Tukk....
"Duh, apa sih??? Pagi-pagi udah ada yang bikin kesel aja!" gerutu Yara, mengusap kepalanya yang barusan terkena lemparan botol air mineral.
"Woi, sori! Nggak sengaja!"
Yara menoleh, pada seorang pemuda yang tampak tengah bermain-main dengan temannya. Yara kesal, hendak ia hampiri pemuda itu, namun Asa datang menghampiri Yara.
Di hadapan Yara, Asa menatap pemuda tadi lalu memanggilnya. "Sini dulu, Za!" Nadanya terdengar tenang namun tegas.
Dengan sedikit terpaksa, Reza mendekat pada Yara dan Asa. Lalu Asa kembali berkata, "Tempat sampahnya ada di deket lo kan tadi? Di sini nggak ada tempat sampah, Za. Kenapa lemparnya ke sini?"
Reza menggaruk pipinya yang tak gatal. "Iseng aja," jawabnya santai.
"Iseng lo ngerugiin orang lain," kata Asa, menghela napas. "Minta maaf yang bener ke Yara. Ambil botolnya, buang ke tempat sampah."
Yara mengangkat alis mendengar kalimat Asa. Beberapa detik kemudian, Reza langsung menuruti ucapan Asa. "Maaf," kata Reza singkat namun lebih tulus.
"Ya," balas Yara tak kalah singkat.
Reza merunduk dan mengambil botol tadi. Sebelum Reza pergi, terdengar Asa lagi-lagi berkata, "Jangan buang sampah sembarangan lagi. Atau gue bakal kasih tempat sampah gendong biar bisa lo bawa ke mana-mana."
"Iya, iya. Siap, Pak Ketos!" sahut Reza sambil berlalu pergi.
Yara memicingkan mata pada Asa, membuat Asa mengernyit bingung. "Kenapa lo liatin gue begitu?" kata Asa.
Yara bersedekap dan berdiri tegak, gadis itu maju merapat pada Asa lalu berkata dengan suara rendah, "Minta maaf yang bener ke Yara." Nadanya mengikuti nada Asa tadi.
Asa tersentak, ia mengerjap sadar akan sindiran tersebut. Dia mengusap tengkuk canggung, lalu mantap menatap Yara. Tapi Yara yang ditatap begitu serius oleh Asa mendadak kaget sendiri, gadis itu melirik arah lain, ia akui tatapan dalam Asa terlalu memabukkan.
Asa agak memiringkan kepala, wajahnya mencoba menutupi arah pandang Yara, membuat Yara mendelik pada pemuda itu.
Hingga berikutnya Asa berdiri tegak lalu menghela napas. "Gue minta maaf," katanya jelas. "Maaf karena gue … hampir … nyium lo. Dan maaf karena gue waktu itu langsung pergi dan bukannya minta maaf."
Kini Yara kembali berani membalas tatapan Asa. Namun tak berapa lama kemudian, Yara menunduk, dia berkata pelan, "Gara-gara kejadian itu, orang-orang ngomongin gue. Hidup tenang yang selama ini gue jalani, nggak berlaku lagi sekarang."
Sebenarnya yang didapat Yara bukan omongan buruk dari orang lain, justru orang-orang kini malah kompak menjodoh-jodohkan Ketua OSIS mereka ini dengan Yara. Tapi tetap saja Yara risi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Novela JuvenilAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...