"Penumpang yang terhormat, sesaat lagi kita akan mendarat di Bandar Udara internasional Jakarta SOEKARNO-HATTA, perbedaan waktu antara Tokyo dan Jakarta adalah 2 jam. Kami persilahkan kepada anda untuk kembali ke tempat duduk anda masing-masing, menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka di hadapan anda, dan mengencangkan sabuk pengaman. Akhirnya kami seluruh awak pesawat Blue Air di bawah pimpinan kapten Dean mengucapkan terima kasih telah terbang bersama kami, dan sampai jumpa di lain penerbangan lain waktu. Terima kasih"
-
Mendengar kalimat tersebut, kuselipkan pita tanda pada halaman yang belum selesai kubaca dan kumasukkan buku merah dengan judul "Suatu Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" karya "Mark Manson".
Kemudian memastikan sabuk pengaman terkait dengan baik, menegakkan kursi, dan mengunci meja. Tak lupa aku rapikan barang-barang yang kubawa.
Ohya buku merah yang kubaca tadi lumayan banyak memberikan inspirasi untuk menyelesaikan berbagai macam kisah menyebalkan yang hinggap di hidupku, ya meskipun tidak semua bisa teratasi. Tetapi setidaknya cukup untuk membuat diriku menjadi pribadi yang lebih bodo amat.
-
Kupastikan tak ada barang yang tertinggal, kukaitkan kancing tas hitam converse milikku. Tak lupa earpod di telinga kanan dan kiri sambil memutar lagu kesuakaanku akhir-akhir ini.
Menunggu pesawat ini untuk mendarat sembari melihat ke luar jendela pesawat, beruntung kali ini aku mendapatkan posisi duduk tepat disebelah sayap pesawat, pemandangan yang cukup indah. Warna langit senja yang hangat dan indah, warna yang sangat kusukai. Merah, orange, bercampur sedikit keunguan dengan banyak awan bak permen kapas manis. Aku sangat suka.
- Okay momen ini tidak boleh lewat - , kataku dalam hati.
Kuraih satu hal yang tetap menggantung dileherku dari saat berangkat, ya, kamera digital mini berwarna hitam hadiah Mama saat ulang tahun ku yang ke 17 di bulan Februari lalu. Dua tiga momen indah langit senja ibu kota aku abadikan untuk selamanya. Setelah itu, bibir ibu Kota Jakarta mulai terlihat.
Kini jam tanganku telah menunjukkan pukul 07.15 pm WIB. Tak terasa telah 7Jam aku duduk didalam pesawat ini, perjalanan Tokyo-Jakarta memang cukup memakan waktu. Kian lama pesawat makin rendah dan akhirnya menyentuh landasan pacu bandara Soekarno-Hatta.
"Hmm, akhirnya sampai juga," gumamku sendiri, sambil menghela nafas dan sedikit tersenyum.
Pesawatpun terhenti, kabin-kabin terbuka dan semua penumpang mulai bakit dari tempat duduk mereka untuk mengambil barang-barang yang mereka. Begitu pula denganku, tak banyak barang yang kubawa hari ini, hanya ada koper kecil berwarna dark purple dengan satu garis gold melintang, tas tangan hitam bertuliskan Tokyo yang berisi buku-buku yang belum aku baca yang sehari sebelumnya baru saja aku beli disana sebelum kembali, serta bola basket berwarna hitam emas hadiah perpisahan dari Takashi-kun dan Arisha-chan, dua orang sahabat yang tentunya akan sangat aku rindukan di kota yang besar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lent's Destiny
RomanceSebuah kisah cinta yang ringan, melibatkan 3 orang remaja, yaitu Seya, Lent, dan Krish. Seya remaja putri berusia 17 tahun dengan rambut panjang ikal, bermata coklat muda yang bersinar sedikit tomboy dan pintar, ia baru saja kembali ke Indonesia. Me...