(2)

14 4 1
                                    

"Ra" Panggil orang tersebut, Rara kenal suaranya

Dia Dimas Adimahendra, sahabat Rara sejak kecil bahkan sejak mereka masih menjadi embrio. Dimas juga tetangga Rara, rumah mereka bersebelahan. Jadi mereka sering menghabiskan waktu bersama, sekolah juga sama, waktu kelas X dulu pun mereka sekelas. Tapi di kelas XI ini mereka tidak sekelas, Dimas berada di kelas XI-IPA 2. Ya, dia termasuk murid yang Pandai, selain itu dia juga ramah dan tampan sehingga banyak digandrungi oleh para gadis. Kata yang tepat untuk menggambarkan kepribadian Dimas adalah goodboy. Perfect person bukan?

Rara telah banyak melukis kenangan yang dilalui bersama sahabatnya itu, manis pahitnya hidup Rara sudah tercetak jelas di relung pikirannya. Selama ini Dimas menjadi malaikat untuk Rara, menjadi pelindung, dan menjadi penghibur.

"Hai Dim" Sapa Luna duluan, karena Rara masih mematung

"Hai juga Lun, kenapa temen lo diam aja. Udah bisu?" Sarkas Dimas tak berakhlak

"Dimas! Gue lagi ngambek sama lo, pergi sana" Ngambek Rara, pasalnya saat liburan sekolah Dimas malah pergi ke rumah nenek nya yang di Medan tanpa pamit. Bahkan mengabari lewat ponsel pun tidak.

Sebenarnya dia tidak benar-benar marah, bagaimana bisa marah dengan sahabat terbaiknya ini? Lihatlah bahkan sekarang Dimas sudah memperlihatkan wajah sok imutnya yang memelas.

"Ih jangan gitu, nanti lo kangen"
"Ga akan" Sewot Rara, the real bullshit

"Udah, lo pada sok bener ributnya. Bentar lagi juga pada baikan elah, mana betah kalian lama-lama ribut" Ujar Luna, benar. Selama ini mereka akan berbaikan setelah 5 menit adu mulut, dan semua akan kembali seperti semula seperti tidak terjadi apa-apa. Seolah lupa dengan segala permasalahan yang ada dan kembali mencairkan suasana dengan lelucon yang di luncurkan oleh Dimas.

Diantara mereka bertiga memang yang menjadi sumber perbacotan adalah Dimas, karena sifat Rara dan Luna yang sangat berbanding terbalik dengannya.

"Nah bener, udah deh maafin aja ya? Nanti gue traktir di kantin—"
"Air putih segala rasa"
Benar kan? Bacot nya sudah sejagat, mana ada air putih ada rasanya. Sirup leci kali kata lo bang?

"Goblok sia teh" Ujar Luna tak tertahan, dan Rara hanya memutar bola matanya malas

"Cepet ke kantin, ga keburu entar" Ajak Rara yang membuat mereka semua melangkahkan tungkai kaki nya ke arah kantin

Suasana kantin saat ini sangat ramai, banyak murid berdesak-desakan untuk mengantri makanan, dan meja-meja sudah banyak yang sold out padahal kantin sekolah mereka cukup luas. Setelah mengedarkan pandangan ke penjuru kantin akhirnya mereka mendapat meja, di pojok kiri kantin. Spot yang bagus untuk terhindar dari kericuhan.

"Mau pesan apa?" Tanya Dimas menawarkan
"Menu biasa deh" Jawab Rara
"Sama"

Dimas pun nulai berjalan dan memesan makanan untuk mereka bertiga, sedari kelas X memang dimas rutin menjadi kacung mereka, tidak terkecuali untuk memesan makanan. Nope, bukan kacung. Dimas hanya terlalu perhatian kepada teman temannya, apalagi kepada Rara.

"Nih untuk para princess gue" Ujar Dimas seraya meletakkan 3 mie ayam, 2 es teh, dan jangan lupa menu spesial air putih segala rasa untuk Rara, le minerale.

"Makasih Dim" Balas Luna dan mendapat anggukan dari Dimas

Sedangkan Rara yang sudah sangat kelaparan langsung menyantap mie ayam nya tanpa berterimakasih kepada Dimas. Sedikit tidak tahu diri ya? Tapi mau bagaimana lagi, baby cacing nya sudah berdemo minta diberi makan.

"Uh ko pedas ya?" Rasanya lidah Rara sudah terbakar sangking pedasnya

"Ya ampun Ra, lo salah ambil itu punya gue" Tutur Dimas panik

Sorry For My HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang