang di sekelilingnya menatap heran.
"Anjir, aneh banget tuh cewe. Ketemu cowok ganteng kok malah ketakutan." Gumamnya.
Kedua matanya masih setia memperhatikan punggung gadis tadi yang semakin lama, semakin menjauh. Hingga tidak sadar bibirnya tersenyum kecil.
"Lucu"
***
"Zeva, tolong bawa ini ke ruang pembina dong. Ini laporan susunan pengurus PMR tahun ini" ucap Sea sembari menyodorkan sebuah tumpukan map berwarna merah.
Zevanya Anggita atau yang kerap di panggil Zeva itu segera menerima map tersebut dengan sedikit malas.
"Aelah masih pagi, udah di suruh-suruh aja sama Bu bos!" Ujar nya bercanda.
"Yang ikhlas dong, kali aja di jalan ketemu jodoh." Ucap Sea selaku ketua PMR dengan sedikit terkekeh.
Zeva segera berjalan keluar dari ruangan khusus pengurus PMR tersebut. Ia menjabat sebagai sekretaris sejak tahun ajaran baru kemarin.
Pagi ini berjalan seperti biasa, sebelum masuk ke kelas ia mampir dulu ke ruang pengurus.
"Jidan lagi ngapain ya? Haha" gumamnya pelan. Seketika teringat akan sahabat sekaligus cinta pertama nya yang pergi sekitar 2 tahun lalu.
"Permisi..."
Sebuah suara memecahkan pikirannya tentang Jidan, seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah yang 'sangat' tidak asing berdiri di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND - PARK JISUNG
Teen FictionSeorang lelaki sedang memperhatikan seorang gadis yang tengah tertidur dengan kedua tangan sebagai tumpuan di atas meja perpustakaan itu dalam diam, tanpa ada niat sedikitpun untuk membangunkan nya. "Gue Zidan, bukan Jidan." ucapnya pelan tanpa ada...