dua

18 3 2
                                    

Wajah Ara mendung Kamis itu—tepat seminggu setelah kejadian superhero a la Pian, mereka berempat untungnya tidak pernah membahasnya lagi.

Keempatnya sedang duduk di pinggir koridor dekat lapangan, bersiap mengganti baju sehabis pelajaran olahraga—tetapi masih maju-mundur, sementara Ayu sudah muak melihat ekspresi teman sebangkunya.

"Gue berhenti ngarep aja kali ya ke Ladien?"

Belum sempat Ayu bertanya kenapa, Ara lebih dulu mengutarakan kegelisahan yang sedang dirasakannya—yang tentu saja membuat Ayu, Danti, dan Elean kaget.

Sejak awal masuk ke kelas 11 ini, Ara memang sudah menunjukkan ketertarikannya dengan pria bernama Ladien. Katanya, senyuman Ladien manis. Ayu geli sih sebenarnya, berasa dangdut banget. Tapi Ia ikut senang karena akhirnya Ara kembali tertarik pada orang lain setelah kejadian tragis dengan mantannya di kelas 10.

Di samping itu, Ara mengalami kesulitan sebab sepertinya Ladien cowok tanpa pengalaman yang bahkan gak punya sosial media dan nomor ponsel—kayaknya Ladien emang gak punya ponsel sih. Jadinya flirting Ara cuma bisa dilakukan di dunia nyata dan cukup tersendat karena Ara sering malu-malu dan Ladien yang gak peka.

"Hah kenapa lo? Kok tiba-tiba?" Ayu bereaksi pertama.

Bibir Ara mengerucut sedih, "ya abis ini udah bulan ke berapa Ay, gue ngarep? Gue udah capek. Gak ada tanda, apalagi progress. Terus tadi Bedul bilang katanya Ladien lagi suka orang lain," Ara mendongak menatap tiga temannya dengan mata berkaca, "gue mau udahan aja."

"Yaaahh, kok gituuuu?" rengek Ayu, "please please Ra, tinggal dikit lagi masa nyerah?"

"Gue udah capek, Ay."

Elean mendengus, "yaudah stop aja daripada kamu sakit. Ladien bego sih, masa yang kayak kamu gak bikin dia tertarik? Udah cari yang lain aja."

Ayu cemberut gak terima. Sebagai supporter nomor satu Ara-Ladien, Ia jelas keberatan dengan statement Elean walaupun yah, ada sedikit bagian dari dirinya yang mengakui itu ada benarnya.

Ayu jadi merutuki Ladien dalam hati. Itu cowok kok bego banget? Ara udah lumayan sering kok kasih kode yang terlampau jelas. Ya emang Ladien gak ada pengalaman tapi masa sebego itu? Elang aja—salah satu temen deket Ladien, udah sering memperjelas maksud Ara kok. Tapi tetep aja Ladien seakan gak ngerti, eung, atau emang gak mau ngerti ya? Kalo bener yang terakhir, Ayu mau marah banget.

"Yuk ah, ganti baju dulu." ajak Elean, kemudian bangkit berjalan beriringan dengan Ara sementara Ayu dan Danti mengikuti di belakang.

Ketika melewati 12 MIPA 3 Ara dan Elean tiba-tiba dipanggil oleh kakak kelas mereka. Ayu mengerut curiga sebab setaunya, yang memanggil kedua temannya itu punya intensi khusus ke Ara. Ayu khawatir Ara makin goyah.

Menerka sepertinya percakapan antara kedua temannya dengan kakak kelas itu akan lama dan merasa dirinya tak punya kepentingan apapun, Ayu dan Danti pun pamit untuk kembali ke kelas terlebih dahulu.

Di tengah jalan Ayu menoleh ke arah Danti yang sepertinya gak peduli apa-apa.

"Dan, kira-kira mereka ngapain ya?" tanya Ayu.

"Gak tau," jawab Danti santai, "tapi kayaknya Ara mau ditembak deh."

"Hah?"

Ayu terperangah sepersekian detik sebelum berubah semakin geram. Ia pun mempercepat langkahnya menuju kelas. Mendapati kelasnya riuh sebab masih ada sisa jam olahraga sebelum berlanjut ke jam pelajaran lain. Ia kemudian duduk di kursi Elean yang di depannya tepat Ladien sedang duduk.

"Heh Udin!" sentak Ayu, garang.

"Apaan?" balas Ladien malas-malasan.

"Lo beneran bego apa gimana sih?! Masa selama ini gak ngerti Ara naksir lo? Kodenya keras banget masa lo gak ketabok satu pun, hah? Asli ya Din, gue pendukung lo nomer satu tapi gue juga geregetan anjeerrr," kata Ayu menggebu-gebu. Ia menatap Ladien frustrasi, "lo tau gak? Ara terancam gak jomlo lagi! Sekarang dia lagi ngobrol sama kakel dan kayaknya mau ditembak!"

Ladien terlihat merenung, tapi tak lama balik menatap Ayu menantang, "yaudah kalo dia mau jadian sama kakel juga, terserah dia."

Ayu hampir menjambak rambut Ladien. Tapi untungnya tidak.

"Bego banget dah lo! Dia tuh demennya sama lo, Udin peaaaa!" pekiknya lelah sendiri. "Udah dah ah bodo amat mau ngapain juga. Kenapa jadi gue yang repot hih bodor."

Ayu kemudian berlalu mengajak Danti untuk berganti pakaian. Batinnya masih merasa kesal tapi Ia paham udah gak bisa ngapa-ngapain lagi. Jadi Ayu lagi-lagi berusaha untuk tabah karena gagal jadi cupid untuk Ara dan Ladien.

•••

"Ay, kenapa sih lo?" tanya Ara, menatap sebal temannya, "dari tadi diem aja."

"Gak papa."

"Idih najis, tiba-tiba jadi cewek." cibir Ara.

"Benci banget gue sama Ladien, dasar cowok bego." geram Ayu, misuh sendiri. Ia kemudian menatap Ara sengit, "lo tadi ngapain sama kakel? Ditembak ya lo?"

Ara menggeleng, "nggak, ngobrol biasa doang. Kak Ico kan udah jadian bego sama Tiwi."

"Hah?"

Ayu langsung bengong mendengarnya. Lah, tau gitu ngapain dia ngegas ke Ladien tadi? Haisshh, dasar Danti kompor mledug! Tatapan Ayu langsung mengarah ke Danti yang asik sendiri menyalin tugas PKn.

"Kampret lo, Dan!" umpat Ayu hanya dibalas tatapan tanpa dosa oleh Danti.

"Ada apaan?" tanyanya dengan nada sama persis seperti tatapannya.

foreignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang