Haruto & Junghwan
"Haru?!"
Yang dipanggil dengan cepat berjalan keluar kelas dan lagi-lagi mengabaikan panggilan dari Jeongwoo. Bukannya Haruto ingin bersikap sok cuek, hanya saja ia memang belum terbiasa akan kehadiran Jeongwoo meskipun kini keduanya duduk satu bangku.
Haruto terus berjalan dengan langkah kaki sedikit lebar, jangan lupakan tatapan datarnya yang menatap lurus ke depan. Untuk saat ini ia hanya ingin cepat sampai ke ruang perpustakaan dan menenangkan dirinya.
Namun sepertinya semua itu tidak berjalan dengan mudah, karena kini Haruto malah melangkahkan kakinya menuju ke ruang guru. Karena tadi ia tanpa sengaja bertemu dengan Bu Jennie, dan beliau meminta tolong Haruto untuk mengambil buku absen milik kelas 11-IPS2 pada wali kelas yang bersangkutan.
"Permisi?" Ucap Haruto saat sudah berdiri diambang pintu ruang guru, lalu kakinya melangkah masuk ke dalam dan mencari dimana letak meja guru yang dimaksud.
"Nyari apa?" Tanya seorang pria paruh baya yang berdiri didepan Haruto.
Haruto jelas mengenal siapa guru tersebut, beliau adalah Pak Siwon guru olahraga seluruh kelas 10. "Eum, meja wali kelas sebelas IPS dua dimana ya Pak? Saya disuruh Bu Jennie untuk mengambil buku absensi." Kata Haruto menjawab sekaligus menjelaskan maksud kedatangannya.
Pak Siwon mengangguk paham, lalu menunjuk meja guru yang ada di pojok ruangan. "Itu, nomor 2 dari belakang!"
"Makasih Pak!" Kata Haruto yang kemudian berjalan ke arah meja tersebut.
Dengan sabar dan tanpa rasa terburu-buru, Haruto mencari satu per satu buku absen pada tumpukan buku-buku yang ada diatas meja tersebut. Hingga didapatkannya buku absen bersampul merah, yang langsung saja ia ambil. Tak lupa ia juga merapikan kembali buku-buku yang sempat ia acak-acak tadi.
Sambil tersenyum simpul, Haruto beranjak keluar. Namun saat sudah berada diluar, ia langsung memasang wajah beserta tatapan datarnya. Tatapan khas milik seorang Watanabe Haruto yang selalu ia tunjukkan setiap harinya bahkan pada Jeongwoo.
Ah mengingat Jeongwoo, satu sisi Haruto merasa bersalah telah mengabaikan teman satu bangkunya itu. Terkadang ia juga berpikir, apakah sikapnya telalu keterlaluan pada Jeongwoo?
Namun mengingat sikap absurd Jeongwoo yang terkadang membuat Haruto geli dan ilfeel, membuat Haruto lebih memilih mendiamkan Jeongwoo agar Jeongwoo merasa lelah mengajaknya bicara dan perlahan menjauhi dirinya.
Haruto berbelok ke kanan saat berada disebuah koridor. Langkah kakinya dengan mantap berjalan menuju ke ruang BK yang jaraknya kurang lebih tinggal 5 meter lagi.
Drrtt..
Haruto menghentikkan jalannya padahal jarak ke ruang BK hanya sekitar 5 langkah lagi. Ia mengernyit bingung merasakan getaran dari dalam saku celananya. Batinnya bertanya-tanya siapa yang mengiriminya pesan?