lima

9 1 0
                                    

"Begini, saya bermaksud ngomong baik-baik sama anda. Jadi tolong berkompromi dan jawab secara jujur."

Ayu berdeham, tatapannya lurus tajam menatap orang di depannya. Duduknya tegak layaknya orang sedang menginterogasi.

"Jadi anda kan, orang yang berhasil membuat saya tergila-gila oleh kegantengan dan kegemasan anda?!"

Ara langsung meringis menatap Elean dan Danti, "kita tinggalin aja kali ya? Gue capek banget punya temen gila."

"Asli, gue juga malu banget sih dari tadi," kata Elean menimpali. "Geser aja tuh ke meja itu."

Danti tertawa-tawa melihat Ayu yang dengan serius memelototi ponselnya yang memperlihatkan potret bassist 5 Seconds of Summer—Calum Hood.

"Kok anda diam saja?! Apa perlu saya samperin ke Aussie?!" Ayu makin menggila.

Elean udah nutup mukanya dengan kedua telapak tangan, gak kuat.

"Permisi," sela Mba pelayan dengan nampan di tangannya, berhasil mengambil atensi empat remaja katro di meja itu.

"Makasih, Mba," kata Ara setelah semua makanan tersaji di meja, lalu beralih menatap Ayu tajam, "diem gak lo? Makan!"

Ayu cemberut. Ia menaruh ponselnya di atas meja dan mulai mengaduk-aduk mienya dengan lesu, "gue kangen banget sama suami gue. Kapan ya dia kelar tur?"

"Masih aja, anjir," Ara melotot tak percaya.

"Mending sama Pian, Ay," kata Elean—sebelum bersiap menyuap makanannya, "Pian nyata di depan mata dan bisa digapai."

"Nah!" seru Ara, semangat. "Jangan halu terus kerjaan lo nikahin si Calum. Dia aja kaga tau lo napas di dunia ini."

Ayu berdecak, "dikit lagi dia konser di Indo. Doain aja dia jalan-jalan ke Ciledug lewatin depan SMA kita terus tiba-tiba mobil yang dia tumpangin nyerempet gue. Abis itu Calum jatuh cinta deh sama gue. Nikah di Aussie terus punya anak-anak lucu, bahagia sampe kakek-nenek."

Ara seketika bergedik jijik, "najis, khayalan babu."

Ayu berdecak lagi—kali ini ditambah putaran bola matanya, merasa malas mendengar omongan menyebalkan temannya. Ia pun mulai memakan mienya.

Siang sepulang sekolah hari ini keempatnya sepakat untuk mampir ke warung mie pedas yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. Sekalian Ara yang katanya ingin mentraktir dengan dalih pajak jadian. Maka disini lah mereka, sedang makan dan asik membicarakan kemajuan hubungan Ara dan Ladien.

"Dia ngontak kamu, Ra?" tanya Elean.

Ara mengangguk, "iya, pulang dari sekolah si Pian chat aku, minta nomor ponsel. Katanya sih Ladien yang minta. Terus pas malem ada yang SMS aku, taunya itu Ladien."

"Jujur gue geli anjir denger lo berdua ngomong aku-kamu," sela Ayu, dahinya mengerut kesal, "alias, kenapa kalo ngomong sama gue lo berdua kayak jelmaan setan yang gak ada sopan-sopannya, ha?"

"Karena lo sendiri ratu setan." balas Ara santai, gak peduli Ayu hampir menarik jilbabnya.

"Gue justru geli Ay, kalo harus aku-kamu ke lo. Kayak gak cocok aja gitu. Tapi kalo sama Ara malah gak enak pake lo-gue." jelas Elean.

Ayu mendengus, "emang yang nista-nista ke gue semua."

Ayu kepalang gondok, sedang Danti seakan punya dunianya sendiri dengan mienya. Tak ingin terintrupsi apalagi peduli oleh hal lain dan fokus menghabiskan makanannya. Elean dan Ara kembali terlarut percakapan tentang Ladien ketika Ayu akhirnya memutuskan untuk diam dan memakan makanannya.

Baru beberapa suapan hingga tepukan tangan Ara yang cukup keras mengenai bahunya. Ayu hampir tersedak.

"Udah dibales belum chat Pian?" tanyanya.

Ayu melotot, "anjing, kalo keselek pedes banget bego!" serunya kesal, kemudian mengambil gelas es telernya. Setelah merasa lebih baik kembali menatap Ara yang sedang nyengir lebar, "kenapa sih ngebet banget?"

"Ih Ay, nih ya. Karena gue udah jadian sama Ladien terus Pian itu salah satu temen terdekatnya, kan lucu ya kalo kita double date?" ujar Ara, tersenyum menggoda sambil memainkan alisnya.

"Lucu mah ngakak," balas Ayu datar.

Ara langsung menatapnya garang, "gue tampol mau?"

Ayu berdecak, udah capek dari pagi debat mulu sama Ara. Ia hanya menghela napasnya sambil meraih gelas es telernya lagi dan menjawab pasrah, "iya-iya ntar gue bales kalo udah di rumah."

"Nah gitu dong dari kemaren!" sorak Ara, kesenengan. "Semoga cepet dapet kabar baik dah gue."

Ayu mendelik, "gak usah terlalu ngarep."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

foreignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang