Bagian 5

179 8 0
                                    

-Bobby-

Paginya Selly terkejut karena mendapati dirinya bangun dan sudah berada ditempat tidur.

"Tadi malam aku terbangun karena ingin buang air kecil. Ternyata kamu malah tidur dikamar mandi. Gak mungkin kan aku buang air dengan kamu yang tidur disana?" Tanyaku. Ia hanya mengangguk.

"Maaf aku terlambat bangun hari ini." Ucapnya. Kemudian bergegas kekamar mandi.

Ia melihat botol minyak kayuputih yang tadi malam ia pegang sudah ku taruh di meja, kemudian melirikku sebentar, lalu membawanya ke dalam kamar mandi.

Setelahnya, hari-hari ku jalani seperti biasa. Hubungan kamipun tak kunjung membaik walau ia sudah mau berbicara padaku sedikit. Namun tatapan yang diberikannya bukan lagi tatapan penuh cinta dan ikhlas seperti dulu. Sekarang mata itu cenderung menampakkan sorot ketakutan dan kekecewaan yang jelas.

Namun aku tak peduli dan masih saja mengacuhkannya.

"Dulu, waktu usia kandungan aku seumur mbak Selly, aku pernah loh ngidam mangga di pohon depan rumah mama tengah malam. Mas Reza akhirnya kesana dan manjat kayak maling." dapat ku dengar dengan jelas cerita Dessy pada Selly

Saat ini aku, Selly dan Barry sedang menghadiri aqiqahan anak Reza dan Dessy yang lahir seminggu yang lalu. Acara ini sudah selesai dan hanya tersisa kerabat dekat. Aku yang duduk tak jauh dari tempat mereka masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kalo mbak, pernah ngidam apa?" tanyanya lagi. Kulihat Selly hanya diam sambil menggeleng.

"mbak gak pernah ngidam?" Tanya Dessy lagi terlihat terkejut.

"Iya, mbak gak pernah ngidam." Sahutnya kemudian tersenyum tipis.
Tentu saja ia berbohong. Aku beberapa kali mendapatinya memasak didapur maupun sedang mengupas buah tengah malam. Namun aku berusaha mengabaikan saja. Lagipula kupikir ia sudah terbiasa melakukan itu.

Tiba-tiba ia berlari kekamar mandi seraya menutup mulutnya.
"Cepetan susul. Selly pasti lagi mual!" Paksa Reza. Aku yang bingung harus melakukan apa hanya bisa bergegas menyusulnya.

Kulihat ia menghirup bau dari botol minyak kayuputihnya. Setelahnya ia kaget mendapatiku berdiri dibelakangnya. Ia segera menutup botol itu dan memasukkannya kedalam tas. Ia berpegangan di tepi westafel dengan tangan gemetar.

"Aku gapapa. Jangan deket-deket nanti mas bobby pusing" ucapnya. Aku mengangguk saja kemudian meninggalkannya. Dalam keadaan seperti itu ia masih saja memikirkanku yang memang tidak menyukai bau minyak kayuputih. Aku hanya menghela nafas. Seperti kecewa dengan diriku sendiri.

"woi, Bob. Gimana? Keren 'kan ide gue kemaren?" Tanya Aldy mengagetiku yang tengah berjalan menuju ruang tengah.

"iya, keren Al. besok gue ketemu sama orang yang lo bilang kemaren. Dia dari Amsterdam?" tanyaku lagi. Aldy terlihat mengangguk bangga.

"Makasih loh Al."

"Sama-sama. Lagian juga nguntungin gue kok." Sahutnya senang. Aku memang tak meragukan lagi kecerdasan Aldy dalam membangun bisnis.

"Gimana Bob, nikmatin jadi calon ayah gak?" Tanya Reza yang memang sejak tadi diruang tengah dan nimbrung dengan pembicaraanku dan Aldy. Aku hanya tersenyum karena tak tau hendak menjawab apa.

"senyum-senyum aja lo. Kalo gue sih entah kenapa ya rasanya makin sayang aja sama Dessy." Sahutnya membuat Aldy menjitak kepalanya.

"Lo gak usah pamer deh sama gue!" ucapnya membuat Reza melotot.

"Yang pamer siapa? Lo gak liat gue cerita sama Bobby, bukan sama lo?" tanyanya membuatku terkekeh. jelas saja Aldy sepertinya belum bisa macam-macam pada istrinya yang dinikahinya beberapa bulan yang lalu karena masih berstatuskan mahasiswa koas itu.
Ia pernah cerita kalau ia tak tega pada istrinya jika harus susah-susah mengandung sambil koas.

A Freeze Spring (Side Story of Reaching Your Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang