Kugerakkan kedua kakiku memasuki kamar. Cat dinding berwarna putih—kurasa—membungkus setiap inci dinding. Ranjang berukuran single size ada di tengah-tengah ruangan, mepet dinding bagian kanan. Kemudian ada lemari besi besar di kiri ranjang, dengan meja belajar berwarna sama dengan cat dinding di sebelahnya. Aku tersenyum tipis, kemudian menaruh tas jinjing di ranjang.
Kududukkan tubuh di busa empuk itu, sembari menoleh kesana-kemari mengagumi kamar baruku. Kemudian aku merogoh tas jinjingku dan mengeluarkan pakaian-pakaian yang sudah kukemas, sedikit kurapikan kemudian kumasukkan ke dalam lemari besi. Kuambil satu buku kecil bersampul lecek di tas, tersenyum dan memasukkannya ke tas kecil.
"Aku butuh laptop, ibu sudah memberiku uang. Tapi, aku cari di mana? Apa aku tanya Mbak Angel aja?" Kutaruh salah satu jari tangan di dagu, menimang-nimang pilihan yang akan kubuat kemudian menganggukkan kepala perlahan, "iya, deh, mending tanya Mbak Angel aja yang udah pasti tahu."
Kumasukkan ponsel di saku ke tas kecil, kemudian aku berjalan keluar kamar. Setelah bunyi 'klik' terdengar, aku berjalan melalui lorong menuju ke kamar Mbak Angel. Kulihat tangga yang tadi kunaiki, berarti tinggal berjalan sedikit lagi. Kupercepat langkahku, kemudian kuketuk kamar ketiga dari tangga. Seorang wanita melongok dari kamar, celingukan kemudian matanya sedikit membulat melihatku.
"Oh, anak baru. Mau apa?"
"Mau tanya, Mbak. Tempat beli laptop di mana ya?"
Mbak Angel tersenyum, kemudian mengajakku masuk ke kamarnya. Harum wangi tercium begitu aku melangkah memasuki kamarnya, dia lalu menunjukkanku secarik kertas dengan beberapa laptop, lengkap dengan harga dan spesifikasinya.
"Pilih-pilih aja dulu, nanti kalau udah pilih biar aku telpon yang jual. Kebetulan aku langganan sama dia, jadi biasanya kasih diskon, deh. Duduk sini," kata Mbak Angel sembari menepuk-nepuk tempat di sampingnya.
Aku mengangguk, kemudian mengambil dengan lembut kertas yang disodorkan. Kubaca dengan sangat cermat angka-angka dan bentuk dari benda yang kuiinginkan itu, walau sedikit tidak paham dengan beberapa hal. Kuanggukkan kepala begitu menemukan laptop yang sesuai dengan keadaan dompetku saat ini, kemudian kutunjukkan pada Mbak Angel.
Wanita itu mengerti, mengambil ponselnya dan sedikit menjauh dariku.
"Oke, udah selesai. Mau aku anter sekalian nggak?"
Refleks aku menggeleng, tak ingin merepotkannya lebih jauh. Aku kemudian berterima kasih dan keluar dari kamarnya setelah mendapatkan alamat konter laptop langganan Mbak Angel. Kuhidupkan ponselku, kemudian kupesan ojek online menuju ke Mall Ramai. Tak butuh waktu lama sampai pesan muncul di ponselku.
Sedikit berlari, aku menuju ke depan. Kubuka perlahan gerbang kos baruku, dan kulihat seorang pria berjaket abu-abu terang. Kuterima helm yang dia sodorkan, kemudian segera naik ke jok bagian belakang. Motor melaju kencang, menuju ke jalanan ramai.
***
Aku berjalan perlahan di keramaian, menenteng kantung belanja berwarna hitam. Senyum merekah di bibirku, terus kupandangi kantung belanja yang kubawa itu dengan perasaan berbunga-bunga. Kugerakkan kakiku menuju ke Mall Malioboro yang menjadi ikon dari Kota Yogyakarta itu, penasaran.
Tetapi langkahku terhenti saat melihat seorang wanita yang kutaksir berumur 40-an akhir sedang celingukan mencari sesuatu. Kutolehkan kepalaku ke kanan dan kiri, orang-orang cuek saja dengan wanita itu. Kutarik napas panjang, kemudian aku berjalan mendekatinya. Kutepuk pelan pundaknya, kemudian kusunggingkan senyum terbaik yang bisa kulakukan.
"Permisi, Bu, cari apa ya? Siapa tahu saya bisa bantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom Adiwarna
RomanceKaila Ambrosia, seorang wanita yang berasal dari keluarga kelas menengah dengan sebuah rahasia besar; penyakit buta warna totalnya, mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi bergengsi. Awalnya, tidak ada yang berubah. Semuan...