ᴺᴼᵂ ᴾᴸᴬᵞᴵᴺᴳ :╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗
𝙃𝙖𝙞𝙩𝙖𝙣𝙞 𝙍𝙞𝙣𝙙𝙤𝙪
╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝
"Aku gak ingat kamu!"
"Tapi aku ini suamimu!"
Apakah hilang ingatan adalah solusi untuk meninggalkan semua masalah hidup yang menimpa ses...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳
° ° °
Jarum menunjukan pukul tengah malam, kelopak mata terus menahan kantuknya, berkali-kali melihat jam dan ponsel yang tak memunculkan sosok yang ditunggu.
Daksa kini terkesiap ketika rungu mendapati suara derit pintu dan derap kaki yang berdecit pada lantai.
"Kamu menunggu ku? Ini sudah larut, kenapa enggak tidur saja?" Suara beratnya membangunkan arwah wanodya yang hampir saja pergi ke alam mimpi.
Mengusap matanya yang perih akibat memaksakan tetap terjaga, nayanika itu menatap manik violet pria dihadapannya dengan seksama. "Ada yang mau ku bicarakan denganmu, Rin."
"Selarut ini? Besok saja, ya?"
Menggeleng perlahan, dirinya tetap memaksa pada suaminya untuk berbincang malam ini. Kini keduanya duduk pada sofa empuk ruang tengah, Rindou siap mendengar apa saja yang akan dibicarakan oleh sang istri.
"Pertama, aku mau bertanya soal kapan dan sudah berapa lama kita menikah? Kedua, kapan orang tuaku meninggal dan apa sebabnya? Ketiga, siapa yang menyebabkan aku koma?"
Rindou terdiam selama 1 menit sebelum akhirnya buka bicara, ia memang tidak mau membuat perempuan yang dicintainya selalu dalam keadaan bingung, terlebih lagi anindya tidak mengingat satu pun hal yang ada didalam hidupnya.
〘Flashback 〙
Kekacauan dimulai ketika [name] berseteru dengan kedua orangtuanya perihal perjodohan yang akan dilakukan saat itu.
"Aku sudah punya pacar, aku cuma mau menikah dengan pacarku!"
Tamparan dan pukulan mengiringi suasana suram, seakan sudah menjadi hal biasa bagi gadis itu. "Kamu memang anak yang gak berguna, bahkan sejak kamu dilahirkan! Sekali saja dalam hidupku, turuti keinginanku!" Bentak sang ayah sembari melotot.
Sejak dilahirkan, [name] selalu diharapkan menjadi anak yang bisa memenuhi keinginan kedua orangtuanya, terlebih lagi ayahnya. Begitu keras sang ayah mendidik gadisnya diusianya yang masih belia. Namun, [name] selalu memegang teguh kebebasan dalam hidupnya, terserah apapun dirinya menjadi seperti apa di masa depan, asal dia nyaman dan senang, tentu dia lakukan.
"Kamu mau bersama dengan pria yang bahkan pernah membunuh? Akan jadi seperti apa masa depanmu nantinya? Bajingan kecil seperti apa yang sudah dilahirkan ibumu."
Kata yang sungguh menohok hati gadis selembut [name], berusaha kuat menghadapi kerasnya hidup di keluarga yang bahkan menganggapnya seperti sampah. "Aku juga gak minta dilahirkan."
"Menikahlah dengannya, maka hidupmu akan bahagia." Urat pada dahi ayahnya begitu menonjol, menandakan ia berada di ambang kemarahan.
Dengan ekspresi santai, "aku akan bahagia kalau suamiku Rindou."
Paksaan itu terus menghantuinya, setiap kali dirinya pergi kemanapun, maka pria yang dijodohkan itu selalu setia mendampinginya.
"Sayang, ayo lakukan sesuatu malam ini." Ucap pria itu sembari mengelus paha [name].
Plak
"Jangan kurang ajar kamu! Aku punya pacar, kamu cuma temanku di masa lalu."
Mengusap pelipis yang sudah ditampar keras oleh sang gadis, ia tersenyum. "Kamu gak akan tenang kalau menikah sama pria macam haitani bersaudara, menikahlah denganku. Aku bisa menjagamu tetap aman."
Bagi [name], tak ada seseorang yang bisa membuatnya aman terkecuali Rindou, sang kekasih. "Aku tetap akan menikah dengannya."
Meninggalkan pria berjas seorang diri, [name] memikirkan cara untuk pergi jauh agar kedua orangtuanya dan pria itu tidak dapat menemukannya lagi, setidaknya ia ingin hidup bahagia dengan suaminya kelak.