BAB 3. Kutarik Kembali Kata-Kataku

7 1 1
                                    


Tanpa kusadari kini aku sudah duduk di bangku taman panjang berwarna coklat tua, dibawah Pohon Tabebuya Kuning yang kini sedang bermekaran di indahnya pertengahan November

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa kusadari kini aku sudah duduk di bangku taman panjang berwarna coklat tua, dibawah Pohon Tabebuya Kuning yang kini sedang bermekaran di indahnya pertengahan November. Beberapa kelopak bunganya turun berderai ditiup angin segar pagi dengan sinar mentari hangat. Dia berlutut di depanku, membersihkan lututku yang kotor akibat dipaksa berlutut oleh orang-orang di gang tadi. Telapak tangannya besar, jari jemarinya lentik, dengan potongan kuku yang rapi. Sejenak dunia serasa berhenti, terlihat mancung hidungnya di balik topi putih yang ia kenakan.

Mengapa dia sangat baik? Siapa namamu?

­

Tak lama kemudian di menengadah. Dan aku terdiam menatap wajahnya, tak ada kata lain di benakku selain... Sempurna.

"Udah bengongnya? Lo begok atau gimana sih?" ujarnya sambil meletakkan lengannya di atas lututnya. Kemudian ia berdiri.

"Diliat-liat lo pasti anak mami baru di Jakarta, yang sok-sokan buat explore Jakarta kan? Liat nih, apaan tuh mau gaya? Mau kliatan kaya? Gantung kamera mahal biar diliat orang? Hah?!" Katanya sambil memegang kameraku, dan menghempaskannya dengan sedikit kasar.

Okay, where was that perfect person just now? Okay Seya, coba Tarik nafas dulu.

"Sorry, tapi sebelumnya emang bener aku baru aja pindah dan tinggal di Jakarta. Tapi, mohon maaf banget dengan sebesar-besarnya bisa ga nada bicaranya diperbaiki? Dan maaf juga, karena aku ga ada maksud sama sekali untuk bergaya dan lain-lain seperti yang kamu bilang. Aku cuma..." Kataku dengan pelan dan sedikit ketus sambil menahan emosi, mengingat bagaimanapun dia sudah menolongku tadi, tetapi perkataanku kembali dipotong olehnya.

"Alah udah deh, lo tu seharusnya kalo tau baru disini, cari tau dulu informasi seputar daerah yang mau lo kunjungin. Listen, look at you I think you are adult enough to think that way. Jangan kayak anak TK, okay? Lo kira Jakarta indah seindah jidat lo? Mikir, kalo misal tadi gue ga sampek tepat waktu gimana? Paling lo Cuma bisa nangis skarang."

"Tapi..."

Tiba-tiba HP di kantong celananya berbunyi. Dan dia pun mengangkatnya.

"Hallo Ma, ya? Mama ga bisa jemput Bee? Okay aku yang jemput, aku pulang ambil mobil dulu ya, Mama share aja lokasinya, okay bye Ma." Katanya bercakap di telefon dengan nada yang sangat lembut dengan tone nada yang cenderung deep. Tidak seperti gaya bicaranya padaku tadi. Kemudian ia pergi begitu saja tanpa sepatah katapun, hanya menoleh, dan itupun dengan tatapan yang penuh meremehkan.

Kesal. Sangat kesal. Itulah yang aku rasakan sekarang. Ini pertama kalinya aku diperlakukan seperti ini, serasa harga diriku jatuh. Bahkan dia tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskan lebih dahulu dan langsung pergi.

Apa anak TK?! Aanak Mami? Pamer kekayaan? Heh, apa salahnya sih cuma bawa kamera aja?! Bisa-bisanya dia bilang seperti itu ? Tau apa dia? Trus liat gayanya pergi gitu aja, dasar ga ada sopan santun! Siapa yang anak TK skarang hah?!

Lent's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang