"Tringggggg"
Bel pulang sekolah berbunyi sore hari, semua muridpun langsung berhamburan keluar kelas, ada yang langsung ke gerbang sekolah ataupun ke parkiran untuk mengambil sepeda dan motornya. Aku dan teman temanku pun sibuk membereskan buku – buku yang berserakan di meja masing - masing.
"Permisi, Disini ada yang namanya Amanda Adelia Kelas 11-A?"Tanya satpam sekolah ke salah satu teman sekelasku
"Oh Manda, Ada pak sebentar"
"Manda ada yang nyari nih" teriak temanku dari pintu kelas
"Hah?" Tanyaku sambil menggedong tasku, perkataan temanku terdengar sayup sayup karna kondisi kelas yang sangat ramai, kita teriakpun terdengar seperti sedang berbisik "Apaan?" kataku menghampiri teman kelasku
"Ada yang nyari, ini pak anaknya" kata temanku lalu meninggalkanku dengan pak satpam
"Adek Amanda kan? Jadi ada yang nyariin kamu, orangnya ada di halaman gerbang sekolah, katanya penting ada yang mau disampaikan" jelas pak satpam
Akupun terdiam, bingung, siapa yang mencariku?? Orangtuaku saja jika ada sesuatu tidak sampai ke sekolah, jadi siapa yang mencariku?
"Siapa namanya pak? Yang mencari saya?" tanyaku penasaran
"Aduh saya kurang tahu, saya juga tidak bertanya dek, dia hanya menyampaikan seperti itu saja, sudah ya dek bapak balik ke pos satpam dulu, mungkin yang mencari adek juga masih ada di pos satpam" Jelas pak satpam lagi dan meninggalkanku yang kebingungan di dekat pintu kelas
"Siapa yang nyari da?" Tanya Veronica sambil menepuk pundakku dari belakang, aku pun menoleh ternyata Veronica, Ruru, dan Fivi sudah dibelakangku dari tadi.
"Ah gak tau gw juga, pak satpamnya gak ngasih tau dia" jelasku yang masih memikirkan siapa orang itu
"Yeh itu mah gue tau, nguping omongan lu sama pak satpam, emang lu gak kepikiran gitu siapa?" Tanya Ruru, akupun menggeleng karna memang benar benar tidak ada seseorang dipikiranku yang nekat kesekolahanku
"Mending langsung ke depan aja biar tau siapa" kata Fivi, berlari sambil menarik tanganku.
Akhirnya kita berempatpun berlari menuju gerbang sekolah, karna jarak dari kelas kami ke gerbang sekolah agak jauh jadi kami berlari secepat mungkin agar sampai ke gerbang sekolah. Benar saja saat sudah dekat dengan gerbang sekolah, aku melihat seorang laki laki dengan gaya pakaian yang sangat familiar denganku sedang berdiri memainkan handphonenya.
"Eh bentar hah capek dulu hah" Nafasku tersengal – sengal karna lari, bayangkan saja lari sambil menggendong buku paket dan menjinjing tas yang juga berisi buku paket, sungguh membuat nafasku tidak beraturan.
"Segala Capek dulu, tanggung ih udah mau sampe gerbang juga" gerutu Fivi sambil menatapku
"Bentar, HAH udah dah hayuk" kataku mulai melanjutkan pergi ke gerbang padahal nafasku masih belum beraturan. Akhirnya kami berempat melanjutkan jalan ke gerbang, dan muka laki – laki itu agak mulai terlihat. Melihat mukanya akupun teringat pada seseorang, tapi tetap saja aku tidak percaya dengan pikiranku sendiri, karna orang yang ada dipikiranku sedang ada di luar negri.
"Eh da, yang itu kali ya?" Kata Veronica dengan kode kode matanya menunjukan ke arah laki laki itu.
"Iya kayaknya dia" jawabku sambil menyipitkan mataku untuk melihat muka laki – laki itu. Memastikan apa itu orang yang ada dipikiranku, melihat gaya pakaiannya, memakai turtle neck warna abu – abu dengan celana hitam dan dipadu padankan dengan coat warna coklat, itu seperti gaya pakaian orang yang ku kenal. Kira – kira sekitar 20 langkah lagi aku akan menghampiri laki laki itu, aku melihat dia melihatku, aku merasa seperti itu. Yang kulihat dia memasukkan handphone kesakunya dan...
"AMANDAA ADELIAA, PACARNYA WOOZIIIIII".
Ia berteriak, benar dia berteriak memanggil namaku di antara kerumunan murid yang sedang berjalan keluar sekolah. Padahal Ia sudah mencuri sebagian perhatian murid yang melewati gerbang sekolah dengan pakaiannya, karna jika gaya pakaiannya yang tidak cocok dengan suhu di Bekasi yang panas ini, dan sekarang ditambah dengan teriakkannya yang memanggilku dengan ditambah embel embel "Pacarnya Woozi". Woozi adalah salah satu anggota Boyband yang aku suka, jadi aku selalu bilang ke teman temanku kalau aku hanya ingin pacaran dengan Woozi, tidak mau dengan yang lain, dan jadilah julukan baruku yaitu "Pacarnya Woozi".
Benar – benar teriakannya itu menyita perhatian semua murid dan ada beberapa teman kelasku mereka menoleh ke diriku. Ah benar - benar anak ini tingkahnya ada ada saja, akupun berlari menghampiri laki – laki itu dan tidak memperdulikan Ruru, Fivi dan Veronica. Ketika aku sudah dihadapannya, ia pun tersenyum, senyum meledekku, benar benar menyebalkan bukan? Murid disekeliling gerbang sekolahpun memperhatikan kami.
"Ya Kim Inho kenapa teriak hah??? Malu maluin tau, banyak orang" omelku kepadanya tapi dia hanya tersenyum meledekku.
Kim Inho, nama laki – laki itu adalah Kim Inho. Dari namanya saja sudah ketahuan jika ia orang Korea, mungkin bisa dibilang seperti itu sih, tapi dia juga orang Indonesia. Ibunya orang Indonesia dan Ayahnya orang Korea Selatan, jadi dia ini semacam mix Indonesia dan Korea Selatan. Ayahnya dan ayahku berteman akrab jadinya akupun bisa berteman dengannya.
"Kalo aku gak teriak, kamu gak bakal liat aku, bisa saja kamu ngelewatin aku doang" bisik Inho padaku, aneh sekali alasannya, padahal dari jauhpun pakaiannya sangat mencolok bagaimana bisa aku tidak melihatnya.
"Yuk Pulang" Inho menarik tanganku, membawaku menuju keluar gerbang sekolah
"Eh gak bisa, udah ada janji" kataku memberlambat langkahku, Inho menghentikan langkahnya dan menoleh kepadaku yang ada di belakangnya.
"Janji apa?"
"Itu aku sama temen – temen niat mau nonton film di bioskop, jadi gak bisa langsung pulang"
"Yaudah aku ikut" kata inho sambil melanjutkan langkahnya, menyebalkan bukan?? Seenaknya saja dia minta ikut nonton film.
"Inhooo" menarik tangan Inho agar dia berhenti berjalan, akupun berusaha melepaskan genggaman tangan inho yang memegang tanganku dari tadi, seakan aku tidak boleh pergi kemana mana. "Udah sana pulang aja Ho" kataku meninggalkan Inho digerbang sekolah dan menghampiri Fivi, Ruru dan Veronica yang ternyata sudah ada di luar gerbang sekolah, menungguku.
"Siapa da?" tanya Veronica saat aku baru saja menghampiri mereka.
"Inho" jawabku
"Inho ? Inho yang sering lu omongin itu?" Tanya Ruru, akupun hanya mengangguk,memang aku sering menceritakan Inho kepada mereka, tapi aku belum pernah memberitahu mereka Inho wajahnya seperti apa, bagaimana rupanya, toh aku berfikir gak mungkin akan bertemu juga, dan juga aku memang tidak punya foto dengan Inho, lalu bagaimana memberitahu pada mereka.
"Da, eh itu orangnya kesini" Kata Fivi dengan kode kode matanya.
Dan ternyata benar saat aku melihat kearah gerbang sekolah, Inho sedang menuju kemari, malah sepertinya 5 langkah lagi sampai tepat didepanku.
"Inhoo" kataku dengan nada yang agak keras tetapi tidak sampai teriak seperti Inho memanggil namaku.
"Apaa?? Hii temen temennya Manda ya? Katanya mau nonton boleh ikut gak??" tanyanya sambil merangkulku dan melambaikan tangan ke teman temanku, Fivi, Ruru dan Veronica terdiam saling melempar pandangan dan pandangan terakhir pada ku, akupun menggeleng pada mereka agar menolak Inho, memang Inho ini orangnya tidak suka basa basi, langsung to the point. Mangkanya banyak orang yang mengobrol dengan dia langsung terdiam, bingung harus menjawab apa.
"Hmm boleh, tapi motornya cuma ada 2" Jelas Fivi, memang Fivi adalah penyelamatku, ada saja idenya, padahal kenyataannya, motor ada 3, aku bawa motor sendiri, Fivi bawa motor sendiri lalu Veronica dan Ruru mereka 1 motor.
"Oh gapapa, aku kan bawa mobil" jelas Inho sambil mengeluarkan kunci mobil disaku coatnya
"Gimana kalo naik mobil aku aja?" tanya Inho sambil menatapku, akupun melotot mendengarnya, memang Inho orangnya tidak bisa ditebak dan juga semaunya. "Jadi gimana?" tanya Inho lagi pada teman – temanku.
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Disini, Namsan Tower
Romance"Aku janji, kalo kamu udah di Korea, aku bakal bawa kamu ke Namsan Tower, kita pasang gembok" Janji Inho padaku dengan senyum manisnya yang belum pernah aku lihat. Tapi itu janji 5 tahun lalu. Gimana kabarmu? Sekarang aku sudah di Korea, apa benar k...