ᴺᴼᵂ ᴾᴸᴬᵞᴵᴺᴳ :╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗
𝙃𝙖𝙞𝙩𝙖𝙣𝙞 𝙍𝙞𝙣𝙙𝙤𝙪
╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝
"Aku gak ingat kamu!"
"Tapi aku ini suamimu!"
Apakah hilang ingatan adalah solusi untuk meninggalkan semua masalah hidup yang menimpa ses...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳
° ° °
Suara hujan mengiringi malam yang tenang, butiran air mengalir membasahi jendela, suhu menjadi semakin dingin namun kedua daksa yang saling mendekap di kasur empuk dan dibawah selimut tebal membuatnya hangat.
Dada bidang pria itu menjadikannya bantal bagi anindya yang terus berbaring sembari mendekap perutnya, jemarinya mengelus surai sang puan dengan lembut dan perlahan, memberikan sensasi kantuk bersamaan dengan lantunan suara hujan.
"Rin, bisa kamu ceritakan bagaimana kita bertemu?" Lirih wanodya yang tak mau lepas dari dekapan.
"Tidak, itu memalukan." Melihat tatapan [name] tentu membuatnya menghela napas dan menceritakannya.
Sang puan hanya tersenyum mendengarnya, Rindou terus bercerita masa-masa yang tidak pernah ia lupakan. "Kamu menolongku saat aku terluka."
"Apa aku dulu sangat mencintaimu, Rin?"
"Iya, sangat mencintaiku hingga dia membahayakan nyawanya karena terus ingin bersama denganku....sial [name], maaf saat itu aku tidak ada untukmu."
Semakin erat pelukannya, "kalau begitu, aku akan terus mencintaimu sama seperti dulu...bahkan jika saat itu aku tidak mencintaimu, maka aku akan menggantinya sekarang."
Rindou tersenyum mendengarnya, dia bersyukur tidak ada yang berubah sama sekali dari diri sang puan. Ia juga menceritakan bagaimana dirinya memerintah Roppongi dengan sang kakak saat dulu, hingga mereka menjadi seorang kriminal terkenal. Mendengarnya saja cukup membuat anindya merasa ngeri, namun di sisi lain juga ada tindak heroik terlebih lagi itu untuknya.
Bar yang diisi oleh beberapa pengusaha dan tak lupa juga dengan anggota bonten yang sedang berbisnis di sana terlihat menikmati perjamuannya. Wanodya hanya duduk sesekali berbincang dengan sesama wanita di sana, afsun jelita menarik atensi beberapa orang.
Manik violet mengawasi sang istri, memastikannya cukup aman, hingga ia mendapati pria berumur tengah menggoda istrinya. Kesabarannya semakin diuji tiap menitnya, semakin lama pria tua itu menatap nakal anindya.
Menembak dari tempat duduknya, Rindou kini bukan lagi suami yang tenang saat dirinya berjalan menuju sang puan, bahkan ia tidak sopan sedikit pun menepis lengan pria tua yang akan mendarat pada pinggang istrinya. Pria itu mendecak kesal karena kekasarannya sebelum tatapannya bertemu dengan mata gelap Rindou yang tajam.
"Apakah kau sudah selesai berbincang dengan istriku?" Lengannya kini melingkar pada pinggang [name].
"Jika tidak ada urusan dengan istriku dan masih ingin mempertahankan anggota tubuhmu maka ku sarankan pergilah daripada membuang-buang waktu. Sekarang enyahlah, selagi aku masih bersikap baik."
Kebanggaan membuncah di dadanya saat pria tua itu bergegas pergi, bahunya tegak saat anindya berpegangan padanya sembari tersenyum. Sekarang Rindou lebih tenang setelah ditatap oleh jelita, cukup membuatnya terpesona.
"Itu menjengkelkan."
"Kamu sangat seksi saat cemburu, Rin." [Name] menekan otot-otot suaminya sembari terkekeh mendapati pipi Rindou yang terbakar karena pujiannya.
Sangat lucu ketika Rindou terlihat macho suatu saat namun bisa meleleh juga diwaktu yang bersamaan. "Aku pikir kamu akan marah kalau aku pakai gaun pendek ini."
"Berpakaian lah semaumu." Rindou mengangkat bahu dengan percaya diri, "aku bisa bertarung."
Pertemuan bisnis telah usai, ini waktunya untuk kedua pasangan tersebut menghabiskan malamnya untuk beristirahat.