Bagian 3

30 6 0
                                    

Take a chance? No!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Take a chance? No!

Jimin hanya duduk diatas sofa dengan malas, hari libur Jimin malas kemana mana. Apalagi ia takut kalau keluar apartemen ia akan bertemu wanita itu lagi.

Anna berkacak pinggang saat Jimin masih dengan santai memakan keripik kentang dari toples. Jimin menaikkan satu alisnya bingung dengan air muka Anna yang jelas sedang sebal.

"Ada apa denganmu? Kukira tadi kau bilang akan membeli cheesecake tapi kenapa kau pulang dengan wajah tertekuk seperti itu?"

Anna terduduk di single sofa dan bersedekap dada. "Apakah ini yang oppa kerjakan seharian? Menghabiskan keripik di toples?"

Jimin menegakkan duduknya yang tadinya ia bersandar sandaran sofa, lalu menatap Anna, "aku juga butuh istirahat Na apakah maumu aku harus setiap hari memelototi komputer huh?"

Anna merotasi kan bola matanya lalu ia memilih berdiri dari duduknya menunjuk ke kantong belanjaan yang berada diatas meja. "Kiriman itu ke tetangga apartemen kita,aku sengaja membeli dua agar kita bisa berbagi."

"Tapi kenapa harus aku? Kau juga bisa mengantarnya sendiri bukan?" Jimin merenggut kesal tau siapa tetangga yang dimaksud oleh Anna,yang jelas dia adalah Jung Selena.

"Aku mau mandi oppa. Dan aku mau saat aku keluar kamar mandi lagi kau sudah memberikan itu pada tetangga kita."

Jimin mengacak rambut blonde miliknya, lalu ia menatap kantong belanjaan dengan wajah kusut. Saat ia mencoba menghindari seseorang tapi kenapa tunangannya sendiri yang mendekatkannya apalagi orang itu adalah Jung Selena.

.
.
.

Jimin menekan tombol itu beberapa kali dengan wajah yang tertekuk. Ia sudah berdiri lebih dari 3 menit namun tak ada yang membalas atau membukakan pintu.

Jimin kembali menekan tombol bel walau dengan gerutuan yang keluar dari mulutnya. Ia juga tak mungkin pergi, karena saat ia kembali ke apartemen maka Anna benar benar akan marah padanya. Oh ayolah, mana mungkin Jimin berdiri disini sampai berjam-jam, maka patah sudah kaki nya ini.

Dengan kesal Jimin menekan tombol berkali kali, tidak memikirkan tentang pelajaran sopan santun lagi. Yang dipikirkannya adalah pulang dan merebahkan diri kembali. Beberapa saat pintu terbuka Jimin baru saja ingin menyemburkan segala kata kata yang mencerminkan seluruh kekesalannya

Namun, saat ini mendadak diam terpaku melihat seorang wanita dengan pakaian yang cukup terbuka.

Selena sebenarnya terkejut dengan kehadiran Jimin, namun segera ia mengendalikan diri agar terlihat lebih tenang. Wanita itu lebih memilih bersedekap dada menatap Jimin yang masih terdiam. "Ada apa tuan Park? Anda benar benar mengganggu istirahat saya dengan menekan tombol bel seperti orang kesetanan."

Sekarang giliran Selena yang menggerutu sedang Jimin mengalihkan pandangan dan menyodorkan kantong belanjaan yang tadi ia bawa. "Ini untukmu, aku hanya ingin memberikan ini untukmu."

"Wow, ku yakin kemarin kau selalu mengatakan agar tak berhubungan dengan masa lalu namun mengapa sekarang kau ada disini memberikanku bingkisan pula."

Selena jelas memasang wajah mengejek, sedang pria itu hanya meneguk ludahnya dan mengalihkan pandangannya menatap liar lorong gedung apartemen yang sepi.

"Bukan dariku, tapi tunangan ku yang memaksaku memberikan nya padamu, Anna itu memang sangat pemaksa."

Selena terdiam apalagi mendengar kata 'tunangan' dan Jimin jelas menyebutkan nama Anna gadis yang kemarin ia temui di lift dengan senyuman manisnya namun siapa sangka kalau ternyata ia adalah tunangan Jimin. Masa lalunya.

Namun namanya saja Jung Selena. Dengan mudah ia membuat raut wajah tenang agar tak ketara kalau hatinya berkecamuk, ia memilih membuka bingkisan apa yang dibawa Jimin ia lalu melebarkan senyuman.

"Cheesecake aku rasa ini akan sangat lezat jika diminum dengan hot chocolate apalagi dengan cuaca musim gugur ini. Ucapkan terimakasih ku pada Nyonya Park."

Selena tersenyum sinis lalu berbalik untuk menutup pintu, namun Jimin lebih dulu menahannya dan dengan kurang ajarnya ia masuk dan menutup pintu.

"Aku rindu dengan greentea buatanmu, boleh aku minta secangkir saja?"

Bajingan memang, niatnya ingin move on namun takdir mempertemukan mereka berdua kembali. Sialnya lagi, kenangan yang dulu sempat terbangun berseliweran kembali di otaknya.

Jimin tidak modus kok, dia jujur merindukan greentea buatan wanita dihadapannya.

Sedangkan Selena mengernyitkan dahi heran dengan kelakuan Jimin. "Bagaimana kau bisa masuk ke apartemen wanita lain sedangkan kau sudah punya tunangan tuan Park?"

Pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dengan tersenyum canggung. "Kurasa tidak masalah, kita juga tidak ada hubungan apa apa lagi, kan?"

Kedua orang itu terdiam tenggelam dalam pikiran masing masing. Selena menghela nafas lalu menganggukkan kepalanya. "Baiklah, anggap saja ini adalah ramah tamah ku kepada tetangga baru."

Jimin tersenyum lalu seperti anak ayam yang mengikuti induknya, ia mengekori Selena masuk kedalam apartemen sang wanita.

.
.
.
__________________

__________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HIRAETH : Welcome Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang