✍️ 6

7 1 0
                                    

Kak Syahid :

Assalamu'alaikum

Maaf kaka ganggu ya

Cuma mau kasih tau, jgn lupa dtg ke nikahannya Mbak Fatimah, minggu depan

Wassalamu'alaikum

Demikianlah isi pesan singkat dari Kak Syahid yang dikirim via WhatsApp.

"Nikahannya Mbak Fatimah," ucapku dalam hati.

Bahagia banget rasanya setelah membaca pesan itu. Karena ternyata Mbak Fatimah yang mau menikah, bukan Kak Syahid.

Sampai detik ini, aku masih bingung dengan perasaanku terhadap Kak Syahid. Aku belum berani mengatakan, bahwa aku mencintainya.

Kak Syahid adalah anak dari Abi Hasan dan Umi Maryam, temennya Abi. Umurnya 2 tahun lebih tua dari aku. Dan kakaknya, Mbak Fatimah itu seumuran dengan Bang Alif. Aku selalu berharap agar Mbak Fatimah dan Bang Alif berjodoh, ternyata tidak.

"Apakah itu pertanda bahwa... Ah, mikir apa sih," kataku berusaha menetralisir pikiran-pikiran dalam benakku.

Me:

Wa'alaikumussalam, iya kak, In Syaa Allah

Ku balas chat dari Kak Syahid dan aku yakin pasti tidak akan dibalas lagi olehnya. Benar saja, chat dari aku cuma di read. Tapi baguslah, karena itu lebih baik.

.
.
.

"Abi, Umi sama Abang ngerjain Ai ya," ujarku saat melihat ketiganya sedang berada di ruang keluarga.

Mereka saling berpandangan satu sama lain. Sepertinya bingung dengan maksud ucapanku barusan.

"Mbak Fatimah yang mau nikah kan, bukan Kak Syahid," kataku sembari duduk du samping Bang Alif yang sibuk memainkan ponselnya.

"Ai tau darimana?" Tanya Abi yang tetap fokus pada buku yang dibacanya.

"Tadi Kak Syahid chat," jawabku.

"Ciee, seneng deh tuh, karena bukan Syahid yang nikah," sahut Bang Alif dan langsung ku rebut ponsel yang ada ditangannya.

"Sok tau," balasku padahal aku emang seneng sih, hihi.

"Ih, balikin hp Abang."

"Nggak mau."

"Ai."

"You."

"Astagfirullah, udah jangan berantem terus, pusing Umi liatnya," kata Umi sambil memegangi kepalanya.

Seketika suasana yang tadinya rusuh berubah menjadi sunyi. Hanya keheningan yang memenuhi seisi ruangan.

Aku dan Abang langsung diam dan tidak berarti berkata apa-apa lagi.

"Kok sepi," kata Abi memecah kesunyian.

"Hmm."

"Oh iya, Umi nggak bisa ikut ke acaranya Fatimah, soalnya ada rapat sama guru," jelas Umi.

Umi ku adalah seorang guru. Dia mengajar di Madrasah Tsanawiyah.

"Alif juga nggak bisa, banyak yang harus di urus di kampus."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A i S y a hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang