(1)

16 4 1
                                    

Pagi ini suasana terasa dingin menusuk tulang, hujan terus bergumuruh seperti instrumen yang menghantarkan kantuk ke siapapun itu, walau tidak dipungkiri jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi yang artinya sudah waktunya untuk manusia beraktivitas.

Dalam penglihatan kamar yang bernuansa pastel itu terdapat seorang gadis remaja yang masih tenggelam dalam dunia mimpinya, entah apa yang dimimpikannya hingga dia terus tersenyum. Dia Rara Dhea Admaja, gadis penyuka coklat, tapi tidak dengan bunga.

Dia cantik dengan bulu mata lentiknya, memiliki daya pikat pada bibir mungil pink alaminya.

Imut adalah kata yang tepat untuk mendefinisikan Rara. Kulit yang kadang terlihat pucat pasi itu kini bertambah pucat dikarenakan sejuknya hawa ruangan.

Masih dalam tidur nyenyak yang tidak terusik, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Seseorang memasuki kamar Rara, dia Damar Pramata Admaja. Papa Rara.

"Bangun Ra, udah siang, kamu harus sekolah" Ucap ayah Rara sambil menyibak selimut putrinya.

Tidurnya pun terusik, perlahan mata itu mengejap pelan. "Iya, Yah" Ucapnya sambil melirik jam, aduh sudah terlambat ini. Padahal hari ini adalah awal semester baru, dan dia tidak ingin jika hari ini harus terlambat.

Bergegas ia mandi dan memakai seragam sekolah SMA Gugas Raya, merupakan sekolah tersohor di kotanya. Murid di sana rata rata merupakan dari keluarga berada dan juga berotak cerdas.

Hem Rara memanglah orang berada, ayahnya seorang direktur dari perusahan yang bergelut di bidang konsultan perencana dan juga pengawasan. Tapi dia bukanlah anak yang cerdas, tidak juga bodoh, bisa dibilang berotak standar?

Setelah selesai bersiap-siap dia langsung turun ke bawah untuk sarapan, tapi pertanyaannya apakah masih sempat? Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 sedangkan sekolahnya masuk pukuk 07.15. Belum lagi perjalanan dari rumah ke sekolahnya yang memakan waktu sekitar 20 menit.

Dilihantnya di meja makan sudah ada Ayahnya yang mengambil makanan untuk dirinya dan juga Rara. Ada nasi goreng yang sangat menggiurkan, buatan Bi Inah, asisten rumah tangga sekaligus orang yang mengurus Rara dari bayi. Ah Bi Inah sangat baik, setiap melihat Bi Inah dia selalu kangen Bunda.

"Makan dulu Ra" Ayah nya memberi perintah

"Engga Yah, Rara langsung ke sekolah aja ya? Hari ini Rara naik ojol" Ujarnya

"Jangan membantah, Ayah ga mau kamu kenapa-kenapa. Kamu harus sarapan, ujan juga itu"

"Tapi ini udah telat Yah" Bukan ingin membantah, tapi Rara sudah sangat terlambat

"Yaudah biar Ayah antar, kamu sarapan di mobil biar ga terlambat" Final Ayahnya

"Ayah ga sarapan?" Tanya Rara karena ayahnya terkadang seolah melupakan dirinya sendiri.

"Di kantor, kamu perhatikan aja dirimu sendiri, jangan sampai sakit. Ayah ga usah dipedulikan" Kan? Ayahnya memang begitu. Ayah yang protektif terhadapnya apalagi jika menyangkut kesehatan dan keamanan Rara. Walaupun tegas, Ayahnya sangat perhatian bahkan kini Ayahnya sedang menyiapkan nasi goreng tadi ke dalam kotak makanan untuk Rara makan sambil menuju ke sekolah.

Mobil melesat menuju SMA Gugas Raya seraya Rara menikamati sarapannya dengan khidmat, sesampai disana terlihat suasana sekolah yang sepi, jelas karna bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu dan sekarang semua sudah berada di kelasnya masing-masing. Untung saja gerbang sekolah masih dibuka, mentolerir siswa yang terlambat karena hari ini hari pertama masuk semester baru.

Rara menuju kelas XI- IPA 4, semoga saja gurunya belum masuk. Bayangkan betapa malunya jika ia dihukum karna terlambat, huft SMA Gugas Raya memang sangat ketat peraturannya. Terlambat 5 menit saja bisa dijemur di tengah lapangan. Yah doakan keselamatan Rara agar terhindar dari hukuman.

Ternyata belum ada guru, apakah Rara harus sujud syukur? Ah jangan lebay.

Pandangannya menjelajahi seisi kelas, agak ribut memang namanya juga tidak ada guru. Ada yang bernyanyi, bercanda tawa, main ponsel, ada juga yang duduk termenung sambil melihat luar jendela. Yap, itu dia yang dicari, temannya sejak kelas X, Luna Zaskia. Gadis cantik dengan rambut sebahu serta tinggi semampai dan berkulit eksotis. Lebih kurang sifatnya sama dengan Rara, sama-sama pendiam.

Berteman dengan orang yang memiliki dua karakter yang berbeda memang memacu meningkatkan humor, asik. Tapi berteman dengan orang yang sejenis itu akan lebih nyaman, kita dapat saling mengerti. Apalagi sekolah ini dipenuhi dengan anak hits, pergaulan mereka tidak sesuai dengan Rara. Mereka terlalu over height, one man show, and it's not Rara's style.

"Hai Lun, liat apaan lo serius amat?" Rara berujar karena sedari tadi Luna terus mengamati lapangan sampai tidak menghiraukan keberadaan Rara yang sudah 2 menit memperhatikan dirinya dalam diam

"Lah lo di kelas XI- IPA 4 juga Ra?" Tanya balik Luna, sungguh dua arah pembicaraan yang tidak nyambung.

"Hem" Singkat Rara seraya duduk di sebelah Luna yang sudah meluruskan badannya sambil melepas airpods yang sejak tadi terus memutar lagu dari play list music nya.

"Kenapa telat? Untung belum masuk guru" Tanya Luna

"Telat darimana? Cuma 10 menit, lagian gerbang sekolah juga masih dibuka tadi" Sanggah Rara, sebenarnya tidak salah kenapa Luna menanyakan hal tersebut kepadanya. Karena memang Rara merupakan murid rajin, walaupun otaknya standar tapi kerajinannya patut diacungi jempol.

"Yayaya" jawab Luna malas
"Guru nya kok belum datang juga ya Ra?" Sambungnya

"Males kali"

Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki seseorang yang mendekat, bisa ditebak itu merupakan guru yang akan memasuki kelasnya. Karena letak kelas XI-IPS 4 yang berada di ujung lantai 3, jadi tidak mungkin orang tersebut melewati kelas dan melompat ke luar pembatas kan?

"Selamat pagi anak anak" Sapa Bu Dewi sekaligus mengisyaratkan murid-murid untuk duduk di tempatnya dengan tenang.

"Sebelumnya maaf karena Ibu terlambat masuk kelas, Ibu merupakan wali kelas kalian di kelas XI-IPA 4 ini. Tau nama Ibu?"

"TAU" Serentak menjawab, Bu Dewi memang guru yang dikenal baik oleh murid-murid SMA Gugas Raya dikarenakan keramahannya. Bahkan untuk murid yang tidak melakukan pembelajaran dengan Bu Dewi di kelas X pun ikut kenal dengannya.

"Haha semangat sekali epribadeh, walaupun kalian sudah tau nama Ibu, Ibu akan memperkenalkan diri secara formal kepada kalian. Nama ibu Dewi Ranitia, panggil aja Bu Dewi okey? Nah hari ini mungkin pembelajaran semester baru akan dilakukan sehabis istirahat, sekarang kalian diperkenankan untuk melihat jadwal pelajaran di mading sekolah, silahkan"
Semua siswa pun beranjak ke mading sekolah yang berada di gedung A sekolah, sedangkan kelas Renansa berada di gedung C

SMA Gugas Raya memiliki 7 gedung inti, yaitu gedung A sebagai ruang guru serta kepsek dan room meeting, gedung B untuk kelas XII, gedung C untuk kelas XI, gedung D untuk kelas X, gedung E untuk Lab dan perpus, gedung F untuk kantin dan juga gedung G merupakan place olahraga indoor.

Cukup luas dan juga modern, bisa dikatakan SMA Gugas Raya merupakan sekolah terfavorit sejagat. Siswa nya pun mencapai 1200 lebih, dan bayangkan jika semua siswa harus berkumpul dalam satu waktu di depan mading besar kebanggaan SMA Gugas Raya, berdesak-desakan. Untung tidak seramai itu yang saat ini berada di depan mading, mungkin sebagian sudah terlebih dahulu melihat jadwal pelajaran, atau juga sudah bersinggasana di kantin.

Rara dan Luna terus mencari jadwal pelajaran kelasnya, manik matanya merotasi dari atas ke bawah terus atas lagi, begitu aja terus. For? Ya lihat jadwal pelajaran kelas nya lah, karena demi apapun terdapat banyak sekali kelas sehingga mereka harus mencari satu persatu dimana jadwal pelajaran kelasnya berada.

Setelah bersusah payah ditambah beberapa orang yang juga berkerumunan di mading, akhirnya mereka selesai. Waktu sudah menunjukkan jam istirahat, niatnya mereka akan pergi ke kantin.

Baru selangkah mereka beranjak dari mading, seseorang menepuk pundak Rara. Seolah mencegatnya untuk pergi.

"Ra" Panggil orang tersebut, Rara kenal suaranya.

Sorry For My HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang