Ternyata, walau berada di gang yang gelap. Namun bila terus melihat ke langit, suasana terasa begitu terang. Sean dan Shena masih terpukau dengan kecerahan langit malam kala itu.
"Hei! Hei! Lihat itu! di sana! Itu, 'kan, picses!" seru Sean sambil kembali menunjuk sekumpulan bintang.
"Iya. Dan ... itu capicorn, 'kan?" ujar Shena sambil menunjuk bintang-bintang yang lain.
"Benar. Itu juga aries! Dan di sana gemini! Wah, banyak rasi bintang, ya, malem ini!" celoteh Sean.
"I ... iyaa," balas Shena.
"Hei, kamu tahu juga, ya, soal bintang-bintang?" tanya Sean sambil memandang Shena.
Shena mengangguk padanya. "Aku suka bintang."
"Kita sama, dong! Aku juga suka bintang-bintang!" kata Sean riang. Lalu kembali memandang langit.
Shena tertawa kecil sambil memandang langit. "Kita banyak kesamaan, ya," tanggap Shena.
"Hihihi ... iya. Betul banget," balas Sean cekikikan.
Shena dan Sean kembali tenggelam mengagumi suasana langit malam. Untuk beberapa saat, mereka tak mengatakan apapun. Namun mereka tak merasakan keheningan. Mereka menggenggam tangan lebih erat.
Tak lama kemudian, mereka menyadari itu. Sean dan Shena langsung saling bertatapan. Sejenak mereka tertegun memandangi bola mata mereka satu sama lain, namun tak begitu lama dan mereka langsung melempar senyum. Senyuman hangat yang penuh arti.
Tiba-tiba telinga Sean menangkap suatu suara. Pecikan di atas air yang semakin mendekat. Sean berpaling dari mata Shena dan menatap ke asal suara. Suara tersebut datang dari dalam gang-gang di belakang gedung. Dan seketika Sean menegang.
Shena yang kaget atas ekspresi Sean ikut memandang ke arah pandang Sean. Suasana di belakang gedung yang gelap membuatnya berpikir bahwa tak ada apapun di sana.
Namun berbeda dengan Sean. Sean dapat mengenali sosok di dalam kegelapan itu.
Beberapa saat kemudian, Shena mendengar langkah kaki. Langkah itu berpijak di atas jalan dengan genangan air. Nampaknya empunya kaki tak peduli dengan jalan yang becek. Dan tak lama, langkah itu berhenti, saat itu Shena dapat melihat siluet seseorang dalam kegelapan.
"Jadi di sini kamu rupanya, hm?" terdengar suara perempuan.
Sean lekas melepas genggamannya. Shena kaget, dia tersentak. Namun saat Shena memandang wajah Sean, kelihatan jelas bahwa Sean lebih kaget darinya.
Orang itu mendekat. Dia menunjukan dirinya. Seorang wanita muda nan elok dengan rambut pendek berwarna biru tua melangkah mendekat. Tepat di bawah lampu pijar gang yang redup, dia berhenti melangkah. Keringat bercucuran di badannya, dan nafasnya patah-patah. Matanya dingin menusuk memandang Sean.
Shena membathin, siapa wanita itu?
"Ta ... tante?!" teriak Sean.
Shena terkejut mendengarnya. Sean dengan terburu-buru menuruni tangga, dan mendekati wanita itu.
Jadi itu tantenya? pikir Shena setengah kaget. Dia terperangah. Terutama saat wanita itu meliriknya. Seakan saat itu jantungnya berhenti berdetak.
Mata Miss Vilencia memang dingin. Namun itu hanya karena bawaan dari rasa geramnya tadi. Sementara saat ia melirik gadis yang berdiri di belakang balkon teralis itu, Miss Vilencia memandangnya dengan sedikit lega.
Dia tak tahu seberapa lama Sean dengan gadis itu. Tapi untunglah gadis itu masih bernafas saat ia datang.
"Tante!" seru Sean masih dengan kaget. Sean berjalan setengah berlari mendekati Miss Vilencia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins or Another
Teen FictionNaskah asal dari buku pertama Project Rewrite: Beautiful Lost Stars.