01 : Perihal Sholat jenazah

72 29 17
                                    

"Simulasi dulu, umur kagak ada yang tau soalnya."
-Gawang

•••

Hari ini ada praktek mapel agama di SMK Rajawali. Praktek sholat jenazah lebih tepatnya.

"Siapa yang jadi pocongnya?Cung!" Tanya Candra. Jari tenjuknya terangkat keatas dengan mulut yang masih monyong-monyong.

"Mayit tolol! Bukan pocong!" Kata Sigit sambil mencomot bibir Candra.

Candra menempis tangan Sigit dari mulutnya, "Tangan lo bau kamper, bego!"

Sigit kemudian mengendus tangannya, "Wueeee, bau cubluk anying bukan bau kamper!" Sigit kini mengekspresikan muka muntah-muntah.

"Sembarangan sia, tutup rantang!" Candra mendelik sebal. "Woi cepet! Siapa yang mau memantaskan diri jadi mayit?Cung!" Candra masih keukeuh mencari orang yang dengan suka rela menjadi mayit.

"Bukannya pake boneka ya?" Laura menyaut.

"Bonekanya sakaratul maut, udah gak bisa di pake lagi. Udah lah salah satu dari kita aja jadi korban. Ayo siapa yang mau, Cung!"

"Lo nanya orang lain mulu, Kenapa gak lo aja?" Saga melipat tangannya di dada.

"Gue aja, ribet lo pada. Lagian ntar kita bakal pake kain kafan juga!" Tiba-tiba Gawang datang. Rambutnya basah karena dia habis berwudhu. Gawang melepas sendal swallow kuningnya dan mulai memposisikan dirinya di atas kain kafan yang sudah di hamparkan di lantai mushola.

"Ya ntar aja. Lagian gue belum punya banyak amal Sholeh, belum bisa nikah sama Suling juga," ucap Genta sambil ber-puppyeyes kepada Sulis. Sulis langsung beramit-amit sambil ngusap perutnya.

"Ini kan cuma perumpamaan, bodoh! Astagfirullah sabar aku tuh," Laura mengusap dadanya.

"Iya, cantik!" Ucap Genta, setelah itu Genta mulai memasangkan tali pocong pada kafan yang sedang di pake Gawang.

"Meni geleuh," hardik Candra.

"Siapa imam?" Sigit bertanya.

"Lo aja, Git!" Suruh Luthfi.

"Mbung ah, hayoh we aing," Sigit mengedikkan bahu tanda tak setuju.

"Hayoh," Sindir Luthfi. Padahal Sigit tak pernah mau jika di suruh jadi imam setiap sholat. Jangankan jadi imam sholat, di suruh adzan atau komat aja dia gak mau.

"Nyaho teu bisa, njing!" Sigit pundung.

"Gue aja gue, gue hafal bacaannya tapi gak hafal urutannya," Lerai Segastra yang kini sudah rapih menggunakan sarungnya. "coba urutin dulu," Lanjutnya.

"Mau di urut dimana mas? Punggung atau pantat?" Candra menaik turunkan alisnya.

"Kok lo ngeselin sih, njing!" Segastra menatap tajam kearah Candra. "Astagfirullahhaladzim," detik selanjutnya ia beristighfar sambil mengusap dada.

"Bentar searching dulu," Ucap Luthfi. "Yang pertama, Takbiratul ihram sambil berniat, lalu baca Surat Al Fatihah.Yang kedua takbir kemudian membaca sholawat.Yang ketiga takbir lalu dilanjutkan berdoa untuk jenazah. Yang keempat takbir lalu dilanjutkan berdoa lagi. Yang kelima, Salam." Lanjutnya.

Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang