Bagian 2

25 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Met, and surprised.

Anna sudah siap untuk pergi belanjaan, ia memasuki lift turun dan pergi ke supermarket. Bersamaan dengan itu seorang wanita berpakaian rapi dan formal berjalan dengan angkuhnya memasuki lift juga.

Suasana agaknya canggung, dan Anna sama sekali tak suka suasana ini. Sehingga membuatnya mengulurkan tangan membuat Selena mengernyit bingung lalu menengok menemukan Anna yang jelas tersenyum kearahnya.

"Perkenalkan namaku Joanna Wang sepertinya kita tinggal dilantai yang sama. Aku di unit 042, apakah mungkin kita bertetangga?"

Uluran tangan Anna sempat lama mengambang di udara tanpa dibalas. Dengan senyum yang sangat tipis wanita itu menjabat uluran tangan itu.

"Aku Jung Selena, sepertinya kita memang tetangga aku ada di unit 045 tepat didepan apartemen mu." Ucapnya cukup datar namun tetap memperlihatkan senyum yang amat tipis.

Anna menganggukkan kepalanya, tak ambil pusing dengan sikap Selena yang cukup dingin. "Baiklah mungkin lain kali aku bisa main ketempat mu, mungkin kita bisa jadi teman."

Selena mengernyit tak suka lalu menarik kembali tangannya tepat saat itu pintu lift terbuka. Wanita itu lebih memilih melangkah keluar terlebih dahulu sebelum kembali berbalik menatap Anna yang masih didalam lift.

"Jujur saja aku tak terlalu suka kalau diganggu, aku adalah orang sibuk. Tapi memang mungkin kita bisa jadi teman."

.
.
.

Niatnya memang hari ini ia hanya melakukan pekerjaan dari rumah, namun sayang ia harus melakukan meeting dengan kolega yang berasal dari Australia jadi tak mungkin ia menundanya.

Dengan guratan lelah terpampang jelas diwajahnya ia berjalan lesu menenteng tas mahal miliknya menyeret kaki miliknya untuk berjalan menuju lift.

Ia menekan tombol disana tergesa sudah sangat rindu dengan ranjang empuk miliknya. Baru dan pintu lift akan tertutup sebuah tangan kekar menahannya dan pintu kembali terbuka menampakkan seorang laki laki dengan penampilan berantakan ia sedang mengatur nafas akibat berlarian.

Jimin membungkuk, mengambil oksigen disekitarnya ia hanya bisa menggerutu kesal sampai sampai tak menyadari presensi seorang wanita didekatnya. Lalu saat ia mulai menegakkan badannya ia ikut stagnan dengan menatap lamat wanita itu.

Mereka saling diam dan hanya menatap sendu masing masing, hingga denting suara lift saat mereka sudah sampai tujuan membuat mereka tersadar. Dengan cepat Jimin mengalihkan pandangan lalu berjalan cepat keluar dari lift mengambil langkah selebar-lebarnya untuk menjauhi sang wanita.

"Park Jimin!"

Selena berteriak kencang membuat Jimin mau-tidak-mau menghentikan langkahnya dan berbalik menemukan wanita itu berdiri beberapa langkah didepannya dengan menunjukkan senyum yang misterius.

"Aku senang kita bertemu lagi, sudah berapa tahun memangnya apakah kau sudah tak mengingatku?"

Wanita itu berucap sinis, namun dengan cepat Jimin membuang tas kerja serta jasnya kelantai, mengambil langkah maju dan menghantamkan punggung kecilnya ke tembok cukup keras.

Matanya memandang gadis didepannya, sedang Selena sama sekali tak ada rasa takut ataupun apapun ia hanya diam ikut memandang mata Jimin.

"Apa yang kau lakukan disini? Jangan bilang kau mengikuti ku?" Sarkas Jimin cepat mencengkram bahu sempit Selena keras membuat wanita yang berada dikungkungan Jimin sedikit meringis.

"Aku sudah 2 tahun terakhir tinggal disini, jadi apakah aku bisa dibilang mengikuti mu?"

"Bukankah semua diantara kita sudah selesai-"

Ucapannya terpenting saat Selena dengan cepat menarik dasinya membuat Jimin terkejut dan tertarik mendekat ke wajah wanita itu.

Ia semakin dibuat terperangah saat jarak wajah keduanya sudah sangat dekat. Lalu Selena memeluk dirinya membuat Jimin membeku ditempat.

Kemudian wanita itu menarik diri dari pelukan Jimin. Sedangkan pria itu masih diterpa keterkejutan.

Dengan segala kekuatan yang ia miliki Selana mendorong tubuh Jimin hingga pria itu mundur beberapa langkah, hampir kehilangan keseimbangan.

"Aku tak tau apa yang direncanakan-Nya untuk kita hingga kita kembali bertemu setelah sekian lama, namun aku yakin takdir memiliki kisah terbaik."

.
.
.

Jimin memasuki apartemen, menghempaskan tubuhnya ke sofa menutup wajahnya dengan lengan pikirannya kacau. Ia mencoba memejamkan mata guna menenangkan diri.

Beberapa saat berlalu ia kembali membuka mata dan berangsur ke posisi duduk saat menemukan Anna datang membawakan secangkir Cappucino untuknya. "Apa kau sangat lelah? pekerjaannya terlalu banyak ya?"

"Na bagaimana kalau kita pindah apartemen saja?"

Anna mengerutkan keningnya, lalu menggeleng dan duduk disamping Jimin memijat lembut kening sang pria, membuat Jimin memejamkan mata menikmati setiap pijatan lembut dari tangan halus Anna.

"Kau ingin pindah kemana? Tidak, disini sudah paling dekat dengan kantormu oppa, dan aku yakin sebentar lagi aku juga akan dapat teman baru itu tetangga didepan unit milik kita, namanya Jung Selena."

Jimin terdiam, mata yang tadinya terbuka mendengar nama itu membuat kelopak itu terbuka spontan dan menengok menatap sang tunangan.

"Kau terlihat lelah oppa minumlah kopi cappucino yang sudah ku buat, agar kau lebih tenang."

Jimin memilih diam beralih menatap secangkir kopi dengan asap masih mengepul, lalu menghela nafasnya.

"Na sudah aku bilang, aku tak bisa minum minuman berkafein tinggi seperti kopi, lagi pula siapa bilang aku suka cappucino?"

.
.
.
_______________________

_______________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HIRAETH : Welcome Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang