Kelas XI IPA 3 saat ini sedang melaksanakan pelajaran olahraga. Seperti biasa, seluruh warga kelas berkumpul di tengah lapangan basket outdoor yang cukup luas ini.
Hari ini Pak Anton-selaku guru olahraga ada kepentingan di luar sekolah, sehingga tidak bisa mengajar full hingga jam mapel nya selesai.
Setelah di beri arahan, seluruh warga XI IPA 3 membubarkan diri dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Beberapa anak laki-laki memilih untuk bermain bola basket, termasuk Dery dan Haga.
Anak perempuan memilih untuk duduk di pinggiran, menonton para laki-laki itu berebut bola basket. Bukannya lebay atau apa, masalahnya lapangan sudah dikuasai oleh Haga dan kawan-kawannya.
"Kalo kek gini, enaknya makan gak sih?" Ujar Zeva dengan mata yang menatap lurus ke arah lapangan.
Ghea mengangguk setuju, "Emang udah boleh istirahat?"
Zeva menggedikkan bahu nya acuh, lalu memanggil ketua kelas yang sibuk memainkan handphone di pinggir lapangan. "Chandra!"
Merasa di panggil, Chandra pun menoleh ke sumber suara. "Apa?"
"Kapan istirahat nya?"
Chandra melirik jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangan kirinya. "30 menit lagi ya?"
Zeva berdecak kesal. "Lama amat elah"
"Yaudah 20 menit lagi, sabar." Final Chandra kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya tadi.
Zeva menghela nafas pelan, "Mau makan aja di persulit"
Ghea yang duduk di sebelah Zeva pun ikut menghela nafas. "Namanya juga hidup, sabar atuh neng."
Kedua nya hening fokus memperhatikan pertandingan antara tim Dery dan tim Yoga.
Terlihat Dery begitu lincah menguasai permainannya, membuat para perempuan terpukau.
"Go Dery go Dery go!"
"Deryyy semangattt"
"Wohooo keren banget!!!"
Percayalah, sorakan sorakan itu justru bukan dari perempuan kelas XI IPA 3, malah perempuan dari kelas lain yang tidak sengaja lewat menyempatkan diri berhenti dan menonton pertandingan itu.
Zeva melirik Ghea yang tampak tenang, bahkan sesekali menguap. "Tumben lo ga heboh? Biasanya udah kegirangan liat Dery."
Ghea berdecak kesal, lalu menegakkan duduknya. "Cowok ganteng kalo udah jadi temen sekelas tuh jadi biasa aja. Ngga sih tetep ganteng maksimal, tapi Dery dingin banget. Males."
"Halah, gaya lo"
Kedua mata Zeva menangkap sosok Zidan yang tengah berjalan di koridor sendirian, mungkin ia menuju ke toilet. Matanya sibuk mengamati gerak-gerik Zidan, entah mengapa matanya tidak mau berpaling.
"ZEVA AWAS!" teriak Ghea sembari mendorong Zeva yang tak kunjung bergerak.
Zeva yang terkejut dengan teriakan itu menatap Ghea dengan kebingungan, lalu melihat ke depan. Sebuah bola basket sedang meluncur ke arahnya dengan lumayan cepat.
Kedua matanya membelalak, bingung harus berbuat apa. Akhirnya ia menggunakan tangannya untuk melindungi kepala tercintanya ini. Ia tidak mau pingsan secara konyol hanya karena bola basket.
Zeva mengernyitkan keningnya saat tidak merasakan benturan apa-apa dari bola itu. Ia menyingkirkan kedua tangannya perlahan, melihat apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND - PARK JISUNG
Teen FictionSeorang lelaki sedang memperhatikan seorang gadis yang tengah tertidur dengan kedua tangan sebagai tumpuan di atas meja perpustakaan itu dalam diam, tanpa ada niat sedikitpun untuk membangunkan nya. "Gue Zidan, bukan Jidan." ucapnya pelan tanpa ada...