satu

26 5 2
                                    

2015.

"Ih bau sampah!"

"Ih iya," Danti menoleh ke arah kanannya, "lah itu tong sampah anjir samping kita!"

"Sini sini geseran biar gak bau," Ara yang duduknya paling ujung seketika mengganti posisi duduknya menjauhi tong sampah diikuti Danti dan Elean.

"Ay, sini geseran! Bau bege,"

"Tau, betah amat si lo!"

"Biarin ege, Ayu udah berteman baik sama bau sampah. Tempat tinggal lo kan, Ay?"

Ayu tak bergeming mendengar tawa teman-temannya. Ia tak memiliki cukup energi untuk membalas ledekan Ara karena baru saja selesai mengambil nilai untuk praktek bola voli. Napasnya pun masih berkejaran. Jadi Ayu hanya menabahkan dirinya sendiri dan berencana membalasnya nanti.

Tatapannya mengedar selagi ketiga temannya terhanyut ghibahan, memperhatikan beberapa teman kelasnya yang gantian sedang mengambil nilai. Ayu mendecih, benci sekali dengan materi bola voli. Cewek itu lebih senang materi basket—meskipun sama aja dia nggak bisa main, tapi setidaknya tangannya nggak sakit untuk passing bola.

"EH AY, AWAS!"

Ayu menoleh dengan mata membulat panik—berpikir kemungkinan kegebok bola voli karena posisi duduknya sangat dekat dengan lokasi ambil nilai, ketika mendapati telapak tangan seseorang berada tepat di depan wajahnya.

Mengerjap, tatapannya pun beralih ke atas menemukan Pian yang berhasil menghalau bola voli yang tadinya mengarah tepat ke kepala Ayu. Pian kembali berdiri tegak setelahnya, kemudian berbalik untuk melanjutkan mengambil nilai.

"Eh, thank you!" seru Ayu, dibalas anggukan santai Pian.

Ayu masih memperhatikan Pian yang sudah kembali sibuk passing bola ketika suara-suara setan bersorak-sorak menggoda.

"Cieeeeeee!"

"Aseeekkk dibantuin pangeran!"

Danti menahan napasnya dengan wajah terpesona, kedua tangannya memegang dada, "so sweet banget Ay, kayak di film-film romance."

"Pian gak mau sekalian PDKT sama Ayu?" ledek Ara dengan tatapan jenaka, "kebetulan udah kelamaan jomlo nih."

"Hish bacot banget," gerutu Ayu kesal, lalu bangkit, "dah ah gue mau pindah. Ntar kegebok lagi."

"Lah Ay, ini Pian gimana jadinya?" tanya Ara, masih gak puas menggoda kawannya.

"Bodo ah."

•••

"Ay, lo gak mau nyoba sama Pian?" tanya Ara selagi keempatnya sedang lesehan ngobrol santai di bagian belakang kelas.

Ayu mendengus malas, "lo seriusan mau jodoh-jodohin gue cuma gara-gara perkara dia jadi superhero dadakan yang nyelametin gue dari bola voli?"

"Ih Ay, kapan lagi kejadian romantis yang biasanya cuma di film beneran kejadian di dunia nyata?" Elean ikut-ikutan.

Ara mengangguk-angguk, "fix dia jodoh lo sih."

Ayu tersedak, "udah gila."

"Tapi yang tadi emang beneran ngena banget ke gue sih, Ay." kata Danti, ekspresinya kembali terpesona seperti di pinggir lapangan tadi. Tak lama berganti menatap Ayu penuh harap, "udah Ay, lo sama Pian aja! Gue mau liat kisah yang biasanya cuma bisa ditemuin di Wattpad beneran kejadian di depan mata gue."

"Nah! Cocok banget tuh!" Ara mengamini, sedang Elean mengangguk-angguk tersenyum lebar.

Ayu memutar matanya, malas menanggapi.

Omong-omong, perkenalkan Ayu dan tiga temannya—Ara, Danti dan Elean. Ayu dan Ara berteman sejak kelas 10, kemudian di kelas 11 ini kembali sekelas hingga bertemu dengan Danti dan Elean. Merasa mempunyai frekuensi yang sama, mereka berempat pun memutuskan untuk berteman dekat—mereka bahkan punya nama geng, tanggal didirikannya geng mereka, juga ritual bulanan mereka saat monthversary terjadi. Katro banget kan? Ayu kadang malu juga sih, tapi gak memungkiri senang-senang aja menjalaninya. Toh buat seru-seruan aja.

"Pian baik tau, Ay. Asli deh, dia gak kayak cowok-cowok lain di kelas ini," kata Ara, selintas melirik sinis ke arah sekumpulan cowok kelas di pojok belakang satunya. "Pian lugu banget, gak macem-macem anaknya. Track record-nya bagus kok, lo percaya kan kalo gue yang ngomong? Gue udah expert sama buaya soalnya."

Ayu menatap Ara jengah, "kenapa lo hard selling banget sih, Nyet? Lo SPG-nya Pian ya?"

"Sialan," Ara memukul lengan Ayu gemas.

"Ya abis ngebet banget," cibir Ayu, kemudian menatap temannya satu per satu dengan serius, "lo tau kan gue masih stuck sama friendzone gue di SMP?" tanyanya, membuat ketiga temannya hening. Ayu menghela napasnya, kemudian bersandar pada tembok di belakangnya sebelum melanjutkan, "jadi gak usah deh. Toh Pian juga gak nganggep itu macem-macem, pure nolongin. Lo bertiga jangan hiperbola meromantisasi kejadian itu, asli gue masih gak bisa."

Ara dan Elean bertatapan, sementara Danti menatap Ayu bingung.

"Artinya apaan sih, Ay?" tanya Danti polos.

"Hadeehhh,"

Ayu lupa punya temen lemot.

"Intinya, gue masih belum move dan gak pengen terlibat hubungan sama Pian—selain jadi temen sekelas ya." jelas Ayu, membuat Danti mengangguk paham.

Elean berdecak, "coba aja dulu, Ay. Masa lo mau stuck mulu sama temen SMP lo itu? Udah berapa tahun tuh? Jalan dua tahun kan?" cetusnya, "mau berapa lama lagi?"

"Iya Ay, gak ada salahnya tau. Kalo gak jadi ya gak apa-apa, yang penting kan udah nyoba dulu," imbuh Ara.

Ayu menatap keduanya bergantian—yang dibalas tatapan penuh harap, lalu menghela napasnya. Ia kemudian bangkit dari duduknya, tak menghiraukan tatapan bertanya dari tiga temannya.

"Mau kemana lo?" tanya Ara.

Ayu menoleh, lalu nyengir, "ke Mam Pus, mau minjem buku MTK. PR gue belom kelar," terangnya, kemudian kembali melanjutkan langkahnya, tak acuh ketiga temannya berkeinginan menenggelamkannya ke neraka.

"Semprul!"

foreignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang