Di suatu siang yang indah, aku sedang menikmati makan siang di pinggir jalan bersama saudariku, Nesia Kirana Maharani. Dia Personif Nyo Indonesia.
Credit to: https://instagram.com/portovio?utm_medium=copy_link
"Makasih, abang!! Lain kali traktir lagi yaaa~"
Katanya bersemangat sambil menghabiskan sisa gado-gado di piringnya. Ya memang dia hanya makan satu porsi. Tapi jangan positif thingking. Satu porsi untuk setiap gerobak kaki lima disepanjang jalan sekitar kawasan perkantoran.
Menangis hati dan dompetku dipalaknya setiap hari.
"TOLOOOOONG!!!!"
Tiba-tiba terdengar suara minta tolong beberapa langkah dari kami.
Semua orang langsung mengalihkan pandangannnya. Belum sempat aku menyuap batagor, tanganku sudah langsung diseret Nesia untuk menuju ke TKP. Karena kaget, tak sempat kuselamatkan batagorku terzheyeng yang berakhir jatuh diatas trotoar.
*Insert sound effect drama sinetron dan slow motion sedih meratapi batagor yang wassalam
Hiks, punya kembaran begini amat.
( ಥ_ಥ)Bukan Nesia namanya kalau nggak barbar. Dia depak satu persatu kaum bapak ojol dan pedagang yang berkerumun di TKP. Tak lupa pakai ceramah no jutsu kepada para warganya yang bukannya nolongin malah asyik update story biar viral.
Malu, sungguh aku malu~
Pada semut merah~
Yang berbaris di jalan~
Menatapku kasihan~
Seakan penuh tanya~
Siapakah yang jantaaaaannn~Hop!!
Hentikan kealayan ini!!Sumber:
https://youtu.be/TKcIn1dmBBw"LHA KENAPA BISA BEGINI SIH PAK?!!"
"GATAU, NENG!! SAYA KHILAF!!!"
"YAUDAH SINI PAK SAYA BANTUIN!!!"
Dengan ngegas Si Nesia mengeluarkan gergaji listrik yang dia dapat entah darimana. Orang-orang auto menyingkir panik, tak lupa merekam agar mereka sekalian panjat sosial di virtual.
Bapak sudah panik teriak-teriak, sayangnya dia tak bisa kabur karena kakinya terjepit bangku besi.
"NESIA!! JANGAN BARBAR NAPA?!!"
Aku mau gamau keikut ngegas karena sifatnya yang bringas. Dengan paksa kuambil gergajinya dan asal kubuang ke sembarang tempat.
Mengenai pohon besar.
Pohonnya tumbang.
Jatuh ditengah jalan.
Dan jalanannya auto macet parah.
Semua mata tertuju padaku.
"........."
Aku keringat dingin melihat tatapan orang-orang yang menjudge perbuatanku. Termasuk Nesia yang sudah menjitakku hingga benjol. Bonusnya, ceramahan tentang buang-buang anggaran karena kekaluanku yang barbar.
Hey, tolonglah. Kita semua tahu faktanya.
Nesia barbar.
Dirga kalem.
Valid no debat."Terus ini gimana nasib kaki saya?"
Oh iya lupa.
"Ada yang punya minyak goreng?"
"Saya ada bang. Seperempat kilo 100 ribu."
"MAHAL AMAT!!"
"Yaudah kalau gamau. Cari yang lain aja."
Aku celingukan kesana kemari mencari alamat. Sialnya memang hanya warung itu yang jual minyak goreng disepanjang jalan ini.
"Pak, kalau minyak jelantah berapa?" Tanyaku pada salah satu penjual gorengan.
PLAKK!!
"BUAT RAKYAT SENDIRI PELIT AMAT SIH!!"
"Iya iya...."
Entah sudah berapa benjol menghiasi kepalaku yang tamvan. Dengan amat sangat berat hati kukeluarkan satu-satunya uang Ir. Soekarno - Hatta tersenyum dari dompetku. Menciumnya, mengucapkan perpisahan terakhir dan memberikannya pada penjaga warung. Digantikan dengan seperempat liter minyak goreng.
"Sini pak, saya bantuin."
"Iya bang. Makasih."
"Nah, gini baru Dirgantara Sang Personif Indonesiaaaa~~~"
Bicit.
Kapan kubisa punya keluarga dan rakyat yang waras? Aku lelah dengan semua ini.Hiks.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEDENGKOT MAKHLUK +62
FanfictionHallo, Salam kenal Namaku Raditya Dirgantara, Personif Indonesia Aku orangnya kalem, santuy, dan ngaret Indihome? Of course, tapi yang ini gausah dibahas lah Soalnya mereka ganjennya kebangetan Ayo para warga +62 sekalian Aku akan menjawab semua kom...