Suasana kantin SMA Harapan saat ini terbilang cukup ramai. Banyak anak murid berlalu lalang dan mengantri pesanan makanannya. Sejauh ini, gerobak penjual bakso paling ramai pengunjungnya mengingat sekarang adalah jam istirahat kedua. Suara riuh pada murid-murid menggema ke seluruh penjuru kantin.
"sendiri lagi, sendiri lagi. Gini amat nasib gue." Gerutu Zeva setelah menyeruput pop ice rasa cokelat yang ia pesan. Saat ini seperti biasa Zeva duduk sendirian di salah satu bangku kantin karena Ghea sempat izin ke toilet karena ada panggilan alam. Ah anak itu selalu saja.
"zeva..."
Panggilan itu membuat Zeva sontak menatap kea rah sumber suara. "eh Juna, ada apa?" tumben sekali Juna mengajaknya berbicara. Seingat Zeva, mereka terakhir saling bicara saat acara pensi beberapa minggu yang lalu. Setelahnya, mereka kembali seperti orang asing.
Juna mengusap tenguknya dengan pelan. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi masih merasa ragu. Laki-laki beralis tebal itu pun menghela nafasnya pelan, kemudian membeanikan diri mentapa kea rah Zeva. "Zev, nanti lo-"
"ZEVA!"
Suara keras milik Zidan mengehentikan kalimat yang hampir keluar dari mulu Juna, membuat laki-laki itu sedikit mendengus kesal.
"apaan deh, Dan. Kek di hutan." Cibir Zeva saat Zidan dengan tanpa di suruh langsung duduk di bangku kosong yang ada di hadapan Zeva.
"eh lo mau ngomong apa, Jun? lanjutin aja." Ujar Zeva setelah sadar masih ada seseorang yang sedari tadi berdiri di dekat bangku tempat Zidan duduk.
Zidan ikut menatap kea rah Juna. Ada sedikit rasa tidak suka melihat Juna dekat dengan Zeva, di tambah kejadian saat rapat waktu itu membuat Zidan semakin yakin bahwa Juna tertarik pada Zeva.
"Ga jadi deh Zev, lain kali aja hehe. Kalo gitu gue duluan ya?" Juna segera pergi dari tempat itu meninggalkan Zidan dan Zeva tentunya yang masih di hujani beberapa pertanyaan di kepalanya.
"napa dah tu orang? Aneh banget, jangan deket-deket lo." Ujar Zidan dengan nada sedikit sinis yang membuat Zeva langsung tertawa saat mendengarnya.
"apaan deh. Lo kalo yang aneh." Zeva menggelengkan kepalanya heran dan kembali menyeruput pop ice cokelat.
Ting!
Ting!
Ting!
Zeva melirik layar ponsel miliknya dan hanya mendengus kesal. Itu Jean teman sekolah Leo yang tak henti-hentinya menghubungi Zeva lewat dm. Tanpa ada niat sedikit pun untuk membalas, Zeva kembali meletakkan handphone miliknya di atas meja.
Ting!
"siapa deh Zev? Kenapa ga di bales?"
"orang, biarin aja."
"sini gue aja yang bales." Tanpa seizin pemiliknya, Zidan menyerobot handphone Zeva yang tergeletak di meja.
"no jean? Siapa Zev?"
"temen sekolah Leo, ketemu waktu pensi kemaren. Tapi berisik banget, udah gue cuekin tetep aja nge-dm terus." Gerutu Zeva dengan lumayan panjang.
"boleh gue bales ga?" ucap Zidan setelah membaca isi dm yang di terima oleh Zeva.
Perempuan itu mengangguk sebagai jawaban. "tapi jangan aneh-aneh!"
Cekrek!
Setelah menangkap sebuah foto, Zidan terlihat sibuk mengetikkan sesuatu di handphone Zeva. Membuat si pemilik terlihat bingung dengan apa yang sedang dilakukan oleh Zidan.
"lo ngapain deh?"
Bukannya menjawab, Zidan justru mengembalikkan handphone tersebut ke pemiliknya. "udah beres tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND - PARK JISUNG
Teen FictionSeorang lelaki sedang memperhatikan seorang gadis yang tengah tertidur dengan kedua tangan sebagai tumpuan di atas meja perpustakaan itu dalam diam, tanpa ada niat sedikitpun untuk membangunkan nya. "Gue Zidan, bukan Jidan." ucapnya pelan tanpa ada...