12. Pengakuan

7 4 0
                                    

Hari ini tidak seperti biasanya, hidup Zeva terasa sedikit damai. Sejak pagi tadi, Zidan sama sekali tidak muncul di hadapan gadis itu. Sebenarnya terakhir kali Zidan menghubunginya saat laki-laki itu menanyakan akhir pekannya, dan setelah itu tidak ada satupun pesan yang masuk, entah kemana perginya. Jujur saja, beberapa bulan terakhir ini, hampir tiada hari tanpa kehadiran Zidan yang sialnya hal itu membuat Zeva sedikit terbiasa.

Saat ini Zeva sedang berdiri di pinggir lapangan, entah apa tujuannya ia hanya ingin pergi ke tempat itu. Dan benar saja, sosok Zidan terlihat jelas di dekat ring basket lapangan SMA Harapan. Gadis itu sontak tersenyum saat pandangan mereka bertemu, namun seketika senyumnya luntur. Keningnya mengerut. Zidan sama sekali tidak membalas senyumannya, bahkan laki-laki itu justru mengalihkan pandangannya. Tidak, ini bukan Zidan yang Zeva kenal. Selama ia mengenalnya, Zidan sama sekali tidak pernah mengabaikannya.

Hal yang lebih membuat Zeva kesal adalah kehadiran Chika di dekat Zidan yang tampak dekat dengan laki-laki itu. Hatinya terasa sakit entah sebab apa. Kedua tangannya mengepal, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam di tempat hingga seseorang tiba-tiba menepuk bahunya.

"Zev, ngapain lo disini? Gue cariin dari tadi." Itu suara Ghea yang tengah berdiri di sebelah Zeva dengan tangan menggemgam sebotol minuman isotonic, kedua matanya mengikuti arah pandang Zeva. Gadis itu melirik kecil ke arah temannya yang sedari tadi hanya diam, bibirnya tersenyum jahil.

"kenapa lo?"

Zeva masih terdiam, tidak berniat menjawab apapun.

"cemburu?"

"ngaco ah lo, Ghe. Udahlah gue mau ke kelas." Zeva berputar arah dan segera pergi dari tempat itu dan meninggalkan Ghea seorang diri.

Sementara Ghea, gadis itu masih terdiam mengamati punggung Zeva semakin terlihat menjauh. Lalu Kembali melihat kearah Zidan yang ternyata tengah melihat kearah Zeva.

"keknya lagi ada perang."

***

Zeva berjalan meuju kearah kantin dengan Ghea yang ada di sebelahnya. Sedari tadi Zeva benar-benar bungkam tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, hal itu sontak membuat Ghea semakin yakin kalau ada sesuatu yang terjadi diantara gadis itu dengan Zidan.

"lo ada masalah apa sih, Zev?"

Gadis  itu menoleh, "ngga, ngga ada apa-apa kok."

Belum sempat Ghea menanggapi jawaban Zeva barusan, dari arah berlawanan datang empat orang dengan wajah yang amat sangat familiar. Pandangan Ghea jatuh pada laki-laki dengan jaket jeans yang selalu dikenakannya itu. Tidak mengerti harus bersikap seperti apa, gadis itu hanya melemparkan senyum tipis yang untungnya mendapat balasan dari laki-laki itu.

Disisi lain, Zeva diam menatap Zidan yang tampak enggan meskipun hanya sekedar untuk melihatnya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, laki-laki itu berjalan melewatinya dengan Rendy di sebelah. Sedangkan Dery dan Haga mengikuti mereka dari belakang.

Gadis itu sontak menghela nafasnya pelan, hari ini mood nya sedikit berantakan. Setelah menemukan bangku kosong, gadis itu segera pergi kearah bangku itu tanpa menghiraukan Ghea yang sedari tadi berdiri disebelahnya.

"zev, ada apa sih sebenernya? Ga biasanya kalian kaya gini deh. Kemarin akur-akur aja." Ujar Ghea saat mereka sudah duduk di salah satu bangku yang dituju oleh Zeva tadi.

Zeva menggedikkan bahunya acuh, tampak malas membahas hal itu.

"kalo ada apa-apa, cerita aja sama gue."

Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya Zeva memutuskan untuk menceritakan semuanya pada gadis yang sekarang tengah duduk di hadapannya itu.

"tiba-tiba gitu?"

SECOND - PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang