03 : Masa-Masa Sekolah

32 12 7
                                    

“Menyebalkan, sangat menyebalkan."
-Sigit

Btw udh lama ga up wkwk

•••

Sigit terpelanting menghantam pintu kelas 11-TKJ2 dengan cukup keras akibat dorongan dari Gawang. Akhirnya ia masuk kedalam kelas 11 TKJ 2 dengan tersungkur di depan kaki pak rambo.

"Ari maneh nanaonan!" Pak Rambo meninggikan nada suaranya. Ia berkacak pinggang.

(Kamu ngapain!)

"Itu pak si Gawang nyuntrungin saya jadi we tikusruk ke kelas ini," jawabnya sambil berdiri dan membenarkan celananya yang sedikit menyengsol kesamping.

Zefanya berseru, "Seleting celananya jangan lupa!"

Sigit langsung melihat kearah resleting celananya, benar saja jika celananya lupa ia seletingkan. "Aduh malu aing! Untung lagi gak tegang!" Ucapnya pelan sambil menutup resletingnya. Ternyata resletingnya macet, tidak dapat di tutup! Dengan sedikit tenaga Samson, Sigit langsung menarik keras resletingnya sampai akhirnya resletingnya copot.

"Pfttt." Gawang menahan tawanya yang hampir meledak.

Sigit kemudian memberanikan diri untuk menatap pak Rambo. Pak Rambo masih berkacak pinggang. Sigit kemudian menyatukan kedua telapak tangannya sambil nyengir kuda.

"Sigit! Si merah pemberani!"

"Anjayyy!"

Sigit peka dengan topik yang di bicarakan teman-teman yang berada di kelas 11 TKJ2 ini. Ia spontan menutup bagian resleting celananya yang memang tak bisa di tutup itu.

"Heh mata lo sudah melakukan maksiat!"

"SIGIT! GAWANG! BALIK KE KELAS KALIAN LAGI SEKARANG!"

Dada pak Rambo naik turun, sepertinya dia sedang erosi saat ini.

Gawang dengan kecepatan kuda lumping langsung berlari ngacir dari kelas ini tanpa salam. Sedangkan Sigit sendiri menyempatkan untuk menyalimi dulu tangan kanan pak Rambo, di akhiri dengan kecupan manja di belakang punggung tangan gurunya itu.

"Udah cocok jadi santri belum saya pak?"

Pak Rambo menunjuk pintu keluar, ia mengisyaratkan Sigit untuk cepat keluar dari kelas ini. Sigit hanya nyengir kuda, kemudian berjalan santai menuju pintu keluar.

•••

"ANAK NGEN-"

Tuk

Sigit memukul kepala Mahesa cukup kencang. Ia pikir itu adalah Gawang. Soalnya kalo dari belakang model rambut Mahesa sama persis kaya Gawang.

"Ngentot!"

Sigit yang salah sasaran langsung membalikan badannya, sedangkan Mahesa kini tengah menatap punggung Sigit dengan nyalang.

"Jancok ngapain lo mukul kepala gue? Hah?!"

Sigit membalikan badannya, sebisa mungkin ia menampilkan ekspresi watadosnya. Pas balik badan ia cuma sedikit merapihkan wajahnya saja sih biar gak keliatan berdosa banget sama Mahesa.

"Salah sasaran, Sa. Sorry ya, salah siapa rambut lo sama kaya rambut si Gawang."

"Beda kipli! Si Gawang mah potongannya lebih pendek dari gue!"

"Dih nyalahin aing." Gawang datang dengan teh sisri yang lagi di sedotnya.

"Heh anak kadal, ngapain tadi ngabrit ninggalin gue di 11 TKJ2 hah?!"

"Kebelet boker gue."

"Alesan!"

"Ngape si? Lagian lo kagak bakal tersesat, buktinya selamat lagi sampe kelas."

"Kalo gue gak selamat?"

"Ya meninggal." Gawang kembali menyeruput teh sisri yang tengah di genggamnya.

"Hehehe babi."

"Eyyow what's up guys!"  Genta datang, dua detik yang lalu ia joget ala-ala Michael Jackson.

"Suling hamil anak lo katanya." Sigit bergosip.

"Sekate-kate lo kutil! Di sentuh aja kagak!"

"Kasian Suling, gak di kasih nafkah batin sama suami kw-nya." Chandra menimpali, posisinya ia sedang membujuk Marona untuk memberinya permen dan beberapa makanan ringan lainnya yang di bawa gadis itu.

"Chandra udah anjir! Dari tadi makanan gue abis sama lo mulu!"

"Mana ada anjir, gue cuma makan yupi, cireng, aries, slay-olay, chocolatos, gery malkist, padimas, jaguar sama teh kotak aja, gak banyak perasaan," ucap Chandra, tangannya menghitung pelastik sampah bekas makanan yang baru saja ia poroti dari Marona.

"Lambemu kriting! Lo pikir makanan ini di beli pake kertas?"

"Ya gue maunya sih gitu, pake kertas."

Chandra semakin menyebalkan, Marona mendelik sebal kemudian membereskan pelastik sampah bekas Chandra.

Sedangkan di sisi lain Genta, Gawang, Sigit dan Mahesa tengah bermain monopoli di depan kelas.

Yap, mereka mendapatkan monopoli itu berkat hasil dari porotan Segastra terhadap adik kelasnya yang sedang asik bermain.

Mereka terlihat menurut di hadapan Segastra, tetapi di belakang Segastra habis di maki-maki. Bahasa kebun binatang keluar semua, woahhh.

"Mahes! Lo masih diem di penjara! Jangan kemana-mana, Lo belum dapet dadu titik enam kembar dua."

"Dih anjing bosen gue diem mulu di sel."

"Bacot, giliran gue yang ngocok."

"Lima langkah!" Gawang memajukan kudanya sebanyak lima langkah, ia mendapat kartu kesempatan. Ternyata di kartu kesempatan tertulis bahwa Gawang terima uang sewa selama 15.000.

"Woi bank, kasih gue uangnya." Gawang menoleh kepada Segastra, dia yang menjadi pemegang banknya.

Segastra memberikan uang monopoli tersebut kepada Gawang.

Mereka terus bermain, sedangkan Mahesa sudah suntuk karena tak kunjung keluar dari sel tahanan.

"Anying gak ada perkembangan, di bui mulu gue." Mahesa mengeluh, sedangkan Sigit malah menjulingkan matanya untuk meledek Mahesa.

"Bajingan!"

•••

Di tulis 748 kata.
Bodo ga ada yang baca asal udah up aja <( ̄︶ ̄)>



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang