23

3.1K 568 19
                                    

"Berhenti menatapku seperti itu." Lorra menghentikan sejenak kegiatan makan siangnya karena merasa tidak nyaman akan tatapan Rex padanya.

Rex tersenyum ringan. "Menatapmu sudah menjadi kebiasaanku sejak bertemu denganmu, Lorra."

"Berhenti mengatakan kata-kata menggelikan seperti itu, Rex. Habiskan makananmu!"

"Baiklah, Nyonya Dalton." Rex mengedipkan sebelah matanya menggoda Lorra.

Lorra berdecih pelan lalu kembali melanjutkan makan siangnya. Namun, kata-katanya tidak terlalu didengarkan oleh Rex. Pria itu masih saja menatapnya.

"Sebaiknya kau kembali dirawat di rumah sakit. Pemulihanmu bisa lebih cepat jika kau berada di sana," seru Lorra setelah makan siang selesai.

"Kondisiku sudah jauh lebih baik. Aku tidak perlu kembali ke tempat menyebalkan itu. Dan ya, aku juga memiliki perawat pribadi di rumah yang bisa mengurusiku."

"Jika kau ingin seperti itu maka terserah padamu." Lorra tidak ingin berdebat dengan Rex, ia tahu pria yang menjadi suaminya itu tidak akan berubah pikiran.

"Berdirilah, aku akan mengantarmu berkeliling kediaman ini," seru Rex.

"Aku akan membereskan meja makan terlebih dahulu."

"Itu bukan pekerjaanmu, Lorra. Aku menikahimu bukan untuk mengurusi rumah ini. Kau cukup mengurusiku saja."

Lorra sudah terbiasa membereskan piring kotornya sendiri, jadi ia merasa tidak begitu nyaman jika pergi meninggalkan meja makan yang masih berantakan.

Rex meraih tangan Lorra. "Ayo." Pria itu benar-benar tidak mengizinkan Lorra menyentuh piring bekas mereka makan.

Lorra tidak bisa melakukan apapun kecuali mengikuti langkah Rex. Benar-benar pria pemaksa, batin Lorra.

Kediaman Rex terdiri dari tiga lantai, di mana masing-masing lantai dengan banyak ruangan. Rumah itu memiliki kamar lebih dari dua puluh kamar. Di sana juga terdapat beberapa ruangan besar yang bisa digunakan untuk sebuah pesta lengkap dengan piano yang ada di setiap sudut ruangan itu.

Fasilitas di tempat itu juga lengkap, terdapat bioskop mini, pusat kebugaran, ruangan biliar, kolam renang, lapangan basket, lapangan tenis hingga bowling.

Terdapat juga sebuah ruangan penyimpanan wine dan ruang bawah tanah.

Kediaman itu memiliki parkiran yang luas yang bisa menampung lebih dari limah puluh mobil sekaligus. Terdapat landasan untuk tiga helikopter.

Mungkin jika ia memiliki materi yang tidak ternilai ia juga akan membuat rumah mewah seperti ini untuk kepuasan dirinya sendiri, tapi sayangnya Lorra lebih memilih untuk hidup sederhana padahal ia bisa mendapatkan kemewahan seperti anak orang kaya pada umumnya.

Setelah berkeliling rumah, Lorra kembali ke kamar Rex yang hari ini juga telah menjadi kamarnya. Rex menunjukan sebuah ruangan lain yang ada di kamar itu. Tampak seperti sebuah butik dalam bentuk lebih kecil.

"Kau bisa meletakan barang-barangmu di sini. Dan semua barang yang ada di sini adalah milikmu."

Lorra memiringkan wajahnya menatap Rex. "Tidak heran jika kau sangat digilai oleh wanita. Kau benar-benar tidak perhitungan dengan uang."

"Itu salah satu keuntungan menjadi wanita Rex Dalton." Rex berucap dengan bangga.

"Kau benar-benar murah hati," cibir Lorra sembari melihat-lihat barang yang ada di dalam ruangan itu. Semuanya lengkap, mulai dari pakaian hingga perhiasan. Tas dan sepatu. Semua ada di ruangan itu. Dan semua ukuran pakaian serta sepatu di sana sama dengan ukuran miliknya.

In Bed With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang